TRIBUNJOGJA.COM – Tidak perlu terbang jauh ke Afrika untuk menikmati panorama savana yang luas dan satwa liar yang hidup bebas.
Di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, terdapat Taman Nasional Baluran yang kerap dijuluki sebagai “Africa van Java”.
Julukan tersebut bukan tanpa alasan. Kawasan ini memiliki hamparan savana yang sangat luas dengan latar Gunung Baluran yang menjulang, menciptakan pemandangan eksotis yang jarang ditemukan di wilayah lain di Indonesia.
Baca juga: KAI Daop 6 Yogyakarta Telah Melayani 748.523 Penumpang selama Masa Nataru
Taman Nasional Baluran berada di Kecamatan Banyuputih dengan luas wilayah sekitar 25.000 hektare. Dari total luasan tersebut, sekitar 10.000 hektare merupakan savana, menjadikannya sebagai savana terluas di Pulau Jawa.
Saat musim kemarau, lanskap Baluran tampak kering dengan rerumputan kecokelatan yang menyerupai daratan Afrika. Sementara di musim hujan, kawasan ini berubah menjadi hijau subur dan menyegarkan mata.
Secara geografis, Taman Nasional Baluran berada di jalur utama Pantura Jawa Timur dan dapat diakses dari arah Situbondo maupun Banyuwangi.
Savana Bekol menjadi ikon utama Taman Nasional Baluran. Area ini merupakan habitat berbagai satwa liar seperti banteng, rusa, kerbau liar, kera, lutung, merak, hingga berbagai jenis burung dan reptil.
Pengunjung dapat melakukan pengamatan satwa liar langsung di alam terbuka, terutama pada pagi dan sore hari saat hewan-hewan tersebut aktif mencari makan.
Selain savana, Baluran juga memiliki ekosistem yang sangat beragam.
Terdapat hutan musim yang daunnya meranggas saat kemarau, hutan evergreen yang tetap hijau sepanjang tahun, serta kawasan hutan mangrove di wilayah pesisir.
Tak hanya savana, Taman Nasional Baluran juga menawarkan wisata pantai yang tak kalah menarik. Pantai Bama menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan.
Pantai ini memiliki pasir putih, air laut yang relatif tenang, serta spot snorkeling untuk menikmati keindahan bawah laut.
Beberapa pantai lain yang bisa dijelajahi di kawasan Baluran antara lain Pantai Balanan, Pantai Bilik Sijie, Pantai Pandean, hingga area peneluran penyu.
Selain itu, terdapat pula objek wisata seperti Goa Jepang, Hutan Evergreen, Curah Tangis, menara pandang, dan kawasan laguna.
Taman Nasional Baluran resmi ditetapkan sebagai taman nasional pada 6 Maret 1980. Kawasan ini berfungsi sebagai wilayah konservasi untuk melindungi flora dan fauna beserta ekosistem aslinya.
Tercatat ada sekitar 444 jenis tumbuhan dari 88 familia yang tumbuh di Baluran, termasuk tanaman langka seperti widoro bukol, kesambi, pilang, dan mimba.
Dari sisi fauna, Baluran menjadi habitat bagi ratusan spesies satwa, termasuk mamalia, burung, reptil, dan ikan. Sebanyak 26 jenis mamalia dan sekitar 155 jenis burung juga hidup di kawasan ini termasuk burung merak yang menjadi primadona.
Program pemantauan dan perlindungan habitat memastikan kelestarian spesies-spesies langka ini untuk generasi mendatang.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung, harga tiket masuk Taman Nasional Baluran tergolong terjangkau.
Untuk wisatawan lokal, tiket masuk melalui Pintu Batangan dibanderol sekitar Rp51.000 pada hari kerja dan Rp76.000 saat akhir pekan atau hari libur. Sementara wisatawan mancanegara dikenakan tarif sekitar Rp255.000.
Alternatif pintu masuk lain seperti Watunumpuk dan Perengan menawarkan harga tiket lebih murah, yakni sekitar Rp11.000 pada hari kerja dan Rp16.000 saat hari libur untuk wisatawan domestik. Sementara wisatawan mancanegara dikenakan tarif sekitar Rp155.000.
Biaya parkir juga relatif ramah di kantong, mulai dari Rp5.000 untuk sepeda motor, Rp10.000 untuk mobil, dan Rp50.000 untuk bus.
Taman Nasional Baluran dibuka setiap hari mulai pukul 07.30 hingga 16.00 WIB. Pengunjung disarankan untuk keluar dari kawasan sebelum gelap karena minimnya penerangan di jalur wisata.
Dengan keindahan savana, kekayaan satwa liar, hingga pesona pantai yang masih alami, Taman Nasional Baluran menjadi destinasi wisata alam yang lengkap.
Tak heran jika kawasan ini dijuluki sebagai “Africa van Java” dan terus menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin merasakan sensasi safari di Pulau Jawa.
(MG ADZKIA HAFIDZA ELFADZ)