Setelah Tragedi Pager, Warga Israel Panik Dikirimi Jutaan SMS: Peringatan Darurat, Cari Perlindungan
Sri Juliati September 20, 2024 02:34 PM

TRIBUNNEWS.COM – Warga Israel panik karena dikirimi jutaan pesan singkat atau SMS setelah tragedi ledakan alat komunikasi pager dan walkie-talkie di Lebanon yang menewaskan puluhan orang.

SMS itu dikirimkan kepada banyak warga Israel pada Kamis malam (19/9/2024) dan berisi perintah untuk mencari tempat berlindung.

“Peringatan darurat – segera cari tempat perlindungan,” demikian pesan itu, dikutip dari Maariv.

SMS itu juga disisipi dengan tautan yang mengarah ke beberapa laman Komando Dalam Negeri.

Direktorat Siber Nasional Israel berujar SMS itu ditulis dalam bahasa Ibrani dan muncul pada ponsel-ponsel warga Israel.

ABC News melaporkan bahwa Iran dan Hizbullah telah meretas penyedia layanan seluler Israel dan memanfaatkannya. Pemerintah Israel tidak menyebutkan nama penyedia layanan itu.

“Ucapkan selamat tinggal kepada orang terkasih kalian,” demikian bunyi salah satu SMS.

“Jangan khawatir, kalian akan bisa memeluk mereka di neraka."

Direktorat Siber Nasional mengklaim SMS itu adalah “upaya sederhana untuk memicu kepanikan masyarakat”.

Menurut lembaga itu, warga Israel menerima tiga versi SMS. Semuanya berisi tautan berbahaya ke laman tak dikenal.

Adapun pengirim SMS itu mengaku bernama “SyHaNasrala” atau Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah.

Haaretz menyebut ada pula SMS yang ditulis dalam bahasa Inggris.

“Jika kalian ingin hidup, pergilah. Jika kalian ingin tetap tinggal, pergilah ke neraka.”

Direktorat Siber Nasional mengatakan saat ini ada peningkatan jumlah SMS intimidasi seperti itu.

Lembaga itu meminta warga Israel tidak membuka tautan apa pun dalam SMS itu.

Di samping itu, masyarakat diminta memblokir nomor pengirim SMS dan melaporkannya kepada Direktorat Siber Nasional.

Sejak perang di Gaza meletus, pemerintah Israel sudah memperingatkan adanya upaya dari pihak di luar negeri yang bertujuan mengumpulkan data mengenai warga Israel atau meretas alat komunikasi dengan spyware dan malware.

Serangan-serangan siber itu dikenal sebagai “serangan narasi” dan melibatkan perang psikologis guna memicu kepanikan.

Shin Bet atau dinas keamanan Israel mengonfirmasi adanya beberapa pihak dari luar negeri, termasuk Iran, yang menjalankankan kampanye di media sosial.

Selain itu, ada peningkatan jumlah paket dan surat yang mengancam anggota anggota dewan Israel dan anggota keluarga sandera yang ditahan di Gaza.

Pengirim terkadang memanfaatkan informasi yang dicuri melalui sarana teknologi infomasi.

Para peretas dari Iran sudah membocorkan banyak informasi rahasia yang dicuri dari Israel.

Hal itu dilakukan untuk mempermalukan Israel dan terkadang untuk mengganggu lembaga pertahanan dan ekonomi negara Zionis itu.

Asosiasi Internet Israel sudah membantu Direktorat Siber untu membangun jaringan publik guna menerima laporan tentang pesan ancaman.

Tidak hanya Israel, Amerika Serikat (AS) kini juga menghadapi situasi serupa menjelang pilpres bulan November nanti.

Badan intelijen AS dan para raksasa teknologi seperti Google dan Micosoft mengungkapkan bahwa Iran sudah meretas markas tim pemenangan Donald Trump dan membocorkan informasi.

Iran juga berusaha melancarkan serangan yang sama terhadap Kamala Harris, rival Trump dalam Pilpres AS 2024.

"Kalian dikubur minggu depan"

Ada juga pesan ancaman yang dikirimkan kepada warga Israel pada bulan Agustus lalu.

Dalam pesan itu ada peringatan berbunyi "kalian akan dikubur minggu depan".

Pesan yang dikirimkan ke ponsel itu turut memuat nama lengkap penerima dan kota tempat mereka tinggal.

Pesan itu muncul di tengah ancaman serangan balasan oleh Iran dan Hizbullah terhadap Israel.

Iran marah besar karena Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran.

Adapun Hizbullah geram karena salah satu panglimanya, Fuad Shukr, dibunuh oleh Israel.

Polisi meminta para penerima pesan untuk mengabaikannya dan memblokir nomor pengirim apabila memungkinkan.

"Ini pesan palsu untuk memicu kepanikan saat perang," demikian pernyataan polisi dikutip dari The Times of Israel.

Menurut polisi, tindakan pengiriman pesan seperti itu termasuk tindakan pidana dan pelakunya berpotensi menerima hukuman penjara.

(Tribunnews/Febri)

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.