TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak renungan harian Katolik Rabu 31 Desember 2025.
Tema renungan harian Katolik “Terang yang Datang ke Dunia”.
Renungan harian Katolik disiapkan untuk hari Ketujuh Dalam Oktaf Natal, Perayaan fakultatif Santo Silvester Paus, Santa Melania Martir, dengan warna liturgi putih.
Adapun bacaan liturgi Katolik hari Rabu 31 Desember 2025 adalah sebagai berikut:
Baca juga: Teks Misa Kamis 1 Januari 2025 Lengkap Renungan Harian Katolik
Kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus dan dianugerahi pengetahuan.
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, bahkan sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya bahwa waktu ini benar-benar waktu yang terakhir.
Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama kita. Tetapi hal itu terjadi supaya menjadi nyata bahwa tidak semua orang sungguh termasuk pada kita.
Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua dianugerahi pengetahuan. Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya, dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-2.11-12.13
Ref: Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai.
Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya, kabarkanlah dari hari ke hari. keselamatan yang datang dari pada-Nya.
Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai, biar gemuruhlah laut serta segala isinya! Biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya, dan segala pohon di hutan bersorak-sorai.
Biarlah mereka bersorak-sorai di hadapan Tuhan, sebab ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.
Bait Pengantar Injil: Yoh 1:14.12b
Firman telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, Semua orang yang menerima Dia, diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.
Bacaan Injil: Yohanes 1:1-18
Firman telah menjadi manusia.
Pada awal mula adalah Firman. Firman itu ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang bagi manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes. ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.
Ia sendiri bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
Terang itu telah ada di dalam dunia, dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Tetapi semua orang yang menerima Dia diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya, orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih dan kebenaran.
Tentang Dia Yohanes memberi kesaksian dan berseru, “Inilah Dia yang kumaksudkan ketika aku berkata: Sesudah aku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.”
Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus.
Tidak seorang pun pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
“Terang yang Datang ke Dunia”
1. Mengakhiri Tahun di Hadapan Sang Sabda
Ada sesuatu yang sangat indah ketika Gereja memberi kita bacaan Yohanes 1:1–18 tepat di penghujung tahun. Ketika dunia merayakan akhir tahun dengan gegap gempita, kembang api, dan hitung mundur, Gereja mengajak kita untuk merenungkan awal dari segala awal:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
Di saat banyak orang sibuk merencanakan resolusi, Tuhan mengajak kita kembali ke Sumber Hidup, Sang Sabda yang sejak semula hadir, yang menciptakan kita, menopang kita, dan memanggil kita kembali pulang.
Akhir tahun bukan hanya tentang evaluasi; ini juga adalah momen untuk kembali ke dasar: Siapa yang memulai hidup kita?
Siapa yang memegang seluruh perjalanan kita?
Siapa yang berada di balik setiap nafas kita?
Jawabannya: Sang Sabda—Firman yang hidup, Firman yang menjadi manusia.
Di sinilah inti renungan Katolik harian hari ini: di penghujung tahun, kita kembali kepada Terang yang tidak dapat dikalahkan kegelapan.
2. “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan…”
Kita hidup di dunia yang penuh “kegelapan”:
kecemasan tentang masa depan
luka dari hubungan yang gagal
rutinitas yang membuat iman terasa hambar
komentar dunia digital yang penuh tekanan
perbandingan yang membuat kita lupa siapa kita
Namun Yohanes menuliskan sesuatu yang sangat kuat:
“Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya.”
Kalimat itu bukan hanya puisi indah. Itu adalah janji.
Janji bahwa tidak ada kegelapan—bahkan yang sudah kita alami tahun ini—yang mampu menelan terang Kristus.
Banyak dari kita mungkin memasuki akhir tahun ini dengan campuran rasa syukur dan penyesalan. Ada doa yang belum dijawab, ada rencana yang tidak berjalan, ada harapan yang terasa semakin jauh. Tapi bacaan hari ini mengingatkan: Terang itu tetap bersinar, bahkan ketika kita tidak menyadarinya.
Inilah yang menjadi inti spiritualitas Katolik zaman now:
Iman bukan sekadar perasaan, tapi memilih percaya bahwa Terang bekerja, bahkan ketika mata kita belum melihatnya.
3. “Sabda itu telah menjadi manusia” — Allah yang Turun ke Titik Terdalam Manusia
Salah satu ayat paling radikal dalam seluruh Kitab Suci adalah Yohanes 1:14:
“Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita.”
Ini bukan sekadar informasi teologis; ini adalah revolusi ilahi.
Allah tidak hanya berbicara dari kejauhan.
Tidak hanya mengirim pesan lewat nabi.
Tidak hanya membuat aturan moral.
Allah turun, masuk ke sejarah manusia.
Masuk ke dalam kerapuhan daging kita.
Masuk ke dalam air mata, ketakutan, kelelahan, dan harapan kita.
Inilah inti Injil Yohanes 1:1–18: Allah tidak menunggu kita sempurna untuk datang.
Dia datang justru karena kita rapuh.
Saat kita merasa tidak cukup, tidak layak, atau tidak suci—Injil hari ini berkata:
Allah justru memilih tinggal di tengah manusia yang tidak sempurna.
Betapa menenangkan di akhir tahun seperti ini:
Tuhan tidak pernah kecewa karena kita tidak mencapai target rohani.
Tuhan tidak menuntut kita sudah berhasil berdoa dengan sempurna.
Tuhan melihat hati yang ingin kembali pada-Nya, meski pelan dan penuh jatuh–bangun.
4. Tahun yang Berlalu dan Terang yang Tetap Setia
Ketika kita menoleh ke belakang, kita mungkin melihat banyak hal:
berkat yang kecil tapi nyataperjuangan yang tidak pernah kita ceritakan pada siapa punmomen bahagia yang mungkin sekarang terasa jauhdosa dan keterpurukan yang membuat kita malu
Tapi Firman selalu berada di sana, menyertai kita, memeluk kita lewat keheningan doa, Ekaristi, dan kehadiran orang-orang yang mengasihi kita.
Jika ada rasa kacau, Tuhan melihat.
Jika ada luka, Tuhan peduli.
Jika ada rasa gagal, Tuhan tetap datang.
Dan Firman itu berkata:
“Aku tetap terangmu. Aku tetap harapanmu.”
Renungan akhir tahun ini bukan sekadar refleksi moral, tetapi pengakuan iman:
Tuhanlah yang memegang perjalanan ini dari awal hingga akhir.
5. “Supaya setiap orang yang menerimanya diberi kuasa menjadi anak-anak Allah”
Salah satu kalimat paling lembut dari perikop ini adalah:
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah.”
Kita hidup di era digital yang cepat membuat kita merasa “tidak cukup”:
tidak cukup sukses
tidak cukup kurus
tidak cukup kudus
tidak cukup produktif
tidak cukup sempurna untuk dicintai
Tetapi Tuhan berkata:
“Engkau cukup, karena engkau anak-Ku.”
Identitas anak Allah bukan hadiah untuk orang suci.
Itu adalah anugerah bagi semua orang yang mau menerima Sang Sabda.
Ini adalah fondasi spiritualitas Katolik yang paling mendalam:
Kita tidak hidup untuk meraih kasih Allah.
Kita hidup karena sudah dikasihi sejak semula.
6. Memulai Tahun Baru dengan Terang yang Sama
Akhir tahun seringkali penuh resolusi hebat. Tapi firman hari ini mengajak kita melakukan resolusi rohani yang sederhana namun kuat:
1) Biarkan Terang Kristus tinggal dalam dirimu.
Tidak perlu langkah besar.
Mulai dengan doa 5 menit sehari.
Mulai dengan satu ayat Kitab Suci.
Mulai dengan Ekaristi Minggu.
2) Kembalilah pada Sabda.
Sabda yang hidup lebih kuat dari suara kecemasanmu.
3) Lihat tahun baru sebagai perjalanan bersama Terang, bukan perjalanan membuktikan diri.
4) Pilih untuk percaya bahwa Terang menang, bahkan ketika kamu belum melihatnya.
7. Penutup: “Dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia”
Apa pun yang terjadi tahun ini—entah penuh berkat atau penuh luka—Injil Yohanes 1:1–18 meneguhkan kita:
Kasih karunia Allah selalu datang, terus-menerus, tidak pernah berhenti.
Bahkan hari ini, bahkan sekarang.
Tuhan tetap bekerja.
Terang tetap bersinar.
Firman tetap menyertai kita.
Semoga renungan ini menjadi terang kecil bagi perjalananmu menutup tahun 2025 dan membuka lembaran 2026 dengan iman yang lebih lembut, lebih berserah, dan lebih menyala.
Amin. (Sumber the katolik.com/kgg).