Tepi Barat Disulap Bak Penjara Raksasa, Israel Bangun Dinding Besi Menjulang 5 Meter
Tiara Shelavie July 04, 2025 07:32 PM

TRIBUNNEWS.COM - Wilayah di Tepi Barat berubah bak penjara raksasa setelah Israel dilaporkan memasang pagar besi setinggi lima meter yang mengelilingi kota Sinjil, sebuah wilayah Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel.

Dilansir Reuters dan Al Arabiya, pagar besi raksasa tersebut membentang membelah kota, dilengkapi dengan gerbang baja berat, pembatas jalan, dan hanya menyisakan satu pintu masuk dan keluar yang dijaga ketat oleh tentara Israel di pos pemeriksaan militer.

Sistem akses satu arah ini membuat warga merasa terperangkap dan sangat terganggu dalam aktivitas harian mereka.

Adalah Mousa Shabaneh (52), seorang warga Sinjil yang juga ayah dari tujuh anak, mengungkapkan kesedihannya saat melihat pagar itu dipasang tepat di kebun bibit miliknya yang merupakan sumber pendapatan keluarganya.

"Sinjil sekarang menjadi sebuah penjara besar," ujar Shabaneh pasrah, melihat lahannya dipisahkan oleh pagar dan tidak bisa lagi diakses dengan bebas.

“Kebun itu sebelumnya menjadi tempat menanam dan menjual berbagai jenis pohon. Kini, pembatasan akses membuat pertanian lumpuh,” imbuhnya.

Tak hanya dirinya, warga lain juga mengeluhkan kehilangan akses ke lahan pertanian, Mereka mengungkap bahwa militer Israel tidak lagi mengizinkan warga pergi ke ladang.

Parahnya semua pohon dibakar dan dihancurkan, memutus mata pencaharian warga Sijjil.

Kehidupan Warga Terisolasi

Tak hanya itu, pemasangan pagar besi setinggi lima meter oleh Israel di kota Sinjil, wilayah Tepi Barat yang diduduki, telah memicu kekhawatiran besar terkait dampak sosial, ekonomi, dan kemanusiaan terhadap warga Palestina.

Banyak pihak menilai bahwa pagar tersebut tidak hanya membatasi ruang gerak.

Tetapi juga memperparah isolasi komunitas lokal, menjauhkan mereka dari akses hidup dasar seperti pekerjaan, layanan medis, dan pendidikan.

Pagar besi yang dibangun dengan penjagaan ketat di satu-satunya pintu keluar-masuk kota dinilai oleh warga sebagai “pengurungan” secara paksa, menjadikan mereka nyaris terisolasi total dari wilayah Palestina lainnya maupun dari kota-kota di sekitarnya.

Akibatnya, mobilitas warga sangat terganggu. Anak-anak kesulitan pergi ke sekolah, pasien kesulitan mencapai rumah sakit, dan para pekerja kehilangan pekerjaan karena tidak bisa keluar dari kota tepat waktu.

Alasan Israel: Demi Keamanan

Pihak militer Israel menyebut pembangunan pagar tersebut sebagai bagian dari langkah pengamanan.

Sinjil disebut berada di area “rawan serangan”, dan pagar dianggap sebagai upaya untuk mencegah potensi ancaman dari kelompok militan Palestina serta melindungi pemukiman Yahudi ilegal yang berada di sekitar wilayah tersebut.

Israel juga mengklaim bahwa dengan hanya satu jalur keluar-masuk yang diawasi ketat, mereka dapat lebih mudah memantau pergerakan dan mencegah infiltrasi bersenjata.

Kendati demikian, banyak organisasi hak asasi manusia menyebut alasan tersebut sebagai dalih untuk memperkuat pendudukan dan mengontrol penuh pergerakan warga Palestina.

“Pagar ini adalah bentuk isolasi sistematis. Ini bukan hanya soal keamanan, tapi tentang pembatasan total terhadap hak hidup, bekerja, belajar, dan bergerak bebas,” kata salah satu peneliti dari Human Rights Watch.

Sementara para pejabat Otoritas Palestina, yang menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di Tepi Barat di bawah pendudukan Israel, menduga pembatasan yang mencekik itu disengaja.

Mereka memperingatkan bahwa kondisi yang memburuk dapat menjadi bumerang dengan mendorong lebih banyak pemuda Palestina ke arah militansi.

"Mereka melakukan segala cara yang mereka bisa untuk membuat kehidupan rakyat kami sangat sulit," Perdana Menteri Palestina Mohammad Mustafa mengatakan kepada wartawan bulan lalu.

Langkah ini menambah daftar panjang kebijakan Israel yang dianggap melanggar hukum internasional.

(Tribunnews.com / Namira)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.