TRIBUNJOGJA.COM, JEMBER – Kejadian langka di alami oleh balita berusia 3 tahun di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Balita laki-laki itu kesulitan untuk buang air besar selama seminggu dan perutnya terus membesar hingga akhirnya harus dilarikan ke rumah sakit.
Bocah yang tidak disebutkan namanya itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit lantaran mengalami sakit perut, kesulitan bernafas hingga muntah-muntah.
Saat menjalani perawatan di RSD dr Soebandi Jember, bocah itu muntah cacing.
Setelah melalui serangkaian pengobatan, termasuk operasi, ternyata usus bocah tersebut dipenuhi dengan cacing.
Banyaknya cacing yang hidup di usus bocah itu menyebabkan saluran pencernaanya tersumbat sehingga pasien kesulitan BAB.
Kini, setelah melalui serangkaian pengobatan, bocah itu sudah dinyatakan sembuh dan sudah pulang ke rumahnya.
Dikutip dari Kompas.com, terungkapnya kondisi bocah itu bermula saat pihak keluarga membawa pasien ke UGD RSD dr Soebandi Jember.
Saat dibawa ke UGD, kondisinya cukup parah.
“Dia datang ke IGD RSD dr Soebandi dalam keadaan gawat darurat,” kata Direktur RSD dr Soebandi Jember, I Nyoman Semita seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Setelah menjalani observasi di UGD, tim dokter menduga sakit yang dialami oleh pasien disebabkan adanya sumbatan di bagian ususnya.
Akibatnya, usus pasien tidak bisa bekerja secara normal.
Tim dokter kemudian melakukan CT scan untuk memastikan penyebab pasien kesulitan BAB.
Hasilnya, tim dokter menemukan usus pasien buntu.
“Kemudian diperiksa CT scan, memang menggambarkan suatu kondisi yang disebut ileus obstruktif, yaitu buntunya saluran pencernaan akibat sesuatu,” ucap dia.
Bocah itu kemudian menjalani rawat inap di rumah sakit.
Saat berada di ruang perawatan, pasien muntah cacing.
Karena termasuk kasus yang unik, kata dia, akhirnya empat dokter membahas penyakit yang dialami bocah tersebut.
Tim dokter yang terdiri dari dokter ahli bedah anak, dokter ahli parasitologi klinik, dan dokter spesialis anak melaksanakan diskusi mendalam dan akhirnya disimpulkan harus dilaksanakan operasi terhadap pasien tersebut.
Operasi perlu dilakukan lantaran pasien mengalami gangguan pencernaan dan pernafasan.
“Akhirnya diputuskan untuk operasi karena sudah mengganggu fungsi pencernaan dan pernapasan,” ucap dia.
Tim dokter yang melakukan operasi terhadap pasien akhirnya menemukan penyebab bocah itu kesulitan untuk BAB.
Tim dokter menemukan 3 titik sumbatan di bagian usus pasien.
Setelah usus dibedah, dokter menemukan banyak cacing yang bersarang.
Lubang usus bocah itu bahkan dipenuhi cacing sehingga menyebabkan terjadinya penyumbatan.
Cacing yang terdapat pada tubuh anak tersebut mirip cacing tanah, yakni termasuk jenis cacing ascariasis. Selanjutnya, dokter mengeluarkan cacing tersebut dan merawat usus pasien hingga sembuh.
“Kemudian diberi obat cacing agar sembuh sampai tuntas,” kata dia.
Sekarang, pasien tersebut sudah kembali sehat dan pulang ke rumahnya.
“Pasien datang ke RS sudah cukup lama, sudah lebih sekitar enam bulan lalu,” kata dia.
Ia menyebut bahwa cacing ascariasis hidup di alam terbuka.
Jika tidak menjaga kebersihan tangan saat makan, maka cacing berpotensi masuk.
“Ini pasti masuknya (cacing) lewat tangan, sehingga perilaku hidup sehat masih menjadi masalah,” ucap dia.
Untuk itu, perlu edukasi yang berkesinambungan terkait dengan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, minum air masak, menjaga piring yang bersih, dan lain-lain.
“Tokoh agama dan tokoh masyarakat juga perlu memberikan contoh terkait pola hidup sehat,” tutur dia.
Dia menyampaikan bahwa karena kasus tersebut unik, sejumlah dokter yang juga berprofesi sebagai dosen mempublikasikan kasus tersebut dalam sebuah jurnal ilmiah.
“Supaya menjadi pembelajaran di berbagai tempat, berbagai negara,” ucap dia.
Menurut dia, jika ada pasien yang kembung, tidak bisa buang air besar, hingga muntah, itu bukan selalu karena tumor.
Namun, bisa terjadi karena gumpalan yang dibentuk oleh cacing dalam usus.
Tiga Mangkuk Kecil
Cacing Ascariasis lumbricoides yang ada dalam perut anak usia tiga tahun asal Kabupaten Jember, Jawa Timur, diperkirakan sudah ada sejak sang anak usia setahun.
Hal itu diprediksi oleh dokter spesialis anak RSD dr Soebandi, dr Ali Sadikin, yang merawat anak tersebut di rumah sakit.
Hal ini mengacu pada jumlah cacing yang cukup banyak di dalam perut pasien, yakni hingga mencapai tiga mangkuk kecil.
“Kalau berapa lama cacing itu masuk kita belum bisa memastikan. Tapi anaknya kan umur tiga tahun, kira-kira kalau sudah bisa jalan dan mulai main tanah, kira-kira sudah umur setahun, jadi cacing mungkin sudah ada sejak usia setahun,” kata dia kepada Kompas.com pada Rabu (16/4/2025).
Menurut dia, cacing tersebut awalnya masuk melalui telur yang terdapat dalam makanan atau minuman yang tercemar telur cacing.
“Atau dari tanah, anak-anak main tanah, ada telurnya bisa masuk,” kata dia.
Telur cacing itu, kata dia, menetas di saluran pencernaan dan menjadi larva cacing, sehingga berkembang menjadi cacing yang dewasa.
“Tempatnya cacing itu di ususnya, semakin banyak cacing akan menyebabkan kompetisi, makanan anak itu akan diserap cacing,” tutur dia.
Setelah semakin banyak, cacing tersebut akhirnya menumpuk dan menjadi sumbatan di usus anak tersebut. “Sampai penuh sehingga terjadi sumbatan,” ujar dia.
Dr Ali menilai, proses telur cacing hingga menjadi dewasa dan menumpuk seperti yang dialami pasien tersebut cukup lama.
“Itu kan lama dari proses menetas hingga menjadi larva dan menjadi cacing dewasa,” ucap dia. (*)