Laporan Kontributor Adim Mubaroq
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA – Di antara desir angin pagi dan langkah pelan menyusuri pematang sawah, Warni (52), seorang petani dari Desa Pasirmuncang, Majalengka, terhenti.
Bukan karena lelah, tapi karena sebuah keanehan yang menyenangkan: di tengah ladang, seorang polisi menawarinya pemeriksaan kesehatan.
“Kirain ada maling di sawah, ternyata polisi dateng bawa tensi, vitamin, malah ngajak ngobrol. Ngobrol padi, kebun, apa aja,” ucap Warni sembari tersenyum, Selasa (17/6/2025) siang.
Itulah potret Bhayangkara hari ini, yang tak hanya hadir dalam sirene atau garis polisi, tetapi juga dalam bentuk perhatian sederhana.
Sawah menjadi klinik darurat, dan petani menjadi pasien istimewa yang diperiksa langsung oleh dokter berseragam cokelat.
Wajah Baru
Hari Bhayangkara ke-79 di Polres Majalengka bukan sekadar seremoni. Di bawah komando AKBP Willy Andrian, Bhayangkara hadir dalam bentuk nyata: membaur, menyentuh, dan membantu.
Program "Polri Presisi, Polri Peduli" digelar sejak awal Juni 2025, menjangkau desa-desa, gang kecil, hingga jalan raya.
Petani dicek gula darahnya, tukang ojek mendapat vitamin, pedagang kecil menerima sembako, dan musala-musala tua direnovasi.
Donor darah di Aula Kanya Wasistha, pengobatan gratis, hingga renovasi Mushola Al-Ikhlas di Desa Karayunan.
Tak kurang dari 300 paket sembako dibagikan menjelang Ramadan pada Februari lalu.
Ada juga turnamen olahraga Kapolres Cup, Pencak Silat hingga lomba video kreatif. Polisi yang dulu tampak jauh, kini menyatu dalam ruang hidup warga.
Bahkan, lomba-lomba tradisional seperti tarik tambang, balap karung, dan joget tomat pun digelar, bukan hanya untuk hiburan, tapi untuk menghapus sekat antara warga dan aparat.
“Kami ingin Bhayangkara bukan hanya dirayakan, tapi dirasakan langsung oleh rakyat,” ujar Willy, Rabu (18/6/2025).
Sekat Ruang Interogasi
Namun, di balik wajah humanis itu, Bhayangkara tetap menjaga ketegasan. Di ruang interogasi yang dingin dan sunyi, suara kebenaran dipaksa muncul, bukan dengan kekerasan, tapi lewat profesionalisme penyidikan.
Salah satu kasus yang menyita perhatian publik adalah pembunuhan di Kertajati. WD (23) menghabisi RA (25) di tengah sawah. Hanya dalam 24 jam, pelaku ditangkap dan motifnya diurai.
Tak lama berselang, Majalengka diguncang berita pembunuhan oleh seorang mahasiswi. AMP (21) membunuh kekasihnya, RV (22), dan menyembunyikan jasadnya di bagasi mobil di RSUD Majalengka.
Polisi bergerak cepat. Autopsi dilakukan, motif diungkap, dan 32 adegan rekonstruksi digelar secara terbuka.
“Langkah cepat kami lakukan agar rasa aman warga tetap terjaga. Kami tidak ingin mereka hidup dalam ketakutan,” kata Kasat Reskrim Polres Majalengka, AKP Ari Ronaldo.
Selain itu, selama dua bulan terakhir, dari April hingga Mei 2025, Satres Narkoba Polres Majalengka berhasil mengungkap sembilan kasus narkoba di tujuh kecamatan. Pelakunya beragam: remaja, karyawan, hingga pengangguran.
Barang bukti yang diamankan bukan main-main: sabu, ganja, tembakau sintetis, dan ribuan pil keras ilegal. Tindakan tegas diambil, sekaligus upaya edukasi ke sekolah-sekolah dan keluarga-keluarga.
Polisi yang Kembali
Kegiatan demi kegiatan, penyelidikan demi penyelidikan, Polres Majalengka memperlihatkan satu hal: polisi tak harus menakutkan. Mereka bisa jadi sahabat.
Dimas (35), pengemudi ojek online asal Kadipaten mengatakan biasanya polisi memberhentikan di jalan, akan tetapi sekarang ada banyak sembako.
“Dulu lihat polisi langsung mikir: tilang. Sekarang malah salaman. Mereka dateng pas ada jalan sehat, bagi sembako, bahkan ngobrol santai di pangkalan,” ujarnya.
Sementara Yani Mailani (36), ibu rumah tangga yang kesehariannya ke Pasar Bantarujeg memakai motor dengan anaknya, mengakui kini polisi ramah kepada pengendara dan anaknya.
"Dulu anak-anak takut sama polisi. Sekarang kalau lihat polisi malah salaman. Mereka sering datang, ngobrol, ada bagi sembako dan sering ada pas warga ada kegiatan, ataupun ada yang meninggal," ucap Yani.
Hari Bhayangkara di Majalengka tahun ini bukan sekadar hitungan usia. Ia adalah refleksi tentang bagaimana institusi yang sering dianggap menakutkan bisa menjadi pengayom sejati.
Dari Warni di sawah hingga pelaku kejahatan di ruang interogasi, Bhayangkara hadir dengan satu semangat: menjaga, mengayomi, dan menjadi bagian dari denyut kehidupan masyarakat.
Ketika polisi datang bukan untuk menegur, tapi untuk mendengar. Ketika ruang interogasi bukan hanya tempat hukuman, tapi jembatan ke keadilan.
Satu Bhayangkara, seribu cerita. Dan Polres Majalengka, menuliskan sejarahnya.