“Besok Bawa Bendera”: Kode Rahasia Dunia Anak Sekolah
Dimas Faiz Afzal June 17, 2025 02:00 PM
“Bro, besok bawa bendera, ya!"
Kalimat yang sepintas terdengar biasa, bisa jadi punya arti yang sangat jauh dari upacara atau nasionalisme. Di beberapa sekolah, itu artinya: “Siap-siap ada razia rambut besok.”
Setiap angkatan pelajar di Indonesia menyimpan kosakata khusus—lelucon, sindiran, hingga kode-kode tersembunyi—yang hanya dimengerti oleh mereka yang “satu frekuensi.”
Tanpa disadari, ini adalah bentuk bahasa rahasia pelajar, bagian dari budaya tutur yang tak tercatat, tapi diwariskan dari mulut ke mulut.
Bahasa Gaul Bukan Sekadar Candaan
Menurut dosen linguistik Universitas Negeri Jakarta, Dr. Anisa Marzuki, bahasa pelajar adalah varian bahasa informal yang memuat identitas kelompok.
“Ketika siswa bilang ‘jangan sampai kayak kemarin di-lontar’, mereka semua tahu itu bukan artinya dilempar, tapi dimarahi guru habis-habisan,” jelasnya.
Bahasa seperti ini berfungsi sebagai pelindung, penyatu, dan sekaligus pencipta batas. Mereka yang nggak ngerti kode ini otomatis dianggap bukan bagian dari lingkaran.
Contoh-Contoh Kode yang Cuma Dimengerti di Sekolah
Beberapa ungkapan berikut bisa saja berbeda-beda artinya tergantung sekolahnya, tapi intinya sama: hanya mereka yang mengalami yang paham.
“Jaga kantin” = tugas anak kelas bawah buat beliin jajan kakak kelas.
“Naik lift” = duduk di depan guru saat ulangan, alias rawan diawasi.
“Dikirim ke Jepang” = dikeluarkan dari sekolah.
“Duduk di depan kipas” = duduk paling depan saat disuruh maju presentasi.
Bahkan, satu sekolah bisa punya istilah sendiri untuk jam kosong, guru killer, atau tipe tugas yang “gampang dicari di Google.”
Bukan Sekadar Lucu-lucuan
Bahasa ini sebenarnya punya fungsi sosial yang penting:
Menghindari sensor – Kode digunakan untuk membahas hal-hal “terlarang” tanpa terdeteksi guru.
Menguatkan ikatan – Cuma anak seangkatan yang tahu maksudnya. Jadi kalau kamu paham, kamu dianggap “satu angkatan sejati.”
Menyalurkan ekspresi – Jadi cara kreatif untuk protes atau menyindir sistem yang terlalu kaku tanpa harus melawan secara langsung.
Apakah Ini Layak Dikenang?
Sebagian orang dewasa mungkin menganggapnya remeh. Tapi bagi para pelajar, kosakata kecil ini adalah bagian dari survival mode di dunia sekolah yang penuh tekanan.
Lucu, kreatif, dan kadang absurd, tapi ia merekam sejarah kecil tentang bagaimana generasi muda menyiasati kehidupan mereka.
“Saya lupa banyak rumus Fisika, tapi saya masih ingat arti ‘bawa bendera’ sampai sekarang,” ujar Dira (20), alumni sebuah SMK di Depok.
Ayo Didokumentasikan!
Daripada dianggap sekadar candaan, para pegiat bahasa dan budaya mulai tertarik mendokumentasikan lelucon-lelucon sekolah sebagai bentuk arsip budaya generasi muda.
Komunitas Bahasa Kita di Jogja mulai membuat kamus mini “Bahasa Sekolah Indonesia” berbasis crowdsourcing.
Beberapa TikTokers membuat konten sketsa kode sekolah yang viral.
Ada wacana menjadikan bahasa lelucon ini sebagai bahan kajian sosiolinguistik di kampus.
Ketika Bahasa Jadi Cermin Zaman
Bahasa tak selalu baku. Ia bisa lahir dari tawa, tekanan, dan pengalaman bersama.
Dan meski terdengar konyol, kalimat seperti “Eh, besok kita naik lift bareng, ya” punya makna yang lebih dari sekadar duduk di depan kelas.
Karena di balik tawa anak sekolah, ada sejarah sosial kecil yang layak dikenang dan dirayakan.