Jalan Panjang Full Cinta Jemaah Haji Tertua 109 Tahun ke Makkah, Mbah Sumbuk Tersenyum Cari Lemet
Anita K Wardhani May 19, 2025 07:31 AM

TRIBUNNEWS.COM, JEDDAH - Jalan panjang dilalui Mbah Sumbuk, jemaah haji tertua dari Indonesia berusia 109 tahun asal Kebumen, Jawa Tengah sebelum akhirnya menginjakkan kakinya di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, Minggu (18/5/2025) pagi. 

Pesawat yang membawanya beserta rombongan Kloter JKS 33 dari Embarkasi Jakarta-Bekasi tiba satu jam lebih awal dari yang dijadwalkan, yakni sebelum pukul 07.20 WAS. Kloter 33 ini terdiri dari 434 jemaah dengan 8 petugas yang mendampingi. 

Satu per satu jemaah mulai memasuki terminal haji untuk kemudian diarahkan menuju bus yang akan membawa mereka ke Makkah. Mbah Sumbuk muncul paling akhir. 

Dia muncul dengan kursi roda ditemani beberapa petugas. Perempuan berusia lebih dari seabad itu nampak tenang saat kursi rodanya didorong oleh PPIH atau Petugas Haji.

Wajahnya semringah meski terlihat lelah. Senyumnya mengembang.

Kue Lemet yang Dicari Mbak Sumbuk

Karena tak bisa berbahasa Indonesia, Mbah Sumbuk lalu dihampiri oleh Warijan, salah satu tim Media Center Haji (MCH) yang juga berasal dari Kebumen, sama seperti asal Mbah Sumbuk. 

Warijan pun mulai berkomunikasi dengan Mbah Sumbuk. "Alhamdulilah wes tekan kene (alhamdulillah sudah sampai sini)," kata Mbah Sumbuk.

Melihat Warijan yang menghampirinya, Mbah Sumbuk lalu bertanya: "Kowe wong Kebumen, Le? (kamu orang Kebumen nak?)," tanya Mbah Sumbuk. 

"Inggih, Mbah. Nyong asli Kebumen (Iya Mbah, saya asli Kebumen)," jawab Warijan dengan wajah ceria. "Ngendi lemete, Le? Kowe ngerti ora, ana lemet ora neng kene? (mana lemetnya Nak? Kamu tahu tidak ada lemet di sini?)," tanya Mbah Sumbuk kepada Warijan, sembari melihat sekelilingnya.

Mbah Sumbuk lalu mengatakan kalau bikin lemet itu gampang, yang penting matang pasti lemetnya enak. 

Lemet adalah penganan khas Jawa yang terbuat dari singkong dan gula merah. 

Ya, Mbah Sumbuk ternyata ingin sekali makan lemet. Karena dari informasi Sukmi (56)--anak Mbah Sumbuk--ibunya itu saat di dalam pesawat sempat tidak mau makan. 

Inilah yang membuat kondisinya sempat drop dan harus mendapat pengawasan dari tim kesehatan.

Mbah Sumbuk sempat mengatakan dirinya tak bisa berjalan walau sudah sampai di Makkah. 

Warijan kemudian meyakinkan Mbah Sumbuk bahwa yang penting dia dalam kondisi sehat. Tak hanya itu, Mbah Sumbuk juga menanyakan apakah ada beras di Tanah Suci karena dia tak bisa membelinya.

Warijan kemudian menjelaskan bahwa Mbah Sumbuk tak perlu repot harus mencari makan karena di selama menjalankan haji, semuanya disiapkan termasuk urusan makanan. 

Mbah Sumbuk juga mengatakan kalau dia tidak makan daging kambing dan ayam broiler. 

Mbah Sumbuk kemudian menggenggam tangan Warijan. "Yo wis, melok nyong wae yo nang Makkah. Bareng-bareng wae, Le, (Ya udah ikut saya saja di Makkah, bareng-bareng aja ya nak," pintanya. 

Warijan pun kemudian menjawab: Duh, Mbah… kula tugase namung neng bandara. Wis, tenang, Mbah. Mengko nang Makkah akeh kancane. Ana wong Kebumen. Mbah bakal keprungu karo sedulur-sedulur (wah mbah saya tugasnya di bandara mbah. Tenang mbah, nanti di Makkah banyak temannya. Saya orang Kebumen, mbah bakal ketemu dengan saudara-saudara," kata Warijan menenangkan Mbah Sumbuk. Mbah Sumbuk pun akhirnya tenang.

Namun cuaca di Jeddah yang lumayan panas membuat Mbah Sumbuk kehausan. Seorang petugas haji pun langsung memberikan air mineral untuk Mbah Sumbuk. 

Saat berbincang dengan Warijan, Mbah Sumbuk sempat menyebut bawah usianya 150 tahun. "Kulo satus seket (usia saya 150 tahun)," ucap Mbah Sumbuk. 

Dia lalu menanyakan usia Warijan yang ditebaknya berusia 70 tahun. Padahal menurut Warijan usianya baru 40 tahunan.

Perjalanan Panjang Penuh Cinta Mbah Sumbuh dari Dari Rumah Sederhana di Beksi ke Makkah

Usai berbicara dengan Tim MCH, Mbah Sumbuk kemudian dibawa menuju bus yang akan mengantarkannya menuju Makkah. 

Dalam perjalanannya menuju Makkah, Mbah Sumbuk disiapkan bus khusus yang dilengkapi lift hidrolik. Kursi roda Mbah Sumbuk langsung diangkat ke dalam bus tanpa perlu dipindahkan. 

Ini untuk memastikan kenyamanan dan keselamatannya.  Semuanya dilakukan dengan penuh kehormatan. Ya, Mbah Sumbuk bagaikan tamu khusus yang sangat dihormati. 

Keberangkatan Nenek Sumbuk sekaligus menandai dimulainya fase pemberangkatan jemaah haji Indonesia gelombang kedua ke Tanah Suci dari Embarkasi Jakarta – Bekasi. 

Data yang dihimpun dari Siskohat, Mbah Sumbuk lahir di Kota Kebumen pada tahun 1916. Sebelum bertolak ke Tanah Suci pada Sabtu kemarin, Mbah Sumbuk terlebih dahulu  masuk Asrama Haji Bekasi, Jumat (16/5/2025).

Rumah sederhana tempat Mbah Sumbuk tinggal sempat ramai dikunjungi keluarga dan tetangga. 

Mereka berbondong-bondong datang ke rumah Mbah Sumbuk untuk mendoakannya. Mbah Sumbuk duduk tenang sambil ditemani putrinya, Sukmi.

Sukmi tampak telaten merawat dan menemani ibunya dalam setiap tahap persiapan menuju Tanah Suci. 

Walau pendengarannya mulai memudar, Mbah Sumbuk sangat bersemangat untuk berangkat haji. Apalagi butuh waktu yang cukup lama bagi Mbah Sumbuk untuk menunaikan ibadah haji.

Meski di usia senja, semangat Nenek Sumbuk tak pernah pupus. Segala persiapan keberangkatan terus dimatangkan. 

Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) turut mendampingi proses akhir di rumah, termasuk pengecekan kesehatan dan kelengkapan dokumen. 

Fasilitas pendukung seperti kursi roda dan pendampingan khusus pun telah disiapkan untuk menjamin kenyamanan Nenek Sumbuk sepanjang perjalanan.


Doa Mbah Sumbuk, Berharap Ibadah Hajinya Mabrur

Saat ditanya tentang doa yang akan dipanjatkan ketika di Tanah Suci, Nenek Sumbuk menjawab sederhana dalam bahasa Jawa. 

Kalimat tersebut kemudian diterjemahkan oleh putrinya, Sukmi. "Doa saya agar haji ku diterima dan mabrur," ujar Sukmi saat ditemui di kediamannya di Bekasi, Rabu (14/5) lalu. 


Sempat Halusinasi, Meracau dan Teriak di Pesawat

Mbah Sumbuk ternyata sempat berhalusinasi di dalam pesawat.

Namun hal itu tak berlangsung lama karena beberapa jam kemudian kondisi Mbah Sumbuk relatif stabil hingga dia bisa melanjutkan perjalanan menuju Makkah sesampainya di Bandara Jeddah. 

Ketua Kloter JKS 33, Hilman Fauzi menyebut Mbah Sumbuk sempat berhalusinasi saat dalam perjalanan menuju Tanah Suci. 

"Tadi drop, sebelum mendarat sempat drop. Malam itu sudah stabil, Sebelum berangkat dibawa ke RS, dapat 2 jam di RS, alhamdulilah bisa terbang.  

Dan di pertengahan jalan sekitar 6 jam perjalanan itu ngedrop lagi tadi. Makanya tadi harus langsung dirujuk ke klinik," kata Ketua Kloter JKS 33, Hilman Fauzi saat diwawancarai Tim Media Center Haji termasuk Tribunnews sesaat setelah landing di Bandara Jeddah.

Bagaimana kondisi Mbah Sumbuk di dalam pesawat? 

"Kondisi terakhir udah halusinasi. Sadar tapi halusinasi, sudah meracau. Sudah teriak-teriak gitu lah. Jadi diajak komunikasi pun enggak nyambung, teriak-teriak dia," kata Hilman.

Kloter JKS 33 Embarkasi Jakarta-Bekasi membawa sebanyak 434 jemaah dengan 8 petugas. 

Khusus Mbah Sumbuk, dia didampingi anak, menantu dan cucunya serta seorang Tenaga Kesehatan Haji (TKH) bernama dr Murdiana. 

Sukmi (56), salah satu anak yang mendampingi Mbah Sumbuk mengatakan ibunya itu mendaftar haji tahun 2019. 

Sementara Sukmi sudah lebih dulu mendaftar yakni di tahun 2012. Sukmi beserta suami dan seorang anaknya mendampingi Mbah Sumbuk untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. 

"Saya, terus suami saya, anak saya," kata Sukmi.

Sukmi mengatakan ibunya, Mbah Sumbuk memiliki 10 orang anak. Namun kini anaknya tinggal 6 orang dan Sukmi adalah anak bungsu. 

Itulah sebabnya Sukmi diminta sang ibu untuk mengurusnya sampai ajal menjemput. 

"Suruh ngurusin sampai, kata dia (mbah Sumbuk), suruh ngurusin sampai meninggal. Jadi saya urusin," kata Sukmi.

Sempat Dibantu Oksigen 

Sementara itu dr Murdiana, Tenaga Kesehatan Haji (TKH) yang mendampingi Mbah Sumbuk mengatakan kondisi Mbah Sumbuk sudah membaik. 

"Kita sempet kasih oksigen, sempet melakukan tindakan tetapi alhamdulillah ibunya bersemangat untuk naik haji. Jadi pas beliau mau minum, mau makan, sudah bagus, bisa diajak bicara lagi," kata Dokter Murdiana.  

Murdiana mengatakan Mbah Sumbuk nantinya akan didampingi TKH dan juga Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. 

"Jadi memang dari KKHI Jeddah sudah kasih instruksi kepada kami untuk berkoordinasi dengan KKHI Makkah, jadi beliau tetap dalam pendampingan," jelasnya. 

Bagaimana dengan hotel tempat Mbah Sumbuk menginap? "Bareng sama kami, karena kan biar dipantau khusus sama kami, jadi tinggalnya bersama," ujarnya.

Kisah Mbah Sumbuk bukan hanya tentang usia, tapi juga tentang semangat hidup, cinta keluarga, dan ketulusan niat ibadah. Perjalanan menuju Tanah Suci ini menjadi bukti bahwa usia bukan penghalang untuk beribadah, asal ada tekad dan cinta.

Semoga Mbah Sumbuk diberi kesehatan hingga puncak haji dan kembali ke tanah air dengan predikat haji mabrur—serta menemukan kue lemet yang dirindukannya.

 

(tribun network/dewi agustina)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.