Sejarah GRIB Jaya tak bisa dilepaskan dari sosok Hercules. Organisasi yang berdiri pada 2011 itu mendapat penolakan di beberapa tempat, termasuk Bali.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya tengah menjadi omongan di mana-mana belakangan ini. Ada yang mendukung keberadaannya, ada juga yang menolaknya.
Yang terbaru, penolakan terhadap organisasi kemasyarakatan (ormas) yang didirikan Hercules itu terjadi di Pulau Bali. Penolakan terhadap GRIB Jaya juga terjadi di Kalimantan Tengah.
Terkait penolakan di Bali, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Bali tidak akan menerbitkan surat keterangan terdaftar (SKT) untuk Grib Jaya.
Dia menegaskan, pihaknya punya kewenangan untuk menolak keberadaan ormas yang dianggap bisa mengganggu ketertiban dan keamanan di masyarakat. Meski begitu, menurut pengakuan Koseter, GRIB Jaya sejauh ini belummelakukan pendaftaran atau melapor terkait keberadaan pengurusnya di Kesbangpol Bali.
Karena itulah GRIB Jaya tidak boleh beroperasi di Pulau Dewata -- sesuai Pasal 8 ayat (2) dan pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2016, yang menyebutkan pengurus Ormas di daerah wajib melaporkan keberadaan kepengurusannya kepada pemerintah daerah setempat.
Koster menjelaskan, keberadaan Ormas telah dijamin oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Peraturan itu diterbitkan agar kebebasan berkumpul atau pembentukan ormas tidak digunakan secara kebablasan.
"Kebebasan berkumpul tidak berarti sebebas-bebasnya, negara mengatur supaya dia tertib, kondusif, dan memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara," kata dia.
Ada beberapa pertimbangan yang membuat Gubernur Bali menolak keberadaan GRIB Jaya di wilayahnya. Salah satunya adalah Balitidak membutuhkan ormas berkedok penjaga keamanan, namun sarat melakukan tindakan premanisme.
Selain itu, terkait keamanan dan ketertiban Bali, kata Koster, sudah ditangani oleh Polri dan TNI. Bali juga dia sebut sudah punya Sistem Pengamanan Lingkungan Terpadu berbasis Desa Adat (SIPANDUBERADAT) dan Bantuan Keamanan Desa Adat (BANKAMDA) yang terdiri atas unsur Pacalang, Linmas, Bhabinkamtibmas, dan Babinsa.
Tak hanya gubernur, penolakan juga datang wakil gubernur I Nyoman Giri Prasta. Dia bilang, penolakannya terhadap GRIB Jaya karena wilayah tersebut sudah memiliki dewan keamanan berbasis kearifan lokal.
Lalu, "Dari 1.400 lebih desa adat, itu sudah memiliki pecalang desa adat. Nah, pecalang desa adat ini mempunyai peran untuk menjaga estetika wilayah adat itu sendiri," katanya.
Penolakan juga datang dari pecalang. Ketua Pecalang Bali Made Mudra mendukung penolakan Pemerintah Provinsi Bali terhadap GRIB Jaya. Senada dengan Koster dan Giri Prasta, dia bilang, Bali sudah memiliki sistem keamanan berlapis dari mulai pemerintah hingga pemangku adat. Karena itulah dia khawatir jika ada ormas dari luar akan memicu gesekan di tengah masyarakat.
Dari keterangan Mudra, saat ini setidaknya sudah ada sekitar 20 ribu lebih anggota pecalang yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiba di wilayah Bali. Mengutip Kompas.com, para pecalang itu berasal dari 1.500 desa adat yang tersebar di pulau tersebut.
Kelihan Adat Tainsiat Pande Nyoman Artawibawa juga menyatakan penolakannya terhadap GRIB Jaya. Senada dengan tokoh-tokoh lainnya, alasan utama penolakan adalah karena di Bali sudah ada lembaga keamanannya sendiri dalam wujud pecalang.
Tak hanya Bali, Kalimantan Tengah juga melakukan penolakan terhadap GRIB Jaya yang diberitakan menyegel pabrik milik PTBumi Asri Pasaman (BAP) di Kabupaten Barito Selatan. Gubernur Kalteng Agustiar Sabran dan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Kalteng Iwan Kurniawan telah menyuarakan kecaman mereka terhadap keberadaan ormas ini.
"Ini bukan negara ormas, (di) negara ini ada konstitusi," ujar Agustiar, tegas.
Sejarah GRIB Jaya yang didirikan oleh Hercules
GRIB Jaya atau biasa disebut sebagai GRIB saja adalah organisasi kemasyarakatan yang didirikan oleh Rosario de Marshall alias Hercules pada 2011 lalu. Hercules sendiri pernah menjadi penguasa Tanah Abang pada era 1980-an sebelum akhirnya dikalahkan oleh jawara lokal Ucu Kambing.
Setelah tak lagi jadi preman, Hercules memilih menjadi seorang pengusaha. Saat ini, Hercules adalah Ketua Umum DPP Grib Jaya.
Dilansir dari laman GRIB Jaya Jateng, organisasi ini dibentuk untuk membangun demokrasi yang sehat dengan muatan nilai kejujuran, keadilan, dan partisipatif. Mereka juga memastikan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) berjalan dengan baik dalam koridor undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.
Pada Pemilu 2024 lalu, GRIB Jaya secara terang-terangan menyatakan dukungannya kepada pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Dukungan itu, menurut Hercules, sudah harga mati dan tak bisa diganggung gugat.
Seperti sudah banyak diketahui, Hercules memang punya hubungan istimewa dengan Prabowo. Keduanya saling kenal saat TNI melakukan operasi di Timor Timur (sekarang Timor Leste) pada 1970an.
Hercules yang yatim piatu sejak 1978 mengaku berutang budi kepada Prabowo yang ketika operasi menjabat sebagai kapten Komando Pasukan Sandhi Yudha/Kopassandha (sekarang jadi Komando Pasukan Khusus/Kopassus). "Prabowo adalah satu-satunya orang yang bisa menyerang saya tanpa saya mengangkat tangan untuk membalasnya," ujarnya.