Mengapa Masyarakat Harus Jeli terhadap Ajakan Boikot? Berikut Penjelasan Akademisi
GH News March 05, 2025 02:04 AM

 Dekan Fakultas Ekonomi dan Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, Riau, Dr. Mahyarni, SE, M.M mengatakan, dalam jangka pendek mungkin gerakan boikot terhadap produkproduk yang diduga terafiliasi Israel itu tidak bermasalah.

Namun, jika isu boikot itu mengarah ke jangka panjang bisa menimbulkan masalah di masyarakat maupun pemerintah.

“Apalagi ajakan boikot itu sudah ditunggangi pihakpihak tertentu yang bersembunyi di balik isu kemanusian, tapi tujuan sebenarnya hanya untuk persaingan bisnis semata dengan berupaya melakukan framing baru di masyarakat,” ujarnya ditulis di Jakarta, Selasa(4/2/2025).

Masyarakat harus jeli dan tidak begitu saja mengikuti ajakan boikot. Baiknya lebih selektif dalam menerima informasi yang beredar.

“Masyarakat harus selektif dan berhatihati menyikapi apakah ajakan boikot itu memang benarbenar murni untuk gerakan kemanusiaan atau hanya bersembunyi di balik isu kemanusiaan untuk menjatuhkan produkproduk pesaingnya,” ungkapnya.

Jika salah dalam mengikuti ajakan boikot, maka masyarakat sendiri yang akan turut terdampak.

Seperti banyak masyarakat yang terkena PHK karena perusahaan yang diboikot itu dalam jangka panjang bisa saja tutup karena sepinya penjualan mereka.  

Jika perusahaan banyak yang tutup, itu kan akan berdampak pada perekonomian negara.

Begitu juga jika banyak yang terkena PHK, pengangguran di Indonesia kan semakin banyak.

Mahasiswa harus mengutamakan literasi dalam menyikapi sebuah isu boikot ini.

Hal ini bertujuan agar para mahasiswa bisa menyaring informasi yang muncul di mediamedia sosial atau media apapun yang mengarah ke upaya untuk mendiskreditkan jenis atau kelompok tertentu.  

“Informasi yang sampai ke masyarakat selama ini kan terlalu lebar, dalam arti kata bebas begitu, masyarakat nggak bisa menentukan. Peran dari Menkominfo barangkali penting untuk memberikan informasi yang benar terkait isu boikot ini,” ucapnya.

Demikian juga sebaiknya di komunitas muslim atau lembagalembaga muslim Indonesia, sebaiknya juga memberikan informasi yang jelas dan berimbang.

Hal senada juga disampaikan Dr. Ade Ria Nirmala, S.E, M.M, Dosen Program Studi Manajemen dari Universitas yang sama.

Terkait dengan ajakan boikot terhadap produkproduk yang diduga terafiliasi Israel, masyarakat harus mencari informasi yang benar terlebih dahulu mana yang benarbenar harus diboikot. “Jangan ikutikutan. Jadi, jangan FOMO, kalau orangorang ngelakuin kita pengen ngelakuin juga. Tapi kita enggak tahu sebenarnya seperti apa,” ungkap Ade..

Menurutnya, jika produk itu mayoritas dikelola di dalam negeri, dan para pekerjanya juga mayoritas masyarakat Indonesia dan karyawannya ada yang muslim, kemudian juga memberikan sumbangan kepada Palestina, sebaiknya produknya jangan diboikot.

"Jangan diboikotlah. Itu kan sama saja akan mematikan usaha saudara kita sendiri di sini,” katanya.

Dia meminta pemerintah agar tidak membiarkan isuisu hoaks terkait ajakan boikot itu terus terjadi.

Dia juga meminta lembaga seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar ikut memberikan klarifikasi mengenai isu hoaks produkproduk terafiliasi Israel yang tersebar di masyarakat.

“Sebagai sebuah lembaga memang harus melakukan sebuah klarifikasi, dan memberikan penjelasan ke masyarakat  apakah beritaberita itu ditunggangi atau ini gerakan murni. Jangan sampai ada pihak yang membawabawa nama mereka, tapi sebenarnya mereka nggak ngelakuin itu,” ucapnya. (Tribun/Rina Ayu)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.