MPM Muhammadiyah Gandeng Jatam Difabel Kelola Ayam Petelur Standar Global 
December 31, 2025 05:01 PM

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melakukan ekspansi pengembangan telur ayam.

Mereka menggandeng Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) Difabel melalui pengembangan peternakan ayam petelur sehat Telur Moe. 

Langkah tersebut diperkuat dengan Kickoff Program Kemitraan Peningkatan Ekonomi Berbasis Inklusi melalui Pengembangan Ternak Ayam Petelur Sehat yang diselenggarakan pada Rabu (31/12/2025).

Program pendampingan kelompok Jatam Difabel peternak ayam petelur ini merupakan bentuk kolaborasi antara MPM PP Muhammadiyah dengan Lazismu Pusat, dan Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. 

Telur Moe telah tercatat sebagai produk telur dari komunitas difabel pertama di dunia yang peternakannya bersertifikasi HFAC (Humane Farm Animal Care), sebuah standar internasional kesejahteraan hewan ternak.

Ketua MPM PP Muhammadiyah, Nurul Yamin, mengatakan ini adalah bagian dari strategi di dalam penguatan masyarakat di bidang ekonomi. Berbasis pada komunitas. 

“Kelompok-kelompok yang selama ini termarjinalkan, mendapatkan ruang untuk berekspresi secara ekonomi,” ujarnya.

Telur Moe yang dikembangkan oleh MPM ini, lanjut Yamin, memiliki tiga dimensi. 

“Pertama tentu berkaitan dengan kesehatan itu sendiri. Karena telur ini dikelola atau dipelihara ayamnya Dengan prinsip-prinsip bukan hanya sehat pakannya, tetapi juga welfare animal,” ungkapnya.

Kedua, bidang ekonomi. Produk Telur Moe dikelola sepenuhnya oleh difabel, sehingga kandangnya pun didesain dengan kandang yang ramah difabel.

“Kursi roda bisa masuk, dia bisa kasih makan dan segala macam. Sehingga menciptakan aktor ekonomi bagi komunitas-komunitas difable. Nah itulah yang mengurangi ketergantungan, sehingga spirit kemandiriannya itu bisa diwujudkan,” terang Yamin.

Terakhir adalah kolaborasi dalam gerakan dakwah selalu mengedepankan kolaborasi dan sinergi. 

Dalam hal ini Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta memiliki sumber daya yang cukup lengkap di dalam pengembangan pangan.

"Untuk operasional kira-kira satu setengah bulan. Secara ekonomi kita berharap akan lebih besar perputaran ekonominya dari sekarang," ujarnya.

Pendamping Jatam Difabel peternak ayam petelur, Arya Khoirul Hamam menjelaskan pengelolaan peternakan ini sudah berstandar global sesuai dengan label Certified Humane. 

“Farmnya ini dipelihara dengan kesejahteraan hewan yang tinggi, traceability product yang bagus, kesejahteraan hewan yang bagus. Berarti mengelola kesehatan hewanya juga bagus, kualitas telurnya juga tersahabat,” ujarnya.

Dijelaskannya, dalam pemberdayaan ini sebelumnya masyarakat difabel sama sekali belum tahu cara beternak hingga hari ini bisa berkembang sedemikian rupa.

“Teman-teman difabel hari ini sudah mampu membayar zakat. Padahal, ada stigma awalnya mereka yang membawa proposal, sekarang sampai dimintai proposal,” sebut Arya.

Adapun pengembangan yang tengah dilakukan, antara lain meliputi penambahan jumlah ayam sebanyak 300 persen. 

Dari jumlah yang sebelumnya 300 ekor, kini ditambah lagi menjadi 1000 ekor dengan kandang yang berdiri diatas lahan seluas 400 meter persegi.

Badan Pembina Harian Unisa, Adam Jerusalem meyakini program ini akan membawa manfaat yang banyak. 

“Unisa sebagai universitas yang memang punya visi wawasan kesehatan, tentu menyambut baik apa yang diprogramkan oleh MPM juga, memberdayakan kelompok difabel untuk peningkatan ekonominya dengan program produksi ayam telur,” jelasnya. (*).

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.