Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Longsor besar yang menimpa wilayah perkebunan di Sumatra meninggalkan luka mendalam bagi para korban dan relawan.
Setiawan (43), warga Sragen yang menjadi relawan Basarnas Jawa Tengah, menggambarkan kondisi longsor begitu parah.
Yakni bukit yang runtuh luasnya setara dua kali lapangan bola, menimpa kebun durian, rambutan, jengkol, hingga kopi yang ditanam dengan sistem tumpang sari.
Dengan mengenakan kemeja batik putih, Setiawan menceritakan pengalamannya.
"Longsor itu parah kondisinya, ada bukit yang longsor itu 2 kali lapangan bola, kalau di sana kebanyakan wilayah perkebunan, seperti durian, rambutan, jengkol, kopi, sistemnya kayak tumpang sari," kata Setiawan, saat ditemui TribunSolo.com, Senin (29/12/2025).
Setiawan diketahui berangkat ke Sumatra bersama tim Basarnas Jawa Tengah atas panggilan jiwa dan misi kemanusiaan.
Selama hampir satu bulan, ia bertugas di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
"Sibolga itu akses kita masuk, bantuan lewatnya pelabuhan yang ada di Sibolga, meski begitu, Sibolga juga terdampak bencana, yang terdampak bencana merata," katanya.
Setibanya di Sibolga, posko Basarnas sempat dipindahkan ke Tapanuli Tengah karena banjir.
Dari posko, tim harus menempuh perjalanan darat 2,5 jam dengan mobil, lalu berjalan kaki sejauh 12 kilometer menuju titik longsor.
"Itu perjalanan darat menggunakan armada mobil ditempuh selama 2,5 jam dari posko ke lokasi longsor, habis itu kita berjalan kaki lagi sejauh 12 kilometer," jelasnya.
Namun, faktor alam tidak mendukung.
Saat tiba pukul 13.00 WIB, cuaca mendung dan hujan diperkirakan turun. Potensi longsor susulan memaksa tim kembali ke posko.
"Karena ada potensi longsor susulan, kita akhirnya balik lagi ke posko... kita tiba di Posko Basarnas jam 19.00 WIB," sambungnya.
Baca juga: Kesaksian Relawan Banjir Sumatra Asal Sragen : Jalan Kaki Belasan Kilometer Saat Evakuasi Korban
Keesokan harinya, tim kembali dengan peralatan menginap agar pencarian lebih efektif.
Selama tiga hari, mereka berhasil menemukan empat jenazah satu keluarga yang tertimbun tanah setebal dua meter.
"Waktu kejadian, informasinya dia sedang menunggu di pondok kebun durian karena sedang panen. Di hari pertama kita menemukan 3 jenazah, di hari kedua ketemu lagi 1 jenazah, ibunya," ucap Setiawan.
Setiawan kemudian ditugaskan mengevakuasi tujuh jenazah lain di Kecamatan Lumut, Tapanuli Tengah.
Perjalanan menuju lokasi harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 8 kilometer melewati banyak titik longsor dan dua jembatan putus.
Tak berhenti di sana, tim juga diminta mengevakuasi enam korban lain di lokasi berbeda, berjarak 17 kilometer dari posko.
Semua perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki karena akses jalan terputus.
(*)