Gonjang-ganjing Donasi Rp 1,5 M untuk Agam Rinjani, Sempat Dibatalkan, Kini Pencairannya Dilanjutkan
Hasanudin Aco July 01, 2025 10:32 AM

TRIBUNNEWS.COM, BRASIL -  Donasi untuk Abd Haris Agam atau Agam Rinjani sempat dibatalkan.

Donasi sebanyak kurang lebih R$522 ribu (sekitar Rp 1,5 miliar) itu digalang oleh Platform penggalangan dana asal Brasil, Voaa.

Pada Senin (30/6/2025) pagi penggalangan dana dibatalkan dengan alasan muncul banyak kontroversi terutama soal  potongan biaya administrasi membuat situasi menjadi tidak kondusif.

“Kami memutuskan untuk segera membatalkan kampanye ini serta mengembalikan seluruh donasi secara otomatis dan utuh kepada para donatur,” tulis VOAA dalam pernyataannya.

Salah satu pemicu pembatalan adalah pertanyaan publik tentang biaya administrasi sebesar 20 persen yang diterapkan oleh platform. 

Seperti diketahui penggalangan dana untuk Agam dilakukan warga Brasil karena Agam dianggap  pahlawan yang berhasil mengevakuasi jenazah Juliana Marins, pendaki Brasil yang meninggal dunia di Gunung Rinjani.

Kembali dilanjutkan

Namun informasi terbaru menyebutkan dana tersebut akan diberikan kepada Agam Rinjani.

Dikutip dari CNN Brasil, Selasa (1/7/2025), VOAA  menarik pernyatannya dan kembali mengumumkan bahwa dana sekitar Rp 1,5 miliar itu sepenuhnya akan ditransfer ke Agam Rinjani tanpa potongan biaya.

Sebelumnya dana itu terkumpul Rp 1,3 miliar namun jumlahnya terus bertambang menjadi Rp 1,5 miliar.

Pengumuman ini disampaikan oleh Vicente Carvalho, pendiri platform Razões Para Acreditar, yang bertanggung jawab atas penggalangan dana itu.

Awalnya, penggalangan dana tersebut dibatalkan setelah mendapat kritik atas biaya administrasi sebesar 20 persen.

Kini, menurut Vicente, keputusan itu direvisi setelah banyak permintaan agar jumlah itu diberikan kepada Agam Rinjani.

Agam Rinjani menjadi sosok viral di Brasil setelah aksinya menahan tubuh Juliana Marins agar tidak tergelincir lebih jauh dari jurang Rinjani disiarkan langsung di media sosial.

Berkat aksi heroiknya, ia dijuluki "pahlawan" hingga "malaikat" oleh publik Brasil.

Masyarakat Brasil lalu mendesak agar dibuatkan penggalangan dana untuk membantu Agam.

Basarnas: Itu Kerja Tim

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram menegaskan keberhasilan evakuasi Juliana Merins merupakan kerja tim.

Ditegaskannya, setiap kali melakukan proses evakuasi, semua tim dikerahkan, bukan hanya dari Basarnas, namun juga Brimob, SAR Lombok Timur, hingga sejumlah relawan yang berada di lingkar Gunung Rinjani.

“Kita tidak bisa mengatakan hanya 7 orang saja yang melakukan evakuasi, itu hanya sebagian tim yang kami tugaskan,” ucap Kepala Kantor SAR Mataram, M. Hariyadi, menjawab TribunLombok.com, Senin (30/6/2025).

Ditegaskannya pula, pada proses evakuasi yang dilakukan terhadap WNA asal Brazil, Juliana Merins, yang jatuh di Gunung Rinjani, tim gabungan semua bekerja, membagi posisi sesuai dengan kapabilitas dan kemampuan masing-masing.

Tujuh orang yang bertugas melakukan evakuasi dengan turun ke bawah tebing merupakan mereka yang dipilih sesuai hasil diskusi dan kesepakatan tim.

“Yang pertama didasarkan pada kompetensi yang bersangkutan (tujuh orang yang turun ke tebing) adalah yang memang handal dalam melakukan evakuasi menggunakan skema lifting,” jelasnya.

Sementara itu, tim yang berada di atas membantu dengan memastikan alat dongkrak hingga pengamanan tali yang digunakan tim yang turun ke bawah aman.

“Lalu di atas, kami dibantu dari potensi SAR, Brimob, dan lainnya yang siaga. Ini merupakan kunci keberhasilan, kami tidak bekerja sendiri, kami bekerja tim,” tegasnya.

Dia juga mengungkapkan, proses evakuasi Juliana Merins di Rinjani merupakan proses evakuasi yang sulit.

Mengingat kedalaman jurang tempat dievakuasinya korban cukup tinggi hingga mencapai 600 meter.

Selain itu, ditambah dengan kondisi cuaca yang buruk, seperti kabut tebal, hingga geografis tebing yang curam dan berpasir, membuat tim sangat kesulitan.

Di tempat yang sama, petugas Basarnas Mataram, Khafid As’adi mengatakan, saat pertama menemukan Juliana Merins, kondisi korban sudah dalam kondisi meninggal dunia.

“Saat menjangkau Juliana di kedalaman 200 meter terakhir, itu pada hari Senin, setelah terlihat Juliana sudah tidak bergerak lagi, tetap posisi semula, tidak ada pergerakan,” ceritanya.

Setelah menjangkau korban, lanjut dia, dirinya langsung berkomunikasi menggunakan HT dengan para rescuer yang lain, untuk selanjutnya turun bertahap ke titik ditemukannya korban menuju ke atas.

Adapun alasan evakuasi Juliana Merins tidak langsung dilakukan pada saat korban ditemukan, lantaran waktu itu sudah memasuki malam hari.

“Jika kita evakuasi malam dengan kabut tebal, kemudian kita tidak bisa lihat batu lepasan, makanya sesuai kesepakatan bersama tim yang lain, kami tidur di tebing, saling mengikat satu sama lain,” katanya.

Dia mengungkapkan, semangat evakuasi yang dilakukan pada Juliana Merins bukan semata-mata karena tekanan netizen, namun panggilan jiwa sebagai seorang anggota penyelamatan.

“Bagi kami, tugas adalah sebuah kehormatan. Kami terlatih bertugas, bersiaga, karena kami melayani masyarakat Indonesia dengan sepenuh jiwa raga,” pungkasnya.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.