Hingga Lebaran Teror nDhas Belum Jelas, malah Viral di Media Asing, Jadi Makin Meluas 
Theresia Felisiani April 01, 2025 08:31 AM

Hingga Lebaran Teror nDhas belum juga jelas, malah Viral di media asing, jadi Makin meluas 

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari ini, Senin 31/03/25 bertepatan dengan Hari Raya Lebaran Idul Fitri 1 Sawal 1958 Be atau 1 Syawal 1446 Hijriyah, momen dimana mayoritas masyarakat Indonesia saling silaturahmi dan berkunjung antar sesama sebagai sebuah tradisi.

Momentum lebaran ini pulalah sebenarnya kita tunggu sebagai waktu yang sangat tepat untuk mengumumkan hasil penyidikan kasus-kasus teror yang dialami oleh Fransisca Christy Rosana (FCR / Cica) khususnya, dan Media Tempo pada umumnya.

Bagaimana tidak, sudah hampir dua pekan berlalu, berbagai kasus tersebut masih tampak stagnan progresnya, padahal biasanya Aparat sangat gercep dalam hal-hal begini.

Sekaligus menyambung dua tulisan saya sebelumnya "Sudah H+10 Teror nDhas Babi dan 6 Tikus tanpa nDhas belum terungkap? Terwelu"  (29/03/25) dan "Teror nDhas Babi dan nDhas Tikus belum juga terang, Jangan sampai jadi Unsolved Mystery atau Indonesia makin Gelap" (28/03/25), rupanya ditengah sepinya hasil penyidikan, media asing seperti lebih punya kepedulian dibanding media besar "arus utama" nasional yang tampak ogah-ogahan (takut?) memberitakan teror nDhas Babi dan Tikus tanpa nDhas (selanjutnya keduanya disebut sebagai "Teror nDhas" saja) yang dialami oleh salahsatu media nasional terkemuka tersebut.

Padahal sesama media besar nasional arus utama seharusnya memiliki kepedulian atau keprihatinan yang sama, sebagaimana dengan media-media alternatif yang kini malah tampak lebih dipercaya masyarakat, meski mereka awalnya hanya berasal dari media online kecil dan tidak memiliki jaringan luas seperti media besar arus utama yang rata-rata sudah terbit sejak lama.

Walaupun sudah juga mulai ada media besar yang peduli dengan Tempo,, namun jumlahnya masih tergolong minim dibanding media-media alternatif yang makin berkembang sekarang ini.

Sebenarnya sebagian masyarakat malah telah mengganggap bahwa saat ini media alternatif sudah de facto menggeser media-media besar Arus utama tersebut, karena rata-rata media besar memang terkesan saking hati-hatinya menulis, cenderung tampak takut dan beritanya nyaris seperti "media humas" saja, kehilangan ciri khas Jurnalistik sebagai Pilar keempat demokrasi yang sebenarnya diharapkan bisa menjadi penyeimbang trias-politica (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) yang ada. Meski sekarang mulai muncul istilah "Trias Corruptica" karena 3 lembaga semuanya menjadi berakhiran "thieves", semoga Media tetap pada Jati dirinya dan independen.

Uniknya kasus "teror nDhas" yang dialami oleh Tempo saat ini sudah juga mendapat perhatian dari media-media internasional, misalnya ABC-News dari Australia dan bahkan The Guardian dari Inggris dalam edisi Kamis-Jumat (27-28/03/25) dengan judul masing-masing "Pig's head, decapitated rats sent to Indonesian media outlet Tempo" (= Kepala babi, tikus yang dipenggal dikirim ke media Tempo) oleh Hellena Souisa, Max Walden, dan Erwin Renaldi diikuti oleh "A pig's head and decapitated rats: a new era of intimidation dawns for journalists in Indonesia" (= Sebuah kepala babi dan tikus-tikus terpenggal: era baru intimidasi bagi jurnalis di Indonesia" oleh Kate Lamb.

Ini artinya Indonesia makin "terkenal" lagi di mancanegara di era Rezim sekarang, namun sayangnya bukan justru hasil yang positif namun malah munculnya "Teror nDhas" yang seperti meledek pemimpinnya yang kerap mengeluarkan Diksi "nDhasMu" tersebut dalam berbagai pidatonya sebagai kepala negara secara terbuka. Seharusnya Presiden Prabowo tersinggung dan bisa mendesak Aparat untuk mengusut kasus yang makin menurunkan citranya tersebut, apalagi Jawaban "resmi" Istana melalui mulut Kepala KKK-nya, Hasan Nasbi", dengan kalimat "... Ya dimasak aja ..." sangat blunder untuk tidak mengatakannya bodoh sekali sebagai jawaban orang yang berpendidikan dan digaji uang rakyat.

Meski juga Teror menggunakan "nDhas Babi" pernah terjadi di negara-negara lain, misalnya di Leicester, Inggris (2014): Pada hari kedua Natal, kepala babi ditemukan di depan tempat ibadah umat Muslim di Leicester, kemudian di Blackburn (2015): Dua kepala babi ditemukan di luar asrama sekolah Muslim di Lancashire, selanjutnya di Portsmouth (2015): Kepala babi dengan simbol swastika ditemukan tergantung di gerbang Akademi Madani, sebuah sekolah Islam di Portsmouth dan di Manchester (2022): Kepala babi ditemukan di atap masjid komunitas Muslim Heatons Trust. Ada juga di Montauban, Perancis (2014): Dua kepala babi berlumuran darah ditemukan ditancapkan di pilar gerbang Masjid Salam di Montauban, selatan Prancis. 

KANTOR TEMPO DITEROR - Kantor Tempo mendapat teror dua paket dari orang tak dikenal. Paket pertama berisi kepala babi dikirim pada Rabu (19/3/2025), untuk jurnalis Tempo bernama Francisca Christy Rosana alias Cica. Sehari setelahnya, Kamis (20/3/2025), Cica baru menerima paket itu. Paket kedua berisi enam bangkai tikus dengan kepala terpenggal, diterima Tempo pada Sabtu (22/3/2025) pagi.
KANTOR TEMPO DITEROR - Kantor Tempo mendapat teror dua paket dari orang tak dikenal. Paket pertama berisi kepala babi dikirim pada Rabu (19/3/2025), untuk jurnalis Tempo bernama Francisca Christy Rosana alias Cica. Sehari setelahnya, Kamis (20/3/2025), Cica baru menerima paket itu. Paket kedua berisi enam bangkai tikus dengan kepala terpenggal, diterima Tempo pada Sabtu (22/3/2025) pagi. (HandOut/Istimewa via Kompas.com)

Sementara itu kejadian di Philadelphia, AS (2015): Kepala babi dilemparkan ke area masjid Komunitas Islam Al-Aqsa di Philadelphia. Insiden ini terjadi setelah penembakan di San Bernardino, California, dan meningkatkan kekhawatiran akan Islamofobia di AS dan terjadi di Perth, Australia (2015): Kepala babi ditemukan di toilet dekat tempat wudu masjid Universitas Western Australia. Bahkan ada juga di Rusia (2022) Korban adalah Alexei Venediktov, jurnalis senior yang pernah menjadi pemimpin redaksi stasiun radio independen Echo of Moscow yang menemukan kepala babi ditaruh di depan apartemennya, disertai pesan antisemit dan simbol Ukraina yang tertempel di pintunya. 

Namun semua teror nDhas diatas memang tidak akan se-Viral di dalam negeri saat ini, karena selain Indonesia dikenal sebagai negera dengan penduduk Muslim terbesar di seluruh dunia, hewan Babi jelas diharamkan dikonsumsi oleh umat Islam (termasuk oleh orang yang menyuruh memasaknya, sebagaimana celoteh tidak lucu si Hasan Nasbi itu), terlebih-lebih peristiwanya terjadi ditengah-tengah bulan suci Ramadhan. Wajar bila sampai ada desakan masyarakat agar Kepala KKK tersebut dipecat dan lembaganya dibubarkan saja, karena selain useless samasekali tidak ada peran positifnya selama ini, sebagaimana hasil diskusi di Univ Paramadina bulan lalu itu. 

Kesimpulannya, lambatnya (atau buntunya, asal semoga bukan ogah nya) penyidikan terhadap kasus nDhas ini menjadi ujian bagi Aparat. Dari sisi teknologi SCI tidak ada masalah sama sekali, Rekaman CCTV ada, Jejak digital di IG dan SocMed lainnya juga tersedia, tunggu Apalagi? Sekarang sudah Lebaran, jangan sampai -kata pepatah- "Tunggu Lebaran Kuda" alias tidak jelas waktunya. Citra Indonesia sangat dipertaruhkan, apalagi sudah Viral di media mancanegara. #IndonesiaGelap bisa-bisa jadi #IndonesiaBubar2030 kalau terus begini, apalagi belum juga ada tanda-tanda #AdiliJokowi dan #MakzulkanFufufafa ...

)* Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes - Pemerhati Telematika, Multinedia, AI & OCB Independen - Senin, 1 Sawal 1958 Be / 31 Maret 2025

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.