Kementerian ESDM Sebut Konflik Israel-Iran Bakal Kerek Harga Minyak Mentah RI
kumparanBISNIS June 16, 2025 08:00 PM
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengidentifikasi kenaikan harga minyak global imbas perang Israel dan Iran, akan berdampak pada kenaikan harga minyak mentah Indonesia.
Juru Bicara Kementerian ESDM, Dwi Anggia, mengatakan pemerintah masih memantau perkembangan dan melakukan mitigasi kemungkinan dampak kenaikan harga minyak dunia imbas memanasnya konflik geopolitik antara Israel dan Iran.
"Dari sisi hulu migas, dampaknya sampai saat ini adalah terjadinya kenaikan harga minyak global yang mencapai USD 75,00 per barel," ungkapnya saat dihubungi kumparan, Senin (16/6).
Anggia menuturkan, kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional tersebut dipastikan akan ikut meningkatkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP).
"Dengan kenaikan harga tersebut, tentu akan memengaruhi harga minyak mentah Indonesia," katanya.
Meski begitu, dia tidak menjelaskan berapa besar kemungkinan kenaikan ICP yang diperbarui setiap awal bulan ini. Hanya saja, kondisinya belum melebihi asumsi makro di APBN 2025.
"Namun belum melebihi Asumsi Makro ICP dalam APBN 2025 yang ditetapkan yakni sebesar USD 82,00 per barel. Kami masih memantau perkembangan harga minyak tersebut," jelas Anggia.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (13/6), harga minyak mentah ditutup melejit 7 persen setelah Israel dan Iran saling melancarkan serangan udara. Ini memicu kekhawatiran investor bahwa konflik bisa mengganggu ekspor minyak secara luas dari kawasan Timur Tengah.
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent ditutup pada level USD 74,23 per barel, naik 7,02 persen. Sebelumnya, harga Brent sempat melonjak lebih dari 13 persen ke level intraday tertinggi USD 78,50 per barel, yang merupakan level tertinggi sejak 27 Januari. Selama sepekan, Brent tercatat naik 12,5 persen.
Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) berakhir di USD 72,98 per barel, naik 7,62 persen. Dalam sesi perdagangan, WTI sempat melonjak lebih dari 14 persen ke USD 77,62, level tertingginya sejak 21 Januari. Dibandingkan seminggu sebelumnya, WTI naik 13 persen.