TRIBUNNEWS.COM - Keluarga sandera Israel bernama Hisham Al-Sayed protes karena Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) tidak menggelar upacara pembebasan putranya itu.
Hisham Al-Sayed, yang pernah mengikuti wajib militer Israel, dibebaskan oleh Hamas dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Kota Gaza pada Sabtu (22/2/2025).
Ia yang merupakan keturunan Arab Badui berdarah Palestina, ditangkap oleh Hamas setelah ia memasuki Jalur Gaza sendirian di dekat Persimpangan Erez pada April 2015.
Hisham Al-Sayed dibebaskan secara terpisah dari lima sandera Israel pada hari yang sama dan Hamas tidak menggelar upacara pembebasannya seperti sandera-sandera sebelumnya.
Shaaban Al-Sayed, ayah dari sandera Israel tersebut, yang merupakan warga Arab, mengomentari kegagalan Hamas untuk menggelar upacara pembebasan putranya.
"Alasannya bukan karena rasa hormat kepada keluarganya dan karena asal-usul Palestinanya, seperti yang dikatakan Hamas, melainkan upaya untuk menyembunyikan situasi sulitnya," kata Shaaban Al-Sayed, ayah Hisham al-Sayed kepada Yedioth Ahronoth, Minggu (23/2/2025).
Shaaban Al-Sayed mengatakan putranya menderita patah tulang dan dalam kondisi kritis serta hampir tidak dapat berbicara dan tidak dapat mengangkat kepalanya.
"Mungkin mereka mengisolasinya, mereka tidak menempatkannya di dekat orang-orang. Mereka tidak ingin orang-orang melihatnya, jadi tidak ada upacara," katanya.
Ia mengatakan Hamas seharusnya membebaskan putranya sejak lama.
Sebelumnya, Hamas mengatakan tidak diadakannya upacara serah terima untuk sandera Hisham al-Sayed adalah karena menghormati keluarganya, karena ia berasal dari Palestina.
"Pendudukan Israel menelantarkan tahanan Hisham al-Sayed selama 10 tahun karena ia adalah warga Palestina di dalam wilayahnya, meskipun ia pernah bertugas di dalam (militer)nya," kata sumber kepada Al-Jazeera.
"Kasus perekrutan warga Palestina yang tidak wajar dari dalam pendudukan ditolak oleh semua warga Palestina," lanjutnya.
Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan enam sandera Israel dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7.
Sementara itu, Israel berkomitmen membebaskan 620 tahanan Palestina sebagai imbalan, namun Perdana Menteri Israel Netanyahu menunda pembebasan tersebut karena kontroversi penyerahan jenazah sandera Shiri Bibas pada Kamis (20/2/2025) sebelumnya.
Israel mengatakan sebelumnya jenazah yang diserahkan oleh Hamas pada hari Kamis bukan milik Shiri Bibas.
Hamas kemudian melakukan penyelidikan dan kemungkinan jenazah tersebut tercampur dengan jenazah warga Palestina di lokasi yang sama dengan pengeboman Israel pada November tahun 2023.
Pada Jumat (21/2/2025), Hamas menyerahkan jenazah asli Shiri Bibas yang kemudian telah dikonfirmasi oleh Lembaga Forensik Israel.
(Yunita Rahmayanti)