Klaim Prabowo soal MBG yang Berjalan Sejak Januari 2025: Kekurangan Ada, Tapi karena Kebiasaan
Tiara Shelavie May 05, 2025 09:35 PM

TRIBUNNEWS.COM - Presiden RI Prabowo Subianto menanggapi proses berjalannya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dimulai pada 6 Januari 2025 lalu.

Menurutnya, program tersebut mencapai angka keberhasilan 99,9 persen meski terdapat kasus keracunan di sejumlah daerah.

Hal ini disampaikan Prabowo dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/5/2025).

Keberhasilan 99,9 persen itu dihitung Prabowo berdasarkan jumlah keracunan sekitar 200 orang, jauh lebih kecil dibandingkan jumlah target MBG yang mencapai 3 juta.

"Hari ini memang ada yang keracunan, yang keracunan sampai hari ini dari 3 koma sekian juta, kalau tidak salah di bawah 200 orang (yang keracunan), yang rawat inap hanya 5 orang," ujar Prabowo.

Prabowo pun membandingkan jumlah kasus keracunan dan jumlah penerima MBG yang berada di bawah angka 1 persen sehingga ia menganggap program ini berhasil meski tidak 100 persen.

"Jadi bisa dikatakan yang keracunan atau yang perutnya nggak enak sejumlah 200 orang, itu 200 dari 3 koma sekian juta kalau tidak salah adalah 0,005 persen. Berarti keberhasilannya adalah 99,99 persen," kata dia.

Sebut Kekurangan pada MBG Ada Pada Soal Adat Istiadat

Dalam kesempatan yang sama, Prabowo juga menyebut bahwa program MBG yang ia jalankan memang ada kekurangan.

Namun, menurutnya, kekurangan itu ada pada soal kebiasaan atau adat.

"Makan bergizi, berjalan. Apakah ada kekurangan? Ada. Dan kekurangannya itu juga karena adat istiadat budaya kita," papar Prabowo.

Prabowo pun mencontohkan, dari 30 anak yang menerima program MBG, ada 10 anak yang tidak pakai sendok.

Oleh karena itu, anak yang tidak memakai sendok ini harus dididik.

Prabowo juga menyampaikan, kasus keracunan pada program MBG bisa saja terjadi karena kebiasaan yang dinilai kurang higienis.

"Saya masuk satu ruangan anak-anak 30 orang yang 20 mau pakai sendok ada 10 yang enggak mau pakai sendok. Ya tidak salah dia. Dia terbiasa makan tidak pakai sendok," jelasnya.

"Tapi kita mendidik dia, kita mengajarkan dia cuci tangan. Jadi bisa saja yang keracunan adalah hal-hal seperti itu, hal-hal sepele tapi mendasar dan mungkin gurunya ya sayang sama anak-anaknya dan mungkin juga dalam paket itu," lanjut ayah Didit Hediprasetyo tersebut.

"Nah, jadi inisiatif orang tua membekali sendok. Nah, ini mungkin harus disosialisasikan ya.  Atau memang kita bisa cari sendok-sendok yang tidak terlalu mahal,"

Selain soal kebiasaan terkait higienitas, Prabowo juga menyoroti kekurangan MBG soal kebiasan makan anak.

Sebagai contoh, anak-anak yang tidak cocok diberi susu sehingga mengalami diare saat mendapat susu di program MBG.

Menurutnya, anak-anak tersebut membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri meminum susu.

"Yang kedua, juga yang saya lihat pelaksanaan dari BGN yang juga terpengaruhi oleh adat istiadat atau kebiasaan. Selain tadi ada yang anak-anak yang malas cuci tangan, ya kan? Tidak mau pakai sendok, iya kan?" tambahnya.

"Ada juga, maaf yang enggak biasa dengan makanan-makanan sebagai contoh. Ada yang pertama-tamanya kalau dikasih susu, dia enggak cocok kasih susu karena dia tidak pernah minum susu seumur hidupnya. itu namanya lactose intolerant ya," kata Prabowo.

"Tapi setelah berapa minggu kalau pertama-tama saya kira 2 minggu pertama dia akan istilahnya akan apa? Diare. Masalahnya itu dia gak pernah minum susu kita kasih susu. dia butuh waktu penyesuaian," lanjutnya.

"Tapi on the whole makan bergizi ini adalah sesuatu yang untuk saya cukup membanggakan" tandasnya.

(Rizki)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.