TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Untuk meningkatkan efisiensi sistem irigasi dan memperkuat ketahanan pangan nasional, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (FTP UGM) bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) resmi meluncurkan sistem manajemen irigasi berbasis digital, SIPASI 2.0.
SIPASI 2.0 merupakan sistem pengelolaan irigasi berbasis web yang mengintegrasikan teknologi sensor dan data real-time. Dengan sistem ini, proses distribusi air irigasi dapat dilakukan secara lebih akurat dan efisien, sesuai dengan kebutuhan tanaman serta kondisi lahan.
“SIPASI 2.0 mampu mengolah data seperti curah hujan, kelembaban tanah, dan ketinggian muka air untuk menghasilkan rekomendasi irigasi yang presisi,” ujar Dr. Andri Prima Nugroho, peneliti dari FTP UGM, dalam keterangan pers, Kamis (12/6/2025).
Menurut Nugroho, keunggulan utama dari sistem ini terletak pada kemampuan pemantauan secara real-time, integrasi data lintas sektor, serta fitur Decision Support System (DSS) yang mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan berbasis data.
Implementasi awal SIPASI 2.0 telah dilakukan di dua daerah irigasi di Sulawesi Selatan, yakni Pamukkulu dan Tabo-Tabo. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan efisiensi penggunaan air dan produktivitas lahan secara signifikan.
“Keberhasilan pilot project ini diharapkan menjadi model replikasi nasional dalam strategi pengelolaan irigasi cerdas ke depan,” tambahnya.
Dekan FTP UGM, Prof. Eny Harmayani, menegaskan bahwa peluncuran SIPASI 2.0 mencerminkan sinergi antara perguruan tinggi dan pemerintah dalam upaya modernisasi sistem irigasi di Indonesia. Sistem ini dikembangkan oleh Pusat Kajian Modernisasi Irigasi dan Pertanian FTP UGM bekerja sama dengan Direktorat Bina Teknik, Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR.
“Tujuan utamanya adalah menjawab tantangan kebutuhan air di sektor pertanian yang terus meningkat, baik dari sisi efisiensi, efektivitas, maupun peningkatan layanan,” ujar Eny.
Direktur Bina Teknik Kementerian PUPR, Dr. Muhammad Rizal, menyampaikan bahwa modernisasi irigasi bukanlah hal baru. Pemerintah telah menggagasnya sejak 1985 dan terus mendorong percepatannya dengan pembentukan Tim Modernisasi Irigasi Indonesia sejak 2011.
“Hadirnya SIPASI 2.0 menjadi tonggak penting dalam perjalanan modernisasi irigasi. Ini adalah jawaban terhadap tantangan pengelolaan air pertanian yang semakin kompleks,” tutur Rizal.
Peluncuran resmi SIPASI 2.0 dilakukan pada 26 Mei 2025 di Makassar, Sulawesi Selatan, dalam rangkaian Workshop Evaluasi Modernisasi Irigasi dan Pilot Project Smart Irrigation Water Management. Simbolisasi peluncuran dilakukan oleh Prof. Eny Harmayani dan Dr. Dian Kamila dari Kementerian PUPR, didampingi para penasihat modernisasi irigasi nasional seperti Ir. Soekarsno, Dipl.HE, dan Prof. Dr. Ir. Sigit Supadmo Arif.
Ke depan, SIPASI 2.0 diharapkan dapat diadopsi secara luas oleh pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan pertanian sebagai bagian dari strategi nasional untuk memperkuat sistem ketahanan pangan berbasis teknologi. (*)