Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Pusat (Jakpus) mengatakan pada 2025, angka stunting di daerah setempat menurun dari sebelumnya 3,3 persen menjadi 3,1 persen.
Wali Kota Jakarta Pusat Arifin menegaskan upaya penurunan angka penyakit tersebut terus dilakukan secara maksimal pada 2026.
"Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) tahun 2026 untuk bisa kita terus lakukan secara berkesinambungan. Salah satu contoh, misalnya penanganan stunting kita yang ada di Jakarta Pusat," kata Arifin di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, berbagai upaya penanganan stunting digalakkan sepanjang 2025 sehingga dapat menurunkan angka penyakit ini menjadi 3,1 persen.
Namun meski mencatatkan penurunan, dia mengungkapkan capaian ini belum sepenuhnya optimal dan masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dilakukan pada 2026.
"Kita akan upayakan kembali, karena pada tahun ini terjadi penurunan dari 3,3 menjadi 3,1 persen. Ini menurut saya bagian dari upaya, dan kita terus fokus agar 2026 bisa ditekan lagi kasus-kasus stunting yang ada di Jakarta Pusat," ujar Arifin.
Dia pun mengaku menemui banyak tantangan di lapangan selama proses penanganan stunting sehingga hasilnya belum maksimal.
Akan tetapi, dia menuturkan upaya penurunan angka stunting di Jakarta Pusat tidak hanya dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan, melainkan juga melalui kolaborasi lintas sektor dengan membenahi lingkungan tempat tinggal.
Dia mengungkapkan sanitasi yang buruk dan lingkungan kumuh merupakan salah satu faktor pemicu stunting yang dominan di wilayah padat penduduk, seperti Jakarta Pusat.
Untuk itu, dia menilai kolaborasi perlu dilakukan dalam rangka menekan masalah stunting, khususnya dengan melibatkan Suku Dinas Perumahan, Suku Dinas Bina Marga, Suku Dinas Sumber Daya Air, Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, serta jajaran lainnya.
Arifin mencontohkan peran Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota yang turut andil mengubah wajah perkampungan padat menjadi lingkungan perumahan yang lebih layak huni melalui penghijauan.







