SURYA.co.id - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya memberi perhatian serius terhadap berbagai keluhan yang disuarakan pedagang Pasar Atom dan Pasar Turi sepanjang 2025.
Aspirasi tersebut, termasuk yang sempat ramai diperbincangkan publik pada Desember lalu, dinilai mencerminkan persoalan yang lebih mendasar dalam ekosistem pasar tradisional.
"Fenomena ini tidak bisa dilihat sebagai insiden sesaat, melainkan sebagai sinyal struktural bahwa pasar tradisional dan grosir tengah menghadapi tekanan besar di tengah perubahan pola konsumsi, disrupsi digital, dan pergeseran pusat aktivitas ekonomi kota," ujar Ketua Kadin Surabaya, M Ali Affandi, Minggu (28/12/2025).
Hasil komunikasi Kadin dengan asosiasi pedagang, diperkuat data dari Dinas Perdagangan, menunjukkan adanya penurunan arus pengunjung sekitar 25–35 persen jika dibandingkan masa sebelum pandemi.
Dampaknya, rata-rata omzet pedagang tergerus 20–30 persen selama periode 2024–2025.
Para pedagang mengeluhkan beberapa persoalan utama, mulai dari sepinya pembeli, tingginya beban operasional dan service charge, hingga minimnya inovasi promosi serta upaya penataan ulang pasar oleh pihak pengelola.
Menurut Kadin, gelombang protes yang sempat viral (terutama di Pasar Atom) lebih tepat dipahami sebagai bentuk kegelisahan ekonomi pelaku usaha, bukan sekadar polemik teknis pengelolaan.
"Kita harus jujur melihat realitas, model bisnis pasar grosir konvensional tidak bisa lagi berjalan dengan pendekatan lama. Konsumen hari ini menuntut kemudahan akses, pengalaman belanja yang nyaman, terintegrasi dengan digital, serta konektivitas transportasi yang baik. Pasar yang tidak beradaptasi akan tertinggal, betapapun kuatnya sejarah dan nama besar yang dimiliki," jelas Mas Andi, sapaan akrab M Ali Affandi.
Baca juga: Sejarah Pasar Atom Surabaya yang Kini Sepi Pembeli, Dulu Jadi Pusat Perbelanjaan Terbesar
Andi menegaskan, solusi jangka pendek dinilai belum cukup menjawab tantangan yang dihadapi pasar tradisional.
"Yang dibutuhkan adalah reposisi strategis," tegas Andi.
Ia memaparkan beberapa langkah kunci yang perlu dipertimbangkan. Pertama, redefinisi peran pasar.
"Pasar Atom dan Pasar Turi adalah bagian dari denyut sejarah ekonomi Surabaya. Tantangannya hari ini bukan mempertahankan masa lalu, tetapi menemukan relevansi baru di masa depan," papar Andi.
Kadin Surabaya menyatakan siap berperan sebagai penghubung antara pedagang, pengelola, dan pemerintah daerah agar pasar-pasar legendaris ini tidak hanya mampu bertahan, tetapi kembali tumbuh sebagai pusat ekonomi rakyat yang adaptif dan kompetitif.
"Karena pada akhirnya, kota yang besar bukan kota yang meninggalkan pasar tradisionalnya, melainkan kota yang mampu mengangkat tradisi ke level berikutnya melalui inovasi dan tata kelola yang cerdas," pungkas Andi.
Baca juga: Pasar Atom Kini Sepi Pembeli, Warga Surabaya Harap Bisa Kembali Berjaya
M. Ali Affandi merupakan tokoh pengusaha yang dikenal aktif memimpin Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya.
Ia menjabat sebagai Ketua Kadin Surabaya periode 2019–2024, terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Kota Kadin.
Dalam perannya, Ali Affandi konsisten mendorong penguatan dunia usaha, khususnya di Surabaya, agar lebih adaptif, kolaboratif, dan berdaya saing.
Selama kepemimpinannya, Ali Affandi fokus pada pengembangan UMKM, percepatan digitalisasi bisnis, serta pemanfaatan peluang pasar, termasuk ekspor.
Ia kerap mendorong pelaku usaha agar tidak hanya bergantung pada pasar lokal, tetapi berani menembus pasar internasional, seperti sektor furnitur dan industri kreatif.
Selain itu, ia juga menaruh perhatian pada pemanfaatan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), sebagai solusi promosi dan penguatan pemasaran produk UMKM.
Ali Affandi dikenal aktif menjalin kolaborasi dengan Pemerintah Kota Surabaya dalam membuka peluang investasi dan pengembangan kawasan ekonomi baru.
Ia juga mendorong terobosan model bisnis di sektor-sektor potensial, seperti industri olahraga, serta membantu pelaku usaha dalam kemudahan perizinan. Dalam berbagai kesempatan, ia sering menekankan pentingnya growth mindset, karakter kuat, dan semangat inovasi sebagai modal utama pengusaha dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Dengan gaya kepemimpinan yang komunikatif dan kolaboratif, M. Ali Affandi dipandang sebagai figur yang berupaya menjembatani kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat demi mendorong pertumbuhan ekonomi Surabaya yang inklusif dan berkelanjutan.