SURYA.CO.ID - Aktivis sekaligus Manajer Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, menjadi korban teror orang tak dikenal.
Sebuah bangkai ayam dikirimkan ke kediamannya, Selasa (30/12/2025) pagi, disertai pesan ancaman yang mengintimidasi pihak keluarga.
Bangkai ayam tersebut ditemukan tergeletak di teras rumah Iqbal sekitar pukul 05.30 WIB tanpa pembungkus.
Di bagian kaki ayam, terikat plastik berisi kertas bertuliskan pesan: “JAGALAH UCAPANMU APABILA ANDA INGIN MENJAGA KELUARGAMU, MULUTMU HARIMAUMU”.
Iqbal mengaku sempat mendengar suara benda jatuh pada Selasa dini hari, namun baru menyadari kiriman tersebut saat pagi hari.
Ia segera melakukan dokumentasi dan melaporkan kejadian ini melalui kanal resmi Greenpeace Indonesia.
Iqbal Damanik adalah lulusan Sarjana Komunikasi Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2012.
Dilaporkan Iqbal memulai kariernya sebagai Peneliti untuk Pengawas Otonomi Regional pada Mei 2013 sampai April 2016.
Lalu pada Januari-Desember 2016, ia menjadi Asisten Peneliti untuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Article 33 Indonesia.
Baca juga: Sosok Letkol Arh Hanny Galih Satrio, Lulusan Terbaik Unhan yang Kini Pimpin Kodim 0807 Tulungagung
Iqbal sempat bergabung sebagai Direktur Tambang dan Energi untuk Auriga Nusantara pada Februari 2017-Februari 2021.
Setelah itu, Iqbal bergabung dengan Greenpeace pada Maret 2021, sebagai Aktivis Hutan.
Pada Agustus 2024, ia diangkat menjadi Aktivis Hutan Senior sampai Juli 2025.
Sejak Juli 2025 hingga sekarang, Iqbal menjabat sebagai Manajer Iklim dan Energi.
Selama ini, Iqbal menjadi salah satu aktivis yang vokal menyuarakan soal lingkungan.
Pihaknya menjadi salah satu aktivis yang gencar menyuarakan agar Raja Ampat tak dijadikan tambang nikel.
Baca juga: Akhir Nasib Letda Made dan Thariq Singajuru Dihukum Lebih Berat dari 15 Terdakwa Kasus Prada Lucky
Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, menduga kuat aksi ini merupakan upaya intimidasi terhadap kerja-kerja aktivis lingkungan.
“Sulit untuk tak mengaitkan kiriman bangkai ayam ini dengan upaya pembungkaman terhadap orang-orang yang gencar menyampaikan kritik atas situasi Indonesia saat ini."
"Ada satu kemiripan pola yang kami amati, sehingga kami menilai ini teror yang terjadi sistematis terhadap orang-orang yang belakangan banyak mengkritik pemerintah ihwal penanganan bencana Sumatera,” kata Leonard.
Belakangan, Iqbal memang vokal di media sosial terkait analisis penyebab banjir Sumatera, termasuk isu deforestasi dan alih fungsi lahan.
Leonard menambahkan bahwa kritik tersebut adalah bentuk solidaritas terhadap korban bencana.
“Kritik publik, termasuk pengkampanye kami, terhadap cara pemerintah menangani banjir Sumatera ini sebenarnya lahir dari keprihatinan dan solidaritas terhadap para korban."
"Apalagi di balik banjir Sumatera ini ada persoalan perusakan lingkungan, yakni deforestasi dan alih fungsi lahan yang terjadi menahun, yang terjadi atas andil pemerintah juga. Belum lagi pemerintahan Prabowo malah akan membuka jutaan hektare lahan di Papua, yang bakal merugikan Masyarakat Adat dan memperburuk dampak krisis iklim,” ujar Leonard.
Pola teror ini ternyata tidak hanya menyasar aktivis lingkungan.
Di Aceh, pemusik DJ Donny dan pemengaruh Sherly Annavita juga melaporkan serangan serupa setelah menyuarakan pendapat mereka.
Greenpeace Indonesia menegaskan bahwa tindakan intimidasi ini tidak akan menghentikan langkah mereka dalam menyuarakan isu keadilan iklim dan hak asasi manusia.
“Upaya teror tak akan membuat kami gentar. Greenpeace akan terus bersuara untuk keadilan iklim, HAM, dan demokrasi,” tutup Leonard.
Publik mendesak aparat kepolisian untuk segera mengusut tuntas demi menjamin rasa aman dan melindungi kebebasan berpendapat yang dijamin konstitusi.
===
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.
Klik di sini untuk untuk bergabung