Geliat Bisnis Kopi di Pasar Santa di Tengah Kian Masifnya Tren Ngopi
kumparanBISNIS June 17, 2025 03:00 PM
Bisnis kopi kian menggeliat di Pasar Santa, Jakarta Selatan. Dari yang masih dalam bentuk biji kopi, sampai yang sudah diolah jadi minuman, semua tersedia di sana.
Bila kalian berkunjung ke Pasar Santa, aroma kopi sudah bisa tercium sejak menuruni tangga basement. Di lantai ini, ada salah satu toko biji kopi besar, Dunia Kopi yang memiliki beberapa kios dan menyajikan berbagai jenis biji kopi.
Nirah (46), sang pemilik toko, mengaku sudah berjualan biji kopi sejak 25 tahun lalu, tepatnya mulai tahun 2000. Mulanya, ia merintis usaha ini bersama sang suami bermodalkan 4 toples biji kopi. Kini tokonya sudah berkembang dengan 30 kios yang ia gunakan untuk menjual biji kopi sampai sebagai gudang.
Setiap hari, Dunia Kopi sudah ramai pengunjung sedari pagi. Konsumennya pun beragam, mulai dari perorangan dari berbagai usia sampai pemilik kafe. Nirah mengaku dalam seharinya bisa menjual hingga ratusan kilogram (Kg) biji kopi.
“Minimal 500 Kg, kalau komersil-komersil banyaknya buat coffee shop, ini beragam dari luar Jawa ada, Palembang, Kalimantan, Medan, Jogja, sampai Solo,” kata Nirah saat ditemui kumparan.
Nirah (46) pemilik toko biji kopi Dunia Kopi di Pasar Santa, Jakarta Selatan.  Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nirah (46) pemilik toko biji kopi Dunia Kopi di Pasar Santa, Jakarta Selatan. Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
Untuk para pemilik kafe, Nirah menuturkan biasanya mereka membeli 100 kg biji kopi per minggunya. Kopinya pun beragam, disuplai dari petani lokal dari berbagai daerah di Indonesia.
“Salah satunya ini kan Aceh Gayo, Mandailing, itu yang populer. Terus Bali Kintamani, Arabica Toraja, banyak sih,” tuturnya.
Harga kopi per kilogram pun bervariasi, mulai dari Rp 160 ribu sampai Rp 800 ribu. Berbagai jenis kopi tersebut, menurut Nirah, sudah memiliki segmen pembelinya masing-masing. Kendanti kopinya laris, Nirah enggan membocorkan omzetnya per bulan.
“Mungkin ada Puntang Black Honey, itu kopi juara dunia, Rp 800 ribu per kg. Konsumennya itu sudah pecinta kopi kalangan atas tapi anak muda banyak yang suka,” ujarnya.
Dunia Kopi di Pasar Santa. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dunia Kopi di Pasar Santa. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan

Harga Biji Kopi dan Tren Ngopi Terus Naik

Dengan pengalaman 25 tahun berjualan, Nirah mengungkap harga biji kopi memang memiliki tren kenaikan setiap tahunnya. Mulai dari harga beli dari petani sampai harga biji kopi yang ia jual.
Terlebih lagi, dalam beberapa tahun belakangan minum kopi lekat dengan keseharian orang-orang, terutama anak muda.
Untuk fluktuasi harga dalam jangka pendek serta kebutuhan suplai biji kopi dari petani, Nirah mengakui harga kopi memang sangat bergantung pada cuaca. Namun tokonya tak pernah mengalami kendala lantaran memiliki koneksi langsung dengan petani.
Di toko miliknya, Nirah berfokus untuk menjual biji kopi sampai mesin kopi. Tak cuma itu, para pengunjung juga bisa mencicipi biji kopi yang sudah diolah menjadi minuman sebagai tester secara gratis.
Selain berbisnis biji kopi, Nirah juga peduli pada edukasi mengenai kopi. Ia juga sering mengadakan workshop untuk para barista dan anak muda tentang pengolahan kopi.
Dengan 30 kios beroperasi saat ini, ia memiliki sekitar 25 tenaga kerja. Pekerja di sini juga berasal dari berbagai daerah.
Suasana di salah satu kios kopi di Pasar Santa, Jakarta, pada Rabu (11/6/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di salah satu kios kopi di Pasar Santa, Jakarta, pada Rabu (11/6/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Kombinasi Bisnis Biji Kopi dengan Kedai Kopi

Masih dari basement Pasar Santa, kumparan juga menghampiri Kawaki Roastery yang juga merupakan toko biji kopi di sana. Berbeda dengan Dunia Kopi, toko yang sudah berdiri sejak 2019 ini tak hanya menjual biji kopi melainkan juga membuka kedai kopi.
Untuk biji kopi yang dijual Kawaki memiliki produk unggulan yakni biji kopi dari Toraja. Lopez (29) yang merupakan salah seorang barista di sana menjelaskan harga biji kopi yang dijual pun beragam mulai dari Rp 240 ribu per gram hingga Rp 900 ribu per gram.
Toko Kawaki Roastery yang menjual biji kopi dan menyediakan kedai kopi di Pasar Santa, Jakarta Selatan. Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toko Kawaki Roastery yang menjual biji kopi dan menyediakan kedai kopi di Pasar Santa, Jakarta Selatan. Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
“Kita juga ngambil dari setiap daerah sih, dari Flores, dari Medan, Gayo, kayak gitu-gitu. Untuk yang Arabica-nya per 100 gramnya Rp 24 ribu, jadi sekilonya Rp 240 ribu. Ada juga yang 100 gramnya Rp 90 ribu, jadi kalau satu kilonya Rp 900 ribu,” kata Lopez.
Sama seperti Dunia Kopi, Lopez menuturkan pembeli biji kopi di tokonya itu juga beragam mulai dari pemilik kafe sampai pembeli perorangan yang didominasi anak muda. Meski begitu terkait penjualan, Lopez bercerita tokonya lebih mengandalkan lini kedai kopi.
“Penjualan (biji kopi) enggak tentu sih, tapi lebih banyak di minuman,” ujarnya.
Kedai Kopi Senen milik Andy (47) di Pasar Santa, Jakarta Selatan.  Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kedai Kopi Senen milik Andy (47) di Pasar Santa, Jakarta Selatan. Foto: Argya D. Maheswara/kumparan

Kedai Kopi dengan Omzet Belasan Juta per Bulan

Bergeser ke lantai 2 Pasar Santa, kumparan menemui Andy (47) yang memiliki kedai Kopi Senen. Terkait bisnisnya, Andy mengungkap sudah memulai usahanya sejak tahun 2023 namun sempat beberapa kali pindah. Sebelum kembali lagi ke Santa, Andy sempat berjualan di Pujasera Blok M.
Andy menjual berbagai jenis menu kopi susu dengan harga yang cukup terjangkau, dari rentang Rp 15 sampai Rp 20 ribu. Dengan bisnisnya ini, Andy mengungkap bisa meraih omzet hingga Rp 12 juta per bulannya.
“Saya bisa waktu itu dalam 1 tahun paling tinggi penjualan itu sampai ke Rp 12 juta per bulan. Karena kami baru 1 tahun, kalau dikasih waktu lebih lama lagi mungkin saya meyakini itu bisa lebih,” kata Andy.
Terkait segmen, Andy mengakui memang saat ini tantangannya adalah perubahan gaya minum kopi yang cenderung beralih dari kopi susu ke americano dengan alasan hidup sehat. Meski begitu Andy meyakini kopi susu masih memiliki segmen yang luas.
“Saya pikir kalau kayak kopi susu itu kita berkeyakinan bahwasannya itu udah jadi lifestyle. Meskipun dihajar dengan produk-produk lain tetap dia punya peminatnya sendiri,” cerita Andy.
Terkait asal biji kopi yang digunakan, pebisnis asal Purworejo tersebut mengaku memanfaatkan hasil dari petani lokal di daerahnya. Di daerahnya, kopi yang ia gunakan juga merupakan kopi yang didapat dari habitat asli.
Suasana di salah satu kios kopi di Pasar Santa, Jakarta, pada Rabu (11/6/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di salah satu kios kopi di Pasar Santa, Jakarta, pada Rabu (11/6/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Itu ceritanya Purworejo itu punya kopi tapi enggak punya kebun. Artinya kopi itu tumbuh di habitat aslinya. Masih alami, jadi karena itu maka kualitas terbaik yang kita berikan,” ujarnya.
Terkait harga bahan baku, Andy mengaku memang kopi sangat terpengaruh dengan cuaca. Ini membuat harga kopi cukup fluktuatif.
“Anomali cuaca ya. Jadi itu murni karena keadaan cuaca yang berakibat panen jadi turun. Akhirnya kopi enggak ada, bikin harga jadi naik. Rangenya antara Rp 160 sampai Rp 200 ribuan per kg,” kata Andy.
Sekarang, dalam sehari ia bisa menghabiskan setengah kilogram biji kopi untuk kebutuhan kedai kopinya.
Kedainya memang biasanya ramai pada akhir pekan, sementara untuk hari kerja biasanya para pengunjung membeli kopi setelah jam makan siang hingga sore hari. Andy juga merasa cukup nyaman membuka kedai di Pasar Santa karena sudah ada ekosistem yang terbentuk.
“Alhamdulillah kalau buat saya di Santa ini sangat proper, karena ini ekosistem. Jadi dia membentuk komunitas kopi,” ujarnya.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.