Sampah Menggunung di Paya Ilang Takengon, Warga Hirup Bau Busuk Hingga Ancaman Bagi Kesehatan
December 31, 2025 05:51 PM

Laporan Wartawan Tribun Gayo Romadani | Aceh Tengah 

TribunGayo.com, TAKENGON - Tumpukan sampah di Paya Ilang, Kampung Blang Kolak, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah, mengeluarkan aroma tak sedap yang mengganggu warga sekitar serta pengendara yang melintas.

Pantauan TribunGayo.com, Rabu (31/12/2025), sampah yang berasal dari wilayah Kota Takengon tersebut ditumpuk di pinggir jalan ramai yang setiap hari dilalui masyarakat.

Sampah tampak menggunung setinggi pandangan pengendara roda dua dan berjejer sepanjang lebih dari seratus meter di ruas jalan lintas Pasar Paya Ilang, Takengon.

Seorang ibu rumah tangga setempat, Yati Sari, mengatakan sejak bencana alam November lalu, lokasi penumpukan sampah semakin dekat dengan pemukiman warga dan tidak lagi diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Selama tiga hari terakhir, tidak ada alat berat yang beroperasi untuk meratakan dan menimbun sampah dengan tanah seperti biasanya, sehingga tumpukan sampah terus bertambah dan mengeluarkan bau menyengat.

“Sebagai langkah darurat, sampah-sampah itu kerap dibakar oleh petugas kebersihan setiap selesai waktu Maghrib,” ujar Sari kepada TribunGayo.com.

Namun, kepulan asap pembakaran dan aroma tak sedap tersebut kini mulai berdampak pada kesehatan warga sekitar, terutama anak-anak.

Ia mengaku sejumlah anak di lingkungan tempat tinggalnya mengalami batuk dan demam, meski belum mengetahui secara pasti penyebabnya.

“Sudah beberapa hari alat berat tidak ada, sampah terus datang, sebagian dibakar. Bau busuk tercium kuat, lalat juga makin banyak dari biasanya,” keluh Sari.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Aceh Tengah, dr Arizqa Fintama, menyampaikan bahwa asap pembakaran sampah secara langsung dapat memicu gangguan saluran pernapasan atas seperti batuk dan pilek.

“Sampah bisa menjadi sumber penyakit jika pengelolaannya tidak dilakukan dengan benar. Dalam radius tertentu, kondisi ini sangat berdampak bagi kesehatan masyarakat sekitar,” ujar dr Aris.

Selain polusi udara, tumpukan sampah yang menggunung juga berpotensi mengundang berbagai vektor penyakit dari bertambahnya lalat, tikus, nyamuk, bakteri, dan virus.

“Ini bisa menjadi sumber penyakit dan mencemari lingkungan, termasuk air. Sampah juga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan serangga yang mudah masuk ke rumah warga,” jelasnya.

Dr Aris menyebutkan, Dinas Kesehatan sebelumnya telah melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi tumpukan sampah sebagai upaya pencegahan.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa solusi utama tetap pada pengangkutan dan pengelolaan penanganan sampah secara permanen agar tidak menimbulkan dampak kesehatan yang lebih serius.

Sementara itu, Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Aceh Tengah, Rahmat Hidayat, S.STP, M.Si, menjelaskan bahwa sampah wilayah perkotaan belum dapat diangkut ke TPA Uwer Tetemi, Kampung Mulie Jadi, Kecamatan Silih Nara, akibat putusnya akses jalan pascabencana alam.

“Pengangkutan belum bisa dilakukan karena akses menuju TPA terputus akibat dampak bencana alam November lalu,” katanya.

Ia menambahkan, alat berat saat ini masih difokuskan untuk penanganan longsor dan perbaikan akses jalan.

“Namun kami mendapat informasi, hari ini alat berat sudah kembali ke lokasi,” ujarnya.

Salah seorang pengendara sepeda motor, Hardian, menilai persoalan sampah bukan hal sepele, terutama bagi kesehatan lingkungan dan anak-anak.

Menurutnya, pemerintah perlu menyampaikan informasi secara terbuka terkait jumlah dan keberadaan alat berat, termasuk kepastian waktu penanganan.

“Harus disampaikan ke publik. Kita belum sepenuhnya pulih dari bencana, jangan sampai persoalan sampah justru menambah masalah baru,” tutup Hardian. (*)

Baca juga: Warga Meninggal Dunia karena Banjir dan Longsor di Aceh Bertambah Jadi 523 Jiwa, Hilang 31 Orang

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.