TRIBUNMANADO.COM, MANADO - Berikut adalah kesaksian Sutinem, lansia penghuni Panti Werdha Damai Manado.
Panti Werdha adalah sebutan lain untuk panti jompo atau rumah perawatan lansia.
Panti Werdha merupakan sebuah institusi atau tempat tinggal yang menyediakan layanan perawatan jasmani, rohani, sosial, dan perlindungan bagi orang lanjut usia (lansia) agar mereka dapat menikmati masa tua dengan layak, aman, dan tentram, baik karena terlantar, tidak memiliki keluarga, atau dititipkan keluarga yang tidak mampu merawatnya secara rutin.
Panti yang berada di Kelurahan Ranomuut, Kecamatan Paal Dua, Kota Manado itu terbakar pada Minggu (28/12/2025) pukul 20.36 Wita.
Dalam insiden itu, 16 orang meninggal dunia. Di mana 15 tubuh korban ditemukan hangus terbakar, sedangkan 1 tubuh lainnya masih utuh.
Selain itu, ada juga 16 penghuni lainnya yang berhasil selamat dan dirawat di rumah sakit.
Salah satu penghuni panti yang menjalani perawatan di RSUD Manado yakni Sutinem.
Kepada Tribunmanado.co.id. Sutinem memberi kesaksian detik-detik api melahap panti yang ia tempati.
Katanya tak ada firasat, tak ada tanda bahaya yang ia rasakan sebelumnya.
“Tidak ada yang aneh sebelum kejadian,” ujar Sutinem pelan saat ditemui di RSUD Manado, Selasa (30/12/2025).
Saat api mulai berkobar, Sutinem berada di lantai dua bangunan panti.
“Saya sedang mandi, tiba-tiba dengar orang teriak kebakaran,” katanya.
Teriakan itu membuat jantungnya berdegup kencang.
Tanpa sempat berpikir panjang, Sutinem berusaha menyelamatkan diri.
Ia keluar dari kamar mandi dan mencoba menuruni lantai dua, meski tubuhnya tak lagi sekuat dulu.
Kesehariannya, Sutinem hanya bisa berjalan dengan bantuan kruk forearm (tongkat lengan bawah)
Namun malam itu, rasa takut mengalahkan segala keterbatasan fisik yang ia miliki.
“Saya turun cuma pakai tongkat. Saya juga tidak tahu kenapa bisa cepat turun, padahal kaki saya sudah susah jalan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Keberuntungan berpihak kepadanya karena kamar yang ditempatinya berada di bagian depan bangunan.
Ia masih bisa melewati pintu depan bangunan sebelum api merambat lebih luas.
Ia mengatakan api pertama kali terlihat berasal dari bagian belakang bangunan.
Namun, api dengan cepat merambat ke bagian depan panti.
Sutinem menduga sumber api berasal dari area dapur.
“Saya tahunya api dari belakang, cepat sekali ke depan. Kemungkinan dari dapur,” jelasnya.
Di tengah kepanikan, Sutinem juga sempat mendengar suara ledakan yang menambah kepanikan para penghuni panti.
Sutinem dulunya pernah menikah namun cerai
Saat masih fit, ia bekerja serabutan.
Saat ini RSUD Manado masih merawat 10 dari 16 pasien korban kebakaran Panti Werdha Damai Ranomuut.
Direktur RSUD Manado, dr. Hesky Lintang, mengatakan para pasien masuk secara bertahap.
Sebanyak 14 pasien pertama kali dibawa ke RSUD Manado.
“Total pasien yang kami rawat ada 16 orang. Awalnya masuk 14, lalu masuk lagi dua,” ujar dr. Hesky, Selasa (30/12/2024).
Dari jumlah tersebut, satu pasien sempat dirujuk ke RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou karena memiliki riwayat penyakit jantung.
Setelah dirawat intensif, pasien tersebut telah kembali ke rumah dan berkumpul bersama keluarganya.
Selain itu, empat pasien lainnya juga telah dipulangkan dan dijemput oleh keluarga masing-masing.
Satu dari 10 pasien yang masih dirawat, Ang Soei Lan, mengalami luka bakar dengan luas sekitar 40 persen.
Meski demikian, kondisi pasien berangsur membaik berkat penanganan intensif dari tim medis.
"Awalnya kami rencanakan untuk dirujuk. Namun melihat perkembangannya cukup baik, kemungkinan akan dirawat lanjutan di sini,” jelasnya.
Sementara itu, kondisi pasien lainnya secara umum tergolong stabil.
Hanya saja, sebagian besar mengalami gangguan pola tidur akibat trauma pascakebakaran.
“Kalau yang lain sebenarnya kondisinya cukup baik, hanya terganggu pola tidurnya karena trauma,” katanya.
dr. Hesky juga mengungkapkan bahwa dari seluruh pasien yang dirawat, terdapat dua orang lansia yang tidak memiliki keluarga.
Pihak rumah sakit saat ini masih berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait terkait penanganan lanjutan bagi kedua pasien tersebut.
Kevin Supit (24) berdiri sendiri di ruang jenazah RS Bhayangkara Manado Selasa 30 Desember 2025.
Selasa siang itu Kevin harus mengurus kepergian orang yang paling berjasa dalam hidupnya.
Kevin adalah cucu tiri dari Herry Lombogia (70), salah satu korban kebakaran Panti Werdha Damai Manado, Minggu 28 Desember 2025.
Herry, warga Kelurahan Winangun Satu, Kecamatan Malalayang, menjadi satu dari korban yang jasadnya berhasil diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga.
Seluruh proses pengurusan jenazah dilakukan Kevin seorang diri.
Dari memastikan identitas opa Herry, menunggu peti mati disiapkan, hingga menyelesaikan administrasi rumah sakit.
Pantauan Tribun Manado, Kevin tampak mondar-mandir di ruang jenazah, memastikan jasad sang opa benar-benar ada di sana.
Kepada Tribun Manado, Kevin mengungkapkan bahwa sejak kecil ia hidup dalam asuhan sang opa.
Kedekatan itu membuat kepergian Herry Lombogia terasa seperti kehilangan orang tua sekaligus pelindung.
“Saya dibesarkan opa,” ucap Kevin lirih.
Di tengah duka, Kevin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses identifikasi hingga pemakaman.
“Terima kasih, karena penguburan sudah disediakan,” katanya.
Namun sebelum beranjak, Kevin menyampaikan satu pesan yang keluar dari kedalaman hatinya.
“Kalau kalian masih punya orang tua, urus mereka. Jangan titipkan di panti, selama masih mampu,” katanya sambil meneteskan air mata.
Lanjut Kevin, alasannya tak bisa mengurus sang opa karena ia hanya ngekos.
“Kalau saya, cuma ngekos. Saya tidak mungkin urus opa,” aku Kevin,
Ia menuturkan,awalnya tak tahu opanya masuk panti Werda.
Yang ia tahu, sang opa masuk rumah sakit karena sakit stroke.
"Ternyata sudah ke panti Werda," katanya.
Selama di rumah sakit, kata dia, Kevin rajin dihubungi sang opa.
Suatu kali, ponsel sang opa hilang. "Sampai pinjam hape perawat," katanya.
Dirinya terhitung rajin menyambangi Panti Werda untuk mengunjungi sang kakek.
Setiap melihatnya, sang kakek merasa senang.
"Saya pun senang," kata dia.
Namun keduanya alami lost kontak.
Kevin mengetahui kabar opanya meninggal dunia dari medsos. Seorang temannya memberi tahu tentang kebakaran panti Werda tempat opanya jalani perawatan.
Jenazah Herry sesungguhnya sulit dikenali secara fisik. Tapi Kevin mengenali kalung sang opa.
Ia menunjukkan kalung tersebut dan foto sang opa memakai kalung itu.
"Saya kenal kalungnya," kata dia.
Dalam kesempatan itu, ia berterima kasih pada banyak pihak yang sudah membantu identifikasi sang opa.
"Terima kasih karena penguburan sudah disediakan," katanya. Sebuah pesan lagi ia sampaikan. Kali ini terasa emosional.
Kevin tak mampu membendung air matanya.
Meski hubungan darah mereka tak dekat, Kevin menegaskan tanggung jawab itu ia jalani sepenuh hati.
“Saya cuma cucu tiri,” ujarnya singkat.
Dalam insiden itu,16 orang meninggal dunia. Di mana 15 tubuh korban ditemukan hangus terbakar, sedangkan 1 tubuh lainnya masih utuh.
Sebanyak empat dari 16 jenazah korban jiwa dalam kebakaran Panti Werdha Damai di Kelurahan Ranomuut, Kecamatan Paal Dua, Manado, Sulut, berhasil diidentifikasi oleh Polda Sulut.
Empat nama tersebut disebut dalam konferensi pers di rumah sakit Bhayangkara Manado, Selasa (30/12/2025).
Keempatnya adalah:
Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Alamsyah P. Hasibuan melalui Kabid Dokkes Kombes Pol Tasrif menuturkan, identifikasi berhasil dilakukan setelah pihaknya berhasil mencocokkan ante mortem dan post mortem.
"Kami bekerja sejak pukul delapan malam untuk mencocokkan data ante mortem dari keluarga dan pos mortem dari hasil penyelidikan dan selanjutnya dilakukan rekonsiliasi," katanya.
Ia menuturkan jenazah keempat korban teridentifikasi melalui medis dan properti dengan jenazah.
Ungkap dia, keempat jenazah akan diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan di pekuburan Pemkot Manado.
Untuk 12 jenazah lainnya, kata dia, tengah dalam proses identifikasi.
"Kami tengah memeriksa DNA," kata dia.
Ia menuturkan, waktu pemeriksaan selama dua pekan.
Berikut ini 5 fakta kebakaran Panti Werdha Damai yang berhasil dirangkum Tribunmanado.co.id, Selasa 30 Desember 2025.
Api diduga muncul dari bagian belakang bangunan dan dengan cepat menyebar ke seluruh area, menyebabkan kepanikan dan kesulitan evakuasi.
Petugas pemadam kebakaran, relawan, dan warga sekitar bekerja sama untuk memadamkan api dan menyelamatkan para lansia.
Dalam hitungan menit, asap tebal dan kobaran api mengepung bangunan, membuat proses evakuasi berlangsung dramatis dan penuh risiko.
Di tengah kepanikan, petugas Damkar berjuang keras memadamkan api sekaligus membuka akses evakuasi.
Suasana haru dan tangis pecah saat satu per satu penghuni berhasil diselamatkan, meski tak semua dapat tertolong.
Sejumlah warga yang turut meninjau punya tanggapan beragam terkait terbakarnya panti jompo ini.
Kata mereka, sistem keamanan panti buruk. Jalur evakuasi hanya satu.
Bagian belakang ditutupi rumah. Pagar kiri kanan tinggi, bagian atasnya ditutupi duri dan ada beling.
Bahkan kesaksian sejumlah penghuni, tak ada penjaga malam itu.
Yang ada hanyalah dua juru masak.
Informasi yang dihimpun Tribunmanado.co.id, Panti tidak memiliki alat pemadam api ringan.
Relawan, warga sekitar, hingga petugas pemadam kebakaran bahu-membahu menyelamatkan para lansia yang terjebak.
Sejumlah penghuni yang dalam kondisi lemah dan menggunakan kursi roda harus dibopong keluar.
Mereka dievakuasi melalui pagar dan dinding samping panti dengan cara saling mengoper tubuh korban agar bisa segera menjauh dari api.
Proses evakuasi berlangsung dramatis, penuh kepanikan dan air mata.
Di tengah api yang terus membesar dan asap pekat yang menyelimuti ruangan, Reki mengaku berhasil mengevakuasi tujuh orang dari dalam panti.
“Kami angkat satu per satu, ada yang sudah di kursi roda, kami naikkan ke pagar,” ujar Reki dengan suara bergetar.
Namun, perjuangan itu tak selalu berakhir bahagia.
Beberapa penghuni yang sempat dikeluarkan akhirnya meninggal dunia akibat terpapar asap terlalu lama.
Peristiwa itu meninggalkan luka mendalam bagi Reki dan warga yang malam itu menjadi saksi bisu kebakaran maut di Panti Werda Damai Manado.
"Ada yang sudah di kursi roda, kami naikkan ke pagar," kata dia.
Seorang opa berhasil ia selamatkan.
Namun meninggal dunia karena terpapar banyak asap.
Hal sedih lainnya yang ia alami adalah seorang oma.
"Oma itu katakan ia akan bersama keluarganya pada tanggal 5, tapi ia meninggal dunia, itu yang sesali," katanya.
Ia mengaku shock dengan kejadian itu. Sembari mengevakuasi penghuni, air matanya menetes
Terbakarnya Panti Werdha Damai Manado ini menewaskan 16 penghuni panti lansia, sementara 16 lainnya berhasil diselamatkan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Manado, 16 korban selamat saat ini mendapatkan perawatan intensif di RSUD Manado.
Sementara itu, jenazah 16 korban meninggal dunia dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Tragedi ini menyisakan duka mendalam, sekaligus menjadi pengingat pahit akan pentingnya sistem keselamatan dan kesiapsiagaan di fasilitas sosial yang menampung kelompok rentan.
Identitas 16 korban yang selamat dari peristiwa kebakaran Panti Werdha Damai Ranomuut:
Sementara itu sebanyak 16 jenazah ditemukan dalam proses evakuasi setelah kebakaran.
Kapolresta Manado Kombes Pol Irham Halid mengatakan, pihaknya masih melakukan olah TKP untuk memastikan penyebab kebakaran.
"Kami masih melakukan olah TKP," kata dia.
Sekda Manado Steven Dandel menuturkan, sebanyak 16 jenazah ditemukan di TKP.
Menurut dia, jenazah kini dibawa ke RS Bhayangkara Manado untuk keperluan identifikasi.
Mujizat itu nyata, hal ini dengan lantang dikumandangkan oleh Rolin (64).
Saat ditemui TribunManado.com di ruang lantai 6 RSUD Manado, Senin (29/12/2025), oma Rolin tengah beristirahat.
Ia berbaring di ranjang rumah sakit dengan dijagai keponakannya.
"Saya tak apa apa, hanya shock," kata dia kepada Tribun manado.
Selain Oma Rolin, ruangan itu diisi dua penghuni panti lainnya.
Keduanya, sebut dia, pikun.
Oma Rolin terlihat sangat peduli dengan keduanya.
"Ini ada makanan," kata dia kepada keduanya saat dibawakan makanan oleh pengantar makanan dari Pemkot Manado.
Oma Rolin bercerita, saat kejadian tersebut, ia sedang hendak tidur.
Obat baru saja ditelannya.
"Kamar saya berada dekat dapur, tiba tiba saja ada api," katanya.
Oma Rolin segera bergegas keluar kamar.
Sesungguhnya oma dalam keadaan stroke.
Ia berjalan dengan dibantu tongkat.
Jalannya sangat lambat.
Karena itulah, cerita selamatnya Oma seperti di luar nalar.
Oma berjalan keluar di tengah kobaran api dan semburan asap dan berhasil selamat.
Oma menyebutnya mujizat.
"Ini semua karena pertolongan Tuhan, saya tak tahu dapat kekuatan apa, tapi saya berjalan dan selamat," katanya.
Namun teman oma tak beruntung.
Sebut dia, sang teman tak selamat.
Oma menyebut ia teman sehatinya.
"Biasanya kami sering main gaple," katanya.
Di atas ranjang ruang IGD RSUD Manado, Sulawesi Utara (Sulut) Lao Kiem Hoa (73) terbaring lemah.
Lansia yang akrab disapa Ci Hoa itu masih menyimpan trauma usai lolos dari insiden kebakaran Panti Werdha Ranomuut, Kota Manado, Sulawesi Utara pada Minggu (28/12/2025) malam.
Peristiwa mencekam itu terjadi saat Ci Hoa sudah berada di dalam kamar dan bersiap untuk tidur di Panti Werdha.
Kepada Tribun Manado, ia bercerita. saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 20.00 Wita.
Ia tak pernah menyangka malam itu akan menjadi salah satu pengalaman paling menegangkan dalam hidupnya.
“Saat itu saya sudah di kamar, sudah mau tidur,” ucap Ci Hoa lirih saat ditemui, Senin (29/12/2025) siang.
Belum sempat terlelap, ketukan keras tiba-tiba terdengar di pintu kamarnya.
Dari luar, terdengar suara panik memanggil namanya.
Ternyata penjaga panti, Om Inyo.
Dengan nada panik, Inyo berteriak menyuruhnya segera keluar.
“Ada yang panggil dari luar, Ci Hoa keluar, keluar,’” katanya menirukan suara tersebut.
Awalnya Ci Hoa tak terpikir akan terjadi kebakaran.
Namun perasaan tak enak membuatnya bergegas membuka pintu.
Ia terkejut saat melihat api sudah membesar di bagian luar kamar.
Kepanikan pun tak terhindarkan.
Dengan kondisi fisik yang sudah renta, Ci Hoa hanya bisa berjalan menggunakan walker.
Ia berusaha keluar kamar dengan susah payah, sementara api terus membesar.
Di tengah situasi genting itu, pertolongan datang.
Seorang penatua panti bernama Jhony langsung menggendongnya keluar dari area berbahaya.
“Dia pikul saya keluar dari sana,” ujarnya sambil menirukan dengan tangan.
Di kamar tersebut, Ci Hoa tidak sendiri.
Ia tidur bersama seorang penghuni lain bernama Oma Rini.
Menurut Ci Hoa, Oma Rini menderita sakit dan hanya bisa terbaring di kasur tanpa mampu bergerak.
Ci Hoa selamat, namun kerabatnya tak bisa bisa tertolong.
Kebakaran itu membuat Ci Hoa kehilangan segalanya.
Ia keluar hanya dengan pakaian yang melekat di badan.
Tak satu pun barang pribadi berhasil diselamatkan.
Meski demikian, rasa syukur masih terucap dari bibirnya.
Ia meyakini keselamatannya adalah anugerah Tuhan.
“Yang penting kita bersyukur. Ini hanya anugerah Tuhan,” katanya pelan.
Ci Hoa lahir di Manado pada 28 Juni 1952. Ia merupakan anak tunggal dan tidak memiliki saudara.
Sejak 2023, ia tinggal di Panti Werda Ranomuut.
Dalam kesehariannya, Ci Hoa dikenal sebagai jemaat Gereja Kristus Manado di Jalan Sam Ratulangi, Kecamatan Wenang.
Ia punya keluarga di area Manado namun sudah jarang ketemu.
Ia sebelumnya tinggal sendiri di wilayah Karame.
Setelah rumahnya dijual, ia kemudian masuk ke panti Werdha. (Ara/Art/Pet/Fer/Ind)