Pada 12 Juni lalu, kesal dan marah memenuhi perasaan seorang mahasiswa bernama Bhoomi Chauhan. Kemacetan di jalan membuatnya terlambat 10 menit untuk boarding pesawat ke London Gatwick.
Harusnya pada hari itu ia terbang bersama 242 orang dalam pesawat tersebut. Namun, kekecewaan yang besar karena tak jadi terbang menjadi anugerah yang sangat ia syukuri hari ini.
"Ketika saya ketinggalan pesawat, saya merasa sedih. Satu-satunya yang ada di pikiran saya adalah, 'Jika saya berangkat lebih awal, saya pasti sudah naik pesawat," kenangnya kepada BBC, dikutip Sabtu (14/6/2025).
Pesawat AI171 yang seharusnya ia tumpangi ternyata mengalami kecelakaan nahas. Tak lama setelah lepas landas, pesawat jatuh dan seketika menewaskan 241 orang.
Chauhan adalah mahasiswa administrasi bisnis yang kuliah di salah satu kampus di Bristol. Pada hari itu, ia berniat kembali ke London setelah mengunjungi India untuk berlibur.
Saat membicarakan cara pengembalian uang tiket dengan agen perjalanan, Chauhan tiba-tiba mendapat kabar bahwa pesawat tersebut jatuh. Sontak, hati Chauhan membeku dan berucap "Ini benar-benar keajaiban bagi saya."
Sebenarnya Chauhan masih ada waktu untuk naik ke pesawat. Akan tetapi petugas maskapai tidak mengizinkannya karena memang sudah telah dari jadwal boarding.
"Saya meminta staf maskapai untuk mengizinkan saya masuk karena saya hanya terlambat 10 menit. Saya bilang bahwa saya penumpang terakhir, jadi tolong izinkan saya naik pesawat, tetapi mereka tidak mengizinkan saya," katanya.
Tidak pernah diduga oleh Chaulan sebelumnya, pesawat akan jatuh 30 detik setelah penerbangan. Pesawat jatuh tepat di kawasan permukiman sehingga menewaskan juga delapan warga setempat.
Selain warga lokal, sebanyak 53 penumpang berkebangsaan Inggris. Ada satu keluarga aal Gloucester, tiga anggota keluarga asal London dan sepasang suami istri asal ibu kota.
Mengutip Reuters, pejabat AIr India dan beberapa investigator menyebut ada tiga kemungkinan penyebab tragedi ini. Mereka kini tengah meninjau beberapa masalah yang mungkin ada.
Mulai dari daya dorong mesin, masalah operasional dengan penutup sayap dan alasan mengapa roda pendaratan terbuka lama setelah lepas landas.
Di samping itu, beberapa pakar menanyakan penyebab dasar pesawat jatuh. Profesor Ilmu Atmosfer Universitas Reading, Prof Paul Williams mencoba mengamati pergerakan pesawat ketika keberangkatan.
Ia melihat cuaca kala itu sangat baik. Tidak ada cuaca buruk juga, hanya angin sepoi-sepi dari arah barat.
"Saat itu cuaca sedang kering dan cerah di Ahmedabad, dengan suhu mendekati 40°C. Tidak ada indikasi pada tahap ini bahwa turbulensi atau kondisi cuaca lainnya menjadi faktor dalam kecelakaan itu," katanya.
Sementara Ketua Keselamatan Lloyd's Register, Universitas York, Prof John McDermid berpendapat kecelakaan bisa disebabkan oleh ketinggian pesawat yang belum mencapai 200 meter. Ia juga menyebut sebenarnya pilot bisa membatalkan lepas landas dalam waktu yang cukup lama.
"Pilot dapat membatalkan lepas landas hingga cukup lama dalam putaran lepas landas, jadi tampaknya masalah tersebut terjadi sangat tiba-tiba di bagian akhir putaran lepas landas, atau segera setelah lepas landas, dan cukup serius hingga tidak dapat ditangani," kata McDermid.