TRIBUNNEWSMAKER.COM - Kisah tragis ini memperlihatkan ironi mendalam, ketika anak pertama yang tubuhnya penuh luka lebam justru masih berusaha membela sang ibu setelah nyawanya dihabisi oleh adik kandungnya sendiri.
Selama kurang lebih tiga tahun terakhir, perlakuan kasar terus dialami oleh dua anak Faizah Soraya (42) tanpa henti.
Kekerasan itu tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga menimpa sang suami, Alham, yang kerap mendapat perlakuan serupa.
Meski secara status masih berpasangan suami istri, Faizah dan Alham diketahui sudah lama tidak tidur dalam satu kamar.
Situasi rumah tangga yang dingin dan penuh tekanan itu akhirnya berujung tragedi memilukan.
Faizah tewas ditusuk oleh anak bungsunya, AI (12), dalam sebuah insiden yang mengguncang warga sekitar.
Peristiwa tersebut terjadi di kamar lantai satu rumah mereka di Jalan Dwikora, Tanjung Rejo, Medan, Sumatera Utara, pada Rabu (10/12/2025).
AI, yang masih duduk di bangku kelas 6 SD, nekat menghabisi nyawa ibu kandungnya sendiri.
Namun, tindakan itu bukan tanpa latar belakang yang panjang dan penuh luka batin.
AI disebut sudah tidak sanggup lagi memendam dendam akibat kemarahan dan kekerasan yang terus dilakukan Faizah terhadap dirinya dan sang kakak.
Kapolrestabes Medan Kombes Pol Jean Calvijn Simanjuntak mengungkap bahwa ancaman dan kekerasan menjadi pola yang kerap terjadi di dalam rumah tersebut.
“Perlakuan korban terhadap bapak, kakak, adik mengancam dengan menggunakan pisau. Pernah mengancam ketiganya menggunakan pisau,” ujar Calvijn.
Puncak kekerasan yang membekas di ingatan AI terjadi pada 22 November 2025 lalu.
Baca juga: Gelagat Siswi SD Setelah Bunuh Ibu Kandung di Medan, Lari Peluk Ayah, Buka Baju Sebelum Tikam Korban
Saat itu, kakaknya dipukul menggunakan sapu hingga mengalami luka lebam yang parah.
Bagian kaki sang kakak, mulai dari betis hingga paha, dipenuhi bekas memar akibat pukulan berulang.
“Kakak sering dimarahi, dimaki, dipukul menggunakan sapu dan tali pinggang,” kata Calvijn.
Amarah Faizah juga kerap diluapkan kepada AI sebagai anak bungsu.
“Adik sering dimarahi dan dicubit,” tambahnya.
Ironisnya, dua anak perempuan tersebut dikenal sebagai siswi berprestasi di sekolahnya.
Amarah Faizah kian memuncak hingga akhirnya menghapus game online kesukaan AI, yang disebut menjadi salah satu pemicu emosi terakhir sebelum tragedi itu terjadi.
Siswi kelas 6 SD terinspirasi dari film anime tersebut lalu nekat membunuh ketika ibu sedang tidur.
Namun begitu, meski sudah sakit dan mengalami luka karena disiksa, ia tetap membela ibu ketika adik membunuh.
"Kakak terbangun dan merampas pisau lalu membuangnya di dalam kamar, sehingga adik mengambil pisau kecil. Pisau kedua yang ada di dapur," katanya.
Ketika adik mengambil pisau lain dari dapur dan hendak kembali ke kamar, sang kakak berusaha menutup pintu.
"Kakak berusaha menutup pintu sehingga pisau kecil yang dipegang adik terjatuh. Terjadi tarik menarik dengan kakak sehingga pisau terjatuh," kata Jean.
Pisau pertama yang dipakai AI membunuh dibuang kakak ke sudut kamar.
"Satu kamar kan mereka bertiga. Jadi kakaknya sempat melerai dan bahkan merampas pisau pertama dan dibuang ke bagian lantai ke ujung kamar," katanya.
Sang kakak kemudian lari ke lantai dua menggedor kamar ayah, Alham.
Ketika sang ayah bangun, barulah AI mulai diam.
Perlakuan kasar Faizah ke anak sudah berlangsung sudah berlangsung selama tiga tahun.
Sedangkan konflik rumah tangga dengan Alham retak sejak lima tahun silam.
Baca juga: Galaknya Ibu di Medan Sebelum Tewas Dibunuh Anaknya yang Masih SD, Sering Siksa Anak & Ancam Suami
Meski memendam dendam karena kakak kesayangan sering dimarahi, namun AI tak pernah bercerita apapun.
"Untuk kedua anak ini meamg sangat dibatasi sekali untuk komunikasi keluar. Karena kedua anak ini sangat akrab sekali," katanya.
Tetangga bahkan sampai menganggap keluarga Faizah sangat tertutup.
"Untuk komunikasi keluar berdasarkan hasil pemeriksaan di area rumah dan sekolah, keluarga ini cenderung tertutup dan tidak terlalu terbuka untuk komunikasi dengan tetangga," kata Jean.
Sedangkan AI juga bersikap normalnya siswi di sekolah.
Bahkan ia masuk kategori siswi berprestasi.
"Penilaian sekolah terkait adik, ini sangat pintar, sangat cerdas, beberapa kali ada perlombaan selalu menjuarai," katanya.
Atas tindakan AI, sang kakak sampai tak menyangka.
"Tidak ada yang menyangka kejadian tanggal 10, baik dari sisi kakaknya. karena malamnya baik-baik saja," kata Kombes Pol Jean Calvijn Simanjuntak.
(TribunNewsmaker.com/ TribunnewsBogor)