Grid.ID - Nahkoda kapal tenggelam di Bengkulu jadi tersangka. Hal ini menyusul ditemukannya beberapa fakta mengejutkan terkait pelanggaran yang dilakukan.
Polresta Bengkulu resmi menetapkan Edi Susanto alias Edi Betok, pemilik sekaligus nahkoda kapal wisata KM Tiga Putera, sebagai tersangka dalam insiden kecelakaan laut yang terjadi di perairan Malabero, Bengkulu. Kapal yang ditumpangi 107 orang, karam saat dalam perjalanan dari Pulau Tikus ke daratan Bengkulu.
Kecelakaan tragis tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal dunia. Sementara puluhan lainnya mengalami trauma serta luka-luka.
Penetapan nahkoda kapal tenggelam di Bengkulu jadi tersangka diumumkan setelah penyidik melakukan pemeriksaan mendalam terkait legalitas operasional kapal yang digunakan untuk mengangkut para wisatawan. Berdasarkan hasil penyelidikan, diketahui bahwa kapal tersebut telah beroperasi secara ilegal selama hampir empat tahun.
"Sebelumnya memang sempat memiliki izin untuk kapal yang lama, tapi kapal sudah dimodifikasi dan tidak dilakukan proses perizinan ulang," ungkap PS Kasat Reskrim Polresta Bengkulu, AKP Sujud Alif Yulam Lam, Kamis (15/5/2025).
Kondisi ini menunjukkan bahwa kapal wisata yang digunakan untuk mengangkut lebih dari seratus wisatawan tersebut tidak memiliki kelayakan secara administratif maupun teknis, dan tetap dioperasikan secara melanggar hukum.
29 Orang Telah Diperiksa sebagai Saksi
Dalam proses penyelidikan, penyidik telah memeriksa sebanyak 29 orang saksi.Di antaranya ada lima Anak Buah Kapal (ABK) yakni Rahmad, Andri, Yandi, Dedek, dan Fandi yang berada di kapal saat kejadian. Namun, status kelima ABK tersebut masih sebagai saksi dan tidak ikut ditetapkan sebagai tersangka.
Selain para kru, penyidik juga telah meminta keterangan dari saksi-saksi lain, termasuk keluarga korban, penumpang yang selamat, serta warga yang turut serta dalam proses evakuasi dan penyelamatan. Ditambah dengan pemeriksaan saksi ahli dari instansi terkait seperti Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) serta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk menguatkan proses hukum yang sedang berlangsung.
Data Penumpang dan Korban Bertambah
Dikutip dari Tribun Bengkulu, Kapal wisata KM Tiga Putera diketahui mengangkut wisatawan dari Pulau Tikus, Bengkulu, Minggu (11/5/2025). Awalnya dilaporkan kapal mengangkut sebanyak 104 orang, termasuk nahkoda dan lima ABK. Namun, belakangan diketahui bahwa ada tiga penumpang tambahan yang datang ke posko evakuasi di kawasan Sumur Meleleh dan mengaku turut berada di atas kapal saat kecelakaan terjadi.
Dengan pengakuan tersebut, jumlah penumpang yang tercatat menjadi 101 orang, di luar nahkoda dan kru kapal. Hal ini menambah panjang daftar penyimpangan, karena kapal tersebut jelas kelebihan muatan dan tidak sesuai dengan kapasitas yang seharusnya.
Selain data penumpang, jumlah korban jiwa juga bertambah. Dari laporan awal yang mencatat tujuh orang meninggal dunia, kini jumlah korban telah meningkat menjadi delapan orang. Pihak berwenang masih terus melakukan pencarian dan verifikasi data korban untuk memastikan tidak ada korban lain yang belum teridentifikasi.
Kesaksian Korban Selamat
Terungkap detik-detik mengerikan kapal tenggelam di Bengkulu dari kesaksian korban selamat. Wisatawan asal Jambi, Mutiara Larasati mengungkapkan bahwa kapal yang mereka tumpangi dipaksa untuk berangkat meski cuaca buruk.
Sejak awal berangkat dari Pulau Tikus, kapal tersebut sudah menunjukkan tanda-tanda tidak aman. Ia merasakan goncangan besar di kapal karena angin kencang.
"Kapalnya sudah goyang-goyang dan tetap dipaksakan untuk berangkat," ungkap Mutiara, Senin (12/5/2025).
Menurutnya, keberangkatan bisa saja ditunda besok jika kondisinya memang tidak memungkinkan. Namun kapal tetap memilih untuk berangkat meski diselimuti angin kencang.
"Padahal cuaca sore itu anginnya kencang, kan bisa ditunda besok, tapi tetap harus berangkat pulang sore itu," lanjutnya.
Nahas, saat hampir mencapai daratan, kapal justru mengalami masalah. Angin kencang mengakibatkan mesin mati hingga kapal terombang-ambing di tengah perairan.
Suasana berubah mencekam saat ombak besar menghantam kapal dari sebelah kanan hingga mengakibatkan kapal karam. Kepanikan menyelimuti semua orang, beberapa penumpang akhirnya menceburkan diri ke laut, namun banyak juga yang terjebak di dalam kapal.
"Kebetulan pada saat itu saya di atas, nah yang di atas itu langsung nyemplung ke laut. Cuman kalau yang di bawah dia nggak bisa keluar karena kan jendelanya kecil, sehingga menyebabkan banyaknya yang meninggal dunia," jelas Mutiara.
Mutiara sendiri merupakan salah satu wisatawan yang berasal dari Jambi. Ia berlibur bersama rekan kerjanya berjumlah 32 orang.
Menpar Perintahkan Audit
Dikutip dari Kompas.com, Menteri Pariwisata Widiyanti Wardhana memerintahkan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk melakukan audit menyeluruh atas insiden kapal tenggelam ini. Audit dilakukan kepada seluruh operator kapal wisata yang beroperasi di perairan Bengkulu.
"Segera melakukan audit menyeluruh terhadap seluruh operator kapal wisata yang beroperasi di wilayah perairan Bengkulu. Audit harus mencakup pemeriksaan kelayakan teknis kapal (termasuk kondisi mesin, struktur, dan navigasi), kelengkapan dan kondisi alat-alat keselamatan (pelampung, alat pemadam api ringan, alat komunikasi darurat), sertifikasi dan kompetensi awak kapal, serta kepatuhan terhadap prosedur operasional standar (SOP) keselamatan pelayaran," tegasnya.
Kementerian Pariwisata juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam upaya penyelamatan para korban kapal karam. Selain itu, Kementerian juga menegaskan untuk mendorong penerapan peraturan dan pengawasan yang ketat terhadap sektor pariwisata, khususnya dalam hal ini yang melibatkan perjalanan kapal.
Dikabarkan sebelumnya, kapal wisata dari Pulau Tikus ke daratan Bengkulu tenggelam pada Minggu (11/5/2025) sore sekitar pukul 15.30 WIB. Kapal tersebut mengangkut 107 orang, di antaranya 101 wisatawan, 5 anak buah kapal (ABK) serta satu orang nahkoda.