Renungan Harian Katolik 1 Januari 2026: Berkat Tuhan di Awal Tahun yang Baru
December 31, 2025 08:19 PM

Oleh: RD. Leo Mali
Rohaniwan dan Dosen Fakultas Filsafat Unwira Kupang, Nusa Tenggara Timur.

POS-KUPANG.COM - Setiap awal tahun, Gereja tidak memulai langkahnya dengan perhitungan manusia, melainkan dengan berkat Tuhan. 

Di hadapan waktu yang baru, umat Allah lebih dahulu diajak untuk mendengar firman yang sama yang pernah disampaikan Tuhan kepada Musa untuk diteruskan kepada Harun dan anak-anaknya: 

“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” (Bil. 6:24-26).

Berkat ini bukan sekadar doa pembuka tahun, melainkan janji ilahi bahwa hidup manusia berada dalam terang wajah Allah, bukan semata-mata dalam kendali nasib atau kekuatan diri sendiri. 

Baca juga: Opini: Memaknai Waktu

Namun janji berkat Allah tidak berhenti pada kata-kata yang diucapkan dalam liturgi atau tradisi keagamaan. 

Rasul Paulus mengingatkan bahwa janji itu digenapi secara konkret ketika “pada kepenuhan waktu, Allah mengutus Putra-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterimasebagai anak-anak-Nya” (Gal. 4:4–5). 

Dengan demikian, berkat Allah bukan hanya perlindungan dari jauh, tetapi kehadiran Allah sendiri yang masuk ke dalam sejarah manusia, agar manusia tidak lagi hidup sebagai hamba ketakutan, melainkan sebagai anak-anak dan ahli waris janji-Nya. 

Iman akan pemenuhan janji inilah yang diwartakan Gereja sejak awal. Dalam terang iman itu, Gereja mengakui Yesus Kristus sebagai sungguh Allah dan sungguh manusia. 

Maka Maria, yang melahirkan Dia, sejak Konsili Efesus tahun 431, diakui sebagai Bunda Allah (Teotokos). 

Pengakuan ini bukan terutama tentang kemuliaan Maria, melainkan tentang kesetiaan Allah pada janji-Nya. 

Dalam diri Maria, janji yang diucapkan kepada Abraham dan bangsa Israel menemukan tempat tinggalnya dalam sejarah. 

Ia menjadi titik temu antara janji dan penggenapan, antara sabda Allahdan tubuh manusia. 

Karena itulah Gereja, pada hari pertama tahun baru, mengarahkan pandangan umat kepada Maria Bunda Allah. 

Di awal perhitungan kalender sejak ditetapkan oleh Julius Caesar sejak tahun 45 SM dan disempurnakan oleh Sri Paus Gregorius XIII tahun 1582 hingga sekarang, Gereja menegaskan bahwa sejarah hidup kita dimulai bukan dari angka, tetapi dari tindakan Allah. 

Tahun yang baru tidak dimulai dengan kalkulasi dan rencana manusia, melainkan dengan pengakuan iman bahwa Allah lebih dahulu bekerja, lebih dahulu memberkati, dan lebih dahulu menyertai.

Injil hari ini juga mengingatkan bahwa tindakan Allah dalam sejarah manusia tidak hadir dalam bentuk yang gemerlap dan pasti menurut ukuran dunia. 

Kelahiran Yesus diselimuti kesederhanaan dan kerapuhan. Sukacita para gembala bercampur dengan keheningan Maria yang “menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya.

”Maria tidak memiliki peta masa depan yang jelas. Ia tidak tahu secara rinci apa yang akan terjadi dalam hidup Putranya dan dalam hidupnya sendiri. Tetapi ia tahu satu hal: Allah setia pada sabda-Nya dan ia menyimpan diam-diam harta rohani ini dalam hatinya (Luk. 2: 16-21.). 

Di sinilah letak makna terdalam iman Maria bagi kita di awal tahun. Ia menatap masa depan bukan dengan kepastian kendali manusia, melainkan dengan hati yang percaya. 

Maria mengajarkan bahwa hidup tidak berjalan menurut kepastian perhitungan kita, tetapi menurut kesetiaan Allah yang bekerja dalam waktu. 

Dalam sikap iman seperti itulah Maria menjadi penyalur berkat pertama bagi dunia: bukan karena ia menguasai masa depan, tetapi karena sejak menerima kabar malekat ia telah menyerahkan hidupnya kepada Allah. 

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk. 1: 38)

Gereja mengajak kita di awal tahun yang baru ini, untuk menerima berkat Tuhan dengan sikap yang sama: tidak dengan rasa aman palsu, tetapi dengan iman yang rendah hati dan terbuka. 

Kita melangkah ke depan memasuki tahun 2026 bukan karena tahu apa yang akan terjadi, melainkan karena percaya dengan siapa perjalanan hidup di tahun ini akan kita tempuh. 

Dalam terang wajah Tuhan yang bersinar atas hidup kita, kita memasuki tahun yang baru sebagai anak-anak Allah. 

Inilah sesungguhnya berkat terbesar yang pernah kita terima dalam hidup. Selamat tahun baru, selamat Hari raya Maria Bunda Allah. (*)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.