J.K. Rowling: Pencipta Sihir di Balik Kata
Celine Fiona February 24, 2025 03:00 AM
Dinobatkan menjadi penulis terkaya di dunia, Joanne Kathleen Rowling berhasil meraih kekayaan mencapai 1 miliar USD atau sekitar 14 triliun rupiah. Penulis legendaris ini lahir pada tanggal 31 Juli 1965 di Yate, Inggris. Ayahnya bernama Peter Rowling, seorang insinyur pesawat terbang di Rolls Royce. Ibunya, Anne Volant Rowling, merupakan seorang teknisi sains di Departemen Kimia. Ia memiliki seorang adik yang 2 tahun lebih muda darinya bernama Dianne Rowling.
Sekilas tentang masa kecilnya.
Kehidupan keluarganya tak berlangsung mulus. Ayahnya tak memedulikan keluarganya, sedangkan ibunya sakit cukup lama. Hal ini memicu rasa benci Rowling terhadap ayahnya kian membesar. Ia bahkan tak mau berbicara dengan ayahnya. Saat Rowling berusia 4 tahun, keluarganya pindah ke Winterbourne, Gloucestershire. Di sana keluarganya bertetangga dengan keluarga Potter. Nama Potter sangat disukai oleh Rowling.
Sejak masih belia, Rowling gemar membaca buku. Rowling sampai-sampai menyebut dirinya kutu buku. Mimpinya untuk menjadi penulis sudah dimiliki sejak kecil, sehingga saat berusia 6 tahun, Ia sudah menulis cerita pertamanya yang diberi judul ‘Rabbit’. Pada saat Ia berusia 11 tahun, Rowling menulis novel pertamanya yang disebut ‘The Seven Cursed Diamond’.
Perjalanan pendidikan Rowling.
Pada tahun 1974, Rowling bersekolah di St. Michael’s Primary School, Sekolah Gereja di Inggris. Saat itu Rowling sempat dianggap bodoh oleh gurunya karena nilai matematikanya yang tak begitu bagus. Rowling kemudian melanjutkan sekolahnya di Wyedean School and College, Sedburry, Gloucestershire, Inggris. Di sanalah Rowling bertemu dengan seorang guru bernama Lucy Shepherd yang menginspirasinya mengenai pentingnya struktur dan ketelitian dalam suatu penulisan karya tulis.
Setelah lulus, Rowling berniat untuk mendaftar kuliah di Oxford, namun Ia ditolak. Jadi, Ia memutuskan untuk berkuliah di Universitas Exeter. Rowling memilih jurusan Bahasa Perancis karena menurutnya jurusan tersebut memiliki prospek kerja yang cukup baik dan luas, terutama di bidang yang membutuhkan keterampilan dwibahasa.
Mulanya Rowling merasa tidak puas karena merasa Exeter bukanlah harapannya, namun lama-kelamaan Ia menikmati kuliah di sana. Semakin banyak waktu yang Ia gunakan untuk membaca buku bahasa Perancis dan genre klasik. Saking senangnya membaca, Rowling pernah dikenakan denda sebesar 50 poundsterling karena terlambat mengembalikan buku ke perpustakaan.
Hidup Rowling yang menjadi kelam.
Rowling dan ibunya memiliki hubungan yang amat dekat. Keduanya selalu berjalan bersama saat menuju dan pulang sekolah sembari menceritakan aktivitas mereka masing-masing. Ibunya sangat mendukung dan membimbing Rowling agar dapat percaya diri dan antusias dalam mendongeng.
Namun sayangnya, sang ibu yang berusia 34 atau 35 tahun didiagnosis mengidap penyakit sklerosis multipel. Ibunya sampai harus berhenti dari pekerjaannya. Kondisi ibunya yang kian memburuk memperkeruh kehidupan rumah Rowling. Ia mengakui bahwa masa remajanya tak bahagia.
Rowling mengakui dirinya sempat mengalami gangguan obsesif kompulsif yang parah saat remaja. Ia mulai merokok, tertarik pada musik rock alternatif, dan meniru rambut sisir belakang ala Siouxsie Sioux dan memakai celak hitam. Sean Harris, sahabatnya saat SMA, memiliki Ford Anglia berwarna pirus yang membantunya melarikan diri dari kehidupan di rumahnya yang kacau.
Setelah lulus dari universitas, Rowling bersama teman-temannya pindah ke sebuah flat di Clapham Junction. Ia mengambil kursus untuk menjadi sekretaris dwibahasa. Ia juga mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai pendokumentasi HAM di Amnesty International London. Di saat ini, Rowling beberapa kali menulis novel dewasa, meskipun beberapa tak pernah berhasil terbit.
Pada tahun 1990, saat Ia berada di kereta yang tengah berangkat dari Manchester ke London, Ia mendapat ide untuk membuat karakter Harry Potter, Ron Weasley, dan Hermione Granger. Nama Harry Potter diperoleh dari nama tetangga masa kecilnya di Gloucestershire. Idenya itu baru ditulis saat sampai di flat.
Namun, 1990 merupakan tahun yang sulit baginya. Rowling menerima kabar bahwa ibunya meninggal dunia. Tak lama setelah itu, Ia juga kehilangan pekerjaannya. Kini Rowling dihadapkan pada dua pilihan: berjuang atau kabur.
Tahun 1991, Rowling memutuskan untuk pindah ke Porto, Portugal. Di sana Ia bekerja sebagai pengajar Bahasa Inggris kelas malam. Tak lupa Ia juga menulis saat siang hari. Hingga suatu hari, saat berapa di sebuah bar, Rowling bertemu dengan seorang wartawan bernama Jorge Arantes. Mereka berdua sama-sama mengidolakan Jane Austen, seorang novelis asal Inggris. Kecocokan yang terasa menuntun mereka pada pernikahan.
Kebahagiaan menyapa pernikahan mereka. Pada tanggal 27 Juli 1993, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Jessica Isabel Rowling Arantes. Namun, kebahagiaan tersebut tak berlangsung lama. Suaminya melakukan kekerasan pada Rowling. Hal itu membawa mereka pada tahap perceraian, diakhiri dengan Rowling yang diusir Arantes. Rowling bersama putrinya pergi ke Skotlandia untuk tinggal bersama adiknya untuk menghabiskan malam natal.
Keadaan yang kian memburuk memaksa Rowling untuk berjuang lebih keras untuk menghidupi dirinya dan putrinya. Ia hampir melakukan bunuh diri karena mengalami depresi. Beruntung Ia urung melakukannya, mengingat putrinya yang masih sangat kecil. Rowling menjalani terapi selama sembilan bulan hingga kondisinya berangsur-angsur membaik.
Perjuangan mewujudkan ‘Harry Potter’.
Pengetahuannya tentang sastra klasik sangat berpengaruh terhadap caranya membuat mantra dalam serial ‘Harry Potter’ karena beberapa mantra-mantra tersebut dibuat berdasarkan bahasa Latin. Setelah bertahun-tahun yang penuh perjuangan, Rowling akhirnya menyelesaikan novelnya yang berjudul ‘Harry Potter and the Philosopher's Stone’ dan Ia mulai mengirimkan tiga bab pertamanya ke beberapa agen sastra. Namun, naskahnya itu ditolak sebanyak 12 kali karena dianggap terlalu kuno, rumit, aneh, terlalu panjang, dan sulit dicerna. Hingga akhirnya, dalam percobaannya yang ke-13, sebuah penerbit kecil bernama Bloomsbury sepakat untuk mencetak 500 eksemplar ‘Harry Potter and the Philosopher's Stone’ dengan uang muka sebesar £2.500.
Akhirnya, pada 26 Juni 1997, novel pertama ‘Harry Potter’ terbit. Kemudian novel ini juga terbit di Amerika Serikat pada 1 September 1998 oleh Scholastic. Namun, terjadi perubahan judul yang mulanya ‘Harry Potter and the Philosopher's Stone’ menjadi ‘Harry Potter and the Sorcerer's Stone’. Hal ini dilakukan agar terkesan lebih magis dan familiar di telinga anak-anak Amerika.
Peminat novel ini kian membeludak, baik anak-anak maupun dewasa. Novel ini banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa dan terjual di seluruh dunia. Sampai-sampai novel ini memenangkan banyak sekali penghargaan seperti British Book Award, memuncaki daftar fiksi terlaris New York Times pada bulan Agustus 1999 dan tetap bertengger di puncak daftar hampir sepanjang tahun 1999 dan 2000. Bahkan, novel ini juga diangkat menjadi sebuah film pada tahun 2001.
Kesuksesan yang diraih buku pertamanya itu membangkitkan semangat hidup Rowling hingga Ia mampu menyelesaikan 7 buku. Pada tahun 2001, Rowling menikah kembali dengan seorang dokter asal Skotlandia bernama Neil Murray. Pernikahannya kali ini dikaruniai dua orang anak bernama David Gordon Rowling Murray dan Mackenzie Jean Rowling Murray. Hingga saat ini, Rowling hidup bahagia di Skotlandia bersama keluarganya.
Kisah hidup Rowling yang penuh tekad sangat menginspirasi. Kesuksesannya bukanlah kebetulan semata, namun karena perjuangan dan kerja keras. Meski mulanya memiliki jalan hidup yang pilu, dengan semangat yang berkobar, Ia mampu membawa karyanya hingga dipandang oleh dunia. Kisah hidupnya membuat penulis menyadari bahwa kehidupan tak selamanya di bawah. Berjuang lebih keras tanpa patah semangat, sesungguhnya kesuksesan akan mencari jalannya padamu.
Celine Fiona, kelahiran Bandung 2009. Siswi kelas X SMA Trinitas Bandung. Menulis untuk abadikan proses berkembangnya hidup.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.