TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Aksi evakuasi penuh risiko di tebing curam Gunung Rinjani Lombok, menorehkan kisah kemanusiaan yang menyentuh hati dunia.
Abdul Haris Agam, atau yang akrab dikenal sebagai Agam Rinjani, bersama ratusan petugas SAR dan relawan, kini mendapat penghargaan dari Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni atas dedikasi luar biasa mereka dalam proses evakuasi jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil.
Penghargaan diserahkan di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Taman Manggala Wanabhakti, Jakarta, pada Selasa (1/7/2025).
Sebanyak 137 orang anggota tim SAR gabungan dan relawan Gunung Rinjani masuk daftar penerima penghargaan, yang diberikan secara simbolis kepada 15 perwakilan, termasuk Agam.
“Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Hal ini mengajarkan kita, saya secara pribadi, pertama adalah kemanusiaan itu mengatasi segalanya,” ucap Raja Juli dalam sambutannya.
“Kemanusiaan mengatasi latar belakang suku, agama, warga negara, bahkan mengatasi ketakutan dan mengalahkan rintangan yang tidak sederhana,” lanjutnya, menegaskan betapa evakuasi Juliana telah menjadi pelajaran besar tentang empati lintas batas.
Agam Rinjani sendiri viral di media sosial setelah terjun langsung ke medan ekstrem—turun ke jurang sedalam 600 meter demi mengangkat jenazah Juliana yang tersangkut di tebing berbatu.
Warganet dari Brasil menyebutnya sebagai “pahlawan”, dan namanya jadi simbol keberanian serta solidaritas kemanusiaan.
Selain Agam, penghargaan ini juga ditujukan kepada seluruh anggota tim penyelamat dari berbagai instansi: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Basarnas, TNI, Polri, BPBD, Damkar, serta puluhan relawan independen.
Semua pihak dinilai menunjukkan keberanian menghadapi medan ekstrem dan cuaca buruk selama proses pencarian dan evakuasi.
“Itu dibuktikan oleh bapak-bapak sekalian. Saya angkat topi dan mengucapkan terima kasih, respect,” kata Raja Juli, sembari menyebut bahwa aksi mereka melampaui batas tugas formal.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii turut memberikan apresiasi. Ia menyoroti bahwa banyak relawan yang memiliki kemampuan SAR andal, meski tidak dibiayai negara.
“Teman-teman potensi banyak sekali yang memiliki ilmu, tapi atas biaya sendiri,” ungkap Syafii.
Basarnas juga telah memberikan sejumlah rekomendasi kepada pihak KLHK agar risiko kecelakaan pendakian dapat diminimalisasi.
Termasuk usulan peningkatan prosedur mitigasi dan koordinasi komunikasi di lapangan, serta edukasi pendaki baru agar lebih siap secara teknis dan mental sebelum naik gunung.
“Artinya, kita nanti membuat prosedur-prosedur terkait tamu-tamu wisatawan yang sebenarnya mereka tidak semua memiliki kemampuan pendakian,” kata Syafii.
Peristiwa tragis itu terjadi pada Sabtu (21/6/2025) sekitar pukul 06.30 WITA.
Juliana Marins (27), pendaki asal Brasil yang memulai pendakian dari jalur Sembalun bersama 12 pendaki lainnya, terpeleset di titik Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani.
Tubuhnya terjatuh ke jurang Danau Segara Anak dengan kedalaman sekitar 600 meter.
Pencarian intensif dilakukan sejak Minggu, dengan menggunakan drone thermal milik Basarnas. Pada Senin (23/6/2025), citra panas menunjukkan posisi Juliana dalam kondisi tersangkut di tebing batu.
Medan sangat curam dan cuaca buruk menjadi tantangan utama. Butuh peralatan spesifik dan keberanian luar biasa untuk bisa menuruni tebing setinggi itu.
Agam Rinjani menjadi salah satu dari sedikit orang yang mampu dan bersedia melakukannya meski nyawanya jadi taruhan.
Menurut Kepala Balai TNGR, Yarman Wasur, jenazah Juliana akhirnya berhasil dievakuasi pada pukul 13.51 WITA, setelah proses panjang dan melelahkan.