TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bulan suci Ramadan selalu identik dengan berbagai kuliner khas yang menggugah selera. Di Banyuwangi, Jawa Timur, punya salah satu kudapan khas untuk berbuka puasa yakni Kue Patola.
Ya, kue Patola merupakan menu favorit berbuka bagi masyarakat ujung timur pulau Jawa. Teksturnya yang lembut sangat cocok menjadi pengganjal perut setelah seharian menahan lapar dan dahaga.
Uniknya, kue ini hanya bisa ditemukan selama bulan Ramadan, menjadikannya sebagai hidangan langka yang dinanti-nanti.
Salah satu pembuat Kue Patola adalah, Istifala (57), warga Jalan Ikan Bedul, Lingkungan Kali Asin, Kelurahan Karangrejo, Banyuwangi. Perempuan anak satu ini sudah berkecimpung di pembuatan Kue Patola sejak tahun 1979 ketika dirinya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
“Memang Kue Patola ini unik ya. Muncul hanya di bulan Ramadan saja, sehingga saya pun produksinya juga pas puasa seperti saat ini,” kata Istifala saat ditemui di kediamannya sekaligus tempat produksi Kue Patola, Selasa (4/3/2025).
Dijelaskan Istifala, pembuatan kue Patola, meskipun sederhana, tetapi memakan waktu cukup lama. Mula - mula beras menir direndam semalam, lalu direbus setengah masak selama satu jam an. Kemudian diaduk menjadi adonan dan diberi pewarna agar menarik.
Kue Patola yang sudah siap dikonsumsi. (FOTO : Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Adonan dicetak menggunakan cetakan yang dilubangi kecil-kecil, lalu cetakan tersebut ditekan hingga muncul bulir kecil menyerupai mi. Cetakan diletakan pada daun pisang lalu direbus selama satu jam lebih.
Dalam sehari, Istifala dengan bibantu suami dan juga 5 karyawannya, bisa memproduksi hingga 3.750 Kue Patola dengan bahan baku sekitar 40 hingga 60 Kilogram.
Dia tidak perlu repot memasarkan, karena pedagang atau reseller yang berjualan di pasar takjil atau pasar tradisional sudah siap membeli dagangannya.
Seperti halnya kue tradisional lainnya, kue Patola buatan Istifala dibanderol cukup ramah di kantong. Kemasan isi 15 biji Patola hanya dibanderol seharga Rp 7.500 ribu saja.
"Sehari saya bisa jual sampai 200 hingga 250 kemasan. Artinya, penghasilan sehari bisa sampai Rp 1,5 jutaan,” ucap istri Junaidi itu.
Penjualan Kue Patola ini, lanjut Istifala, akan semakin meningkat pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Apalagi pada saat malam-malam ganjil di akhir bulan Ramadan, biasanya semakin banyak pesanan yang datang.
“Penjualan paling laris itu 10 hari pertama dan 10 hari terakhir. Pesanan bukan hanya dari pedagang saja. Tetangga rumah juga sering langsung datang beli Patola,” tutupnya.
Kue Patola tak hanya menjadi simbol kelezatan kuliner khas Banyuwangi, tetapi juga menggambarkan tradisi yang selalu dinantikan pada bulan Ramadan.
Dengan cita rasanya yang lezat dan proses pembuatannya yang penuh dedikasi, Kue Patola terus menjadi favorit di hati masyarakat. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi hidangan istimewa ini saat berbuka puasa di bulan suci Ramadan!.(*)