TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Bondowoso - Menutup akhir tahun 2025, BPBD Bondowoso bersama Komunitas Bondowoyo melakukan aksi mitigasi bencana dengan menanam 2.000 pohon di Desa Sumbersalak, Kecamatan Curahdami, Rabu (31/12/2025).
Desa Sumbersalak dipilih karena wilayah tersebut pernah terdampak banjir bandang pada Maret 2025 akibat hujan deras. Desa yang berada di kaki Gunung Argopuro ini sempat diterjang material banjir berupa lumpur, ranting, dan kayu, yang merusak sejumlah rumah warga serta fasilitas umum.
Penanaman pohon secara simbolis dihadiri langsung oleh Sekretaris Daerah Bondowoso, Fathur Rozi. Ia menyebut kegiatan ini merupakan bagian dari strategi mitigasi bencana jangka panjang.
“Menanam pohon ini adalah investasi jangka panjang untuk generasi mendatang. Bukan hanya melestarikan alam, tapi juga menyediakan oksigen dan menciptakan lingkungan yang lebih asri dan aman,” ujarnya.
Baca juga: PKB Bondowoso Gelar Haul Gus Dur, Teguhkan Nilai Kebangsaan dan Perjuangan NU
Menurut Fathur, jenis pohon yang ditanam dipilih secara selektif, yakni pohon tegakan yang mampu menyerap air sekaligus memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.
“Kami memilih jenis pohon yang bisa menahan dan menyerap air, seperti pohon nangka. Intinya pohon yang kuat dan bermanfaat,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bondowoso, Yuli Triandana, menilai keterlibatan Komunitas Bondowoyo menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat bahwa mitigasi bencana bukan hanya tugas pemerintah.
“Ini menunjukkan pemahaman bahwa mitigasi bencana harus dilakukan secara kolaboratif. Ada konsep pentahelix, salah satunya melibatkan masyarakat,” jelas Yuli.
Selain penanaman pohon, BPBD Bondowoso juga menggelar sosialisasi mitigasi bencana kepada warga Desa Sumbersalak. Masyarakat diajak meningkatkan kewaspadaan, terutama menghadapi musim hujan dengan potensi cuaca ekstrem.
Baca juga: Tujuh Desa di Bondowoso Dijadwalkan Gelar Pilkades PAW pada 2026
Yuli menyebutkan, berdasarkan prakiraan BMKG, hingga akhir Desember 2025 terjadi peningkatan cuaca ekstrem yang dipengaruhi oleh aktifnya Monsun Asia serta kemunculan bibit siklon tropis 93S di Samudera Hindia.
“Dampaknya cukup terasa, mulai dari intensitas hujan yang tinggi hingga angin kencang,” pungkasnya.
Berdasarkan data BPBD Bondowoso, hingga 21 Desember 2025 tercatat 301 kejadian bencana di wilayah tersebut.
Rinciannya meliputi 18 banjir, 6 banjir bandang, 119 cuaca ekstrem atau angin kencang, 26 tanah longsor, 3 kebakaran hutan dan lahan, 9 gempa bumi, 92 erupsi gunung, serta 19 kejadian kekeringan.
Dalam ratusan kejadian tersebut, tercatat empat korban meninggal dunia, terdiri dari tiga korban kecelakaan air dan satu orang hilang di gunung. Selain itu, 15 orang mengalami luka-luka.
Kerusakan rumah akibat bencana sepanjang 2025 mencapai 508 unit, dengan rincian 364 rumah rusak ringan, 105 rusak sedang, dan 39 rumah rusak berat.
(TribunJatimTimur.com)