TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut masih adanya potensi curah hujan signifikan yang dapat terjadi di sejumlah wilayah Indonesia sepanjang bulan April 2025.
Adapun periode ini masih berada dalam rentang musim siklon tropis di belahan selatan (November hingga April).
Ini secara klimatologis turut berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan, terutama di wilayah timur dan selatan Indonesia.
Selama sepekan ke depan, wilayah Indonesia berpotensi dipengaruhi oleh gangguan MJO, yang secara spasial diprediksi aktif di Samudera Hindia barat Sumatra, Papua Selatan, dan Laut Arafura bagian selatan.
Selain itu, kombinasi antara MJO, gelombang Kelvin, gelombang Rossby Ekuator, dan gelombang Low Frequency pada wilayah dan periode yang sama meliputi sebagian besar wilayah Indonesia bagian tengah hingga timur, sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.
Pertumbuhan Bibit Siklon Tropis 96S diprediksi persisten dengan pergerakan ke arah barat – barat daya menuju Samudera Hindia di sekitar bagian barat laut perairan Australia dalam 24 jam ke depan.
Sementara untuk 48 – 72 jam ke depan, intensitas bibit siklon ini diprakirakan meningkat dengan kecepatan angin mencapai lebih dari 35 knot dan pergerakan ke arah barat – barat daya, semakin menjauhi wilayah Indonesia.
Secara umum, potensi Bibit Siklon Tropis 96S untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam berada dalam kategori sedang – tinggi.
Pertumbuhan Bibit Siklon Tropis 97S juga diprakirakan cenderung persisten, dengan posisi stasioner di sekitar Laut Arafura.
Potensi bibit siklon tropis 97S berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 hingga 72 jam ke depan berada dalam kategori rendah.
Selain bibit siklon tropis, sirkulasi siklonik juga terpantau di perairan selatan Banten, Laut Natuna, dan Papua Selatan bagian selatan membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Samudera Hindia barat Banten hingga barat Lampung dan di Laut Cina Selatan.
Sirkulasi siklonik tersebut juga membentuk daerah pertemuan angin (konfluensi) memanjang dari Samudera Hindia barat Banten, Selat Sunda hingga Laut Jawa bagian barat dan di Laut Cina Selatan.
Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, NTT, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Merujuk pada kondisi tersebut, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca signifikan ini dengan selalu memperbarui informasi cuaca dan memperbaiki kondisi lingkungan.
Dilansir dari laman resminya, cuaca di Indonesia umumnya didominasi berawan hingga hujan ringan.
Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, berpotensi terjadi di wilayah berikut:
Hujan Lebat
Angin Kencang
Kondisi cuaca Indonesia umumnya didominasi berawan hingga hujan ringan.
Perlu diwaspadai adanya potensi peningkatan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, berada di wilayah berikut:
Hujan Lebat
Angin Kencang
Prospek di atas merupakan kondisi secara umum.
Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @infoBMKG.
(Latifah)