TRIBUNPRIANGAN.COM – Tribuners, untuk bermuhasabah setiap detik, fokus pada kesadaran akan kematian (mengingat ajal), evaluasi niat & perbuatan (apakah demi Allah?), dan selalu beristighfar serta memperbaiki diri, dengan menjadikan setiap nafas sebagai kesempatan untuk lebih baik, serta introspeksi salat, amalan, dan akhlak secara konsisten untuk mendekatkan diri pada Allah.
Berbicara perihal Jumat lusa nanti, tepatnya di hari Jumat tanggal 2 Januari 2026, kita selaku laki-laki beragama muslim akan melaksanakan ibadah Salat Jumat.
Hari Jumat yang merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari pun diyakini oleh kaum muslimin sebagai hari yang penuh keberkahan.
Khusus untuk khutbah pada Jumat lusa nanti, berikut merupakan naskah khutbah Jumat yang sudah TribunPriangan.com lansir dari berbagai sumber 2 Januari 2026 bertemakan "3 Cara Mudah Mudah Bermuhasabah Diri Setiap Detik".
Baca juga: Naskah Resmi Kemenag Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Premanisme, Kezaliman yang Merusak Masyarakat
Khutbah 1
اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Baca juga: Naskah Resmi Kemenag Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Premanisme, Kezaliman yang Merusak Masyarakat
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Salah satu sifat yang harus kita miliki atau aktivitas yang harus kita lakukan sebagai seorang muslim adalah apa yang disebut dengan Muhasabah atau evaluasi dan introspeksi diri. Perjalanan hidup yang dijalani secara rutin seringkali membuat manusia terjebak pada rutinitas sehingga kehilangan makna hidup yang sesungguhnya, bahkan bisa jadi kesalahan yang dilakukanpun tidak disadarinya, apalagi bila kesalahan itu sudah biasa dilakukan.
Oleh karena itu, suatu momentum yang kita hadapi harus kita jadikan sebagai kesempatan yang baik untuk melakukan muhasabah, karena salah satu yang terkait dengan muhasabah adalah pemanfaatan waktu yang terus berjalan dan ketika waktu sudah berlalu, maka dia tidak mungkin kembali lagi, sementara bisa jadi waktu berlalu begitu saja tanpa bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk hal-hal yang baik dalam bingkai ketaqwaan kepada Allah swt. Keharusan kita melakukan muhasabah terdapat dalam firman Allah swt:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Hasyr [59]:18)
Sahabat Nabi yang bernama Umar bin Khattab berpesan kepada kita semua tentang keharusan bermuhasabah ini, beliau menyatakan: “Hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihitung (oleh Allah).”
Pada hari kiamat, ada dua hari yang sangat penting. Yaumul Hisab, yakni hari penghitungan amal manusia, karenanya amal kita ada hitungannya. Shalat sendiri nilainya satu, sedang berjamaah nilainya dua puluh tujuh. Ada lagi yang disebut Yaumul Mizan, yakni hari penimbangan amal manusia. Karenanya, amal itupun ada bobot beratnya, misalnya shalat jenazah pahalanya satu qirat, setelah itu mengantar jenazah ke kuburannya, dapat lagi satu qirat. Ketika Rasul ditanya tentang itu, maka beliau mengatakan bahwa satu qirat itu sebesar gunung uhud, tentu kalau ditimbang berat, karena itu gunung batu.
Baca juga: Naskah Resmi dari Kemenag Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Pentingnya Silaturahmi Sesama Umat Manusia
Sidang Jumat Yang Dimuliakan Allah.
Muhasabah bisa kita lakukan dengan tiga cara. Pertama, muhasabah sebelum berbuat, yakni memikirkan terlebih dahulu; apakah yang hendak dilaksanakan itu sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya atau tidak. Dalam kaitan ini, seorang muslim yang sejati harus melakukan sesuatu sebagaimana ketentuan Allah dan Rasul-Nya sehingga sesuatu itu tidak langsung dilaksanakan tetapi dipikirkannya terlebih dahulu matang-matang. Kalau yang hendak dilaksanakan itu sesuatu yang sesuai dengan ketentuan Islam, maka dia akan terus melaksanakan meskipun hambatan dan tantangannya besar, sedang bila tidak sesuai dengan ketentuan, maka dia akan meninggalkannya meskipun menguntungkan secara duniawi, inilah yang seringkali disebut dengan "berpikir sebelum berbuat". Bagi orang yang beriman, dia akan menyesuaikan diri saja dengan apa yang Allah kehendaki sebagaimana firman Allah:
“Dan kamu tidak dapat mengfhendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS At Takwir [81]:29).
Maka, untuk memasuki hari, pekan, bulan hingga tahun yang akan datang, semua kita harus merencanakan hal-hal yang dibenarkan untuk kita lakukan.
Kedua, muhasabah pada saat melaksanakan sesuatu, caranya dengan selalu mengontrol diri agar tidak menyimpang dari apa yang semestinya dikerjakan dan bagaimana melaksanakannya. Hal ini karena, banyak orang yang sedang melakukan sesuatu menyimpang dari ketentuan yang semestinya. Dalam kaitan ini, muhasabah dapat mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan pada saat melaksanakan sesuatu atau menghentikannya sama sekali. Dalam soal motivasi, muhasabah sangat penting untuk dilakukan agar niat yang sejak awal sudah betul-betul ikhlas tidak menjadi kotor karena ada pujian dari orang lain. Kalau niatnya kotor, seseorang menjadi tambah semangat dalam melakukan sesuatu karena mendapat pujian itu, begitulah seterusnya dalam persoalan pelaksanaan atas sesuatu.
Meskipun seseorang telah beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, mungkin saja mereka digoda oleh syaitan sehingga ia segera menghentikan penyimpangan yang dilakukan dan bertaubat, Allah swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS Al A'raf [7]:201).
Baca juga: Naskah Resmi dari Kemenag Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Keutamaan Bulan Muharam
Sidang Jumat Yang Dimuliakan Allah.
Ketiga, muhasabah setelah melakukan sesuatu dengan maksud agar kita dapat menemukan kesalahan yang kita lakukan, lalu menyesali dengan taubat dan tidak melakukannya lagi pada masa-masa mendatang. Muhasabah setelah melakukan sesuatu merupakan perkara yang amat penting, karena begitu banyak orang yang melakukan kesalahan, tapi tidak memahami dan tidak menyadarinya lalu mengulangi kesalahan itu lagi, apalagi kalau sesuatu yang dilakukan itu telah menyampaikan kesuksesan, padahal bisa jadi terdapat kekeliruan dalam mencapainya.
Manakala seseorang sudah menemukan kesalahan dirinya lalu bertaubat dengan sesungguh hati, maka Allah swt amat senang kepadanya, melebihi kesenangan seseorang yang menemukan kembali kendaraannya yang hilang di tengah hutan, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa tetapi bertaubat.” (HR. Ahmad).
Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat seorang hamba-Nya, melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali dengan tiba-tiba untanya yang hilang daripadanya di tengah hutan (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, dalam konteks pergantian hari, bulan dan tahun, semua kita harus melakukan introspeksi diri untuk selanjutnya bertaubat atas dosa dan kesalahan, lalu merencanakan sesuatu yang baik dan benar serta bertekad untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt dan Rasul-Nya.
Demikian khutbah yang singkat hari ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, Aamiin ya Rabbal Alamin.
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Jadilah Bagian dari Amalan yang Tersembunyi
Khutbah 2
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، َأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.