TRIBUNNEWS.COM - Nama Wakil Gubernur (Wagub) Kalimantan Timur (Kaltim) Seno Aji mendadap menjadi sorotan usai dibelakangi mahasiswa Universitas Mulawarman (Unmul), Selasa (5/8/2025).
Unmul merupakan perguruan tinggi negeri di Samarinda, Kaltim, berdiri pada 27 September 1962, sehingga merupakan universitas tertua di Kalimantan Timur.
Aksi mahasiswa baru membelakangi Seno Aji terjadi saat Pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Unmul tahun 2025, bertempat di GOR 27 September, Samarinda.
Dalam dokumentasi resmi yang diunggah melalui kanal YouTube Unmul, ribuan mahasiswa baru tampak menghadiri kegiatan tersebut.
Namun, momen yang mencuri perhatian justru terjadi saat Seno Aji menyampaikan materi mengenai program pendidikan "Gratispol".
Mengutip gratispol.kaltimprov.go.id, program Gratispol adalah program pendidikan gratis yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Program ini mencakup pendidikan gratis untuk jenjang SMA/SMK/MA, SLB, hingga perguruan tinggi (D3, S1, S2, dan S3), serta pelayanan kesehatan gratis.
Program ini juga mencakup Beasiswa Kaltim Tuntas, yang memberikan beasiswa kepada siswa dan mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan.
Namun sejumlah mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) melakukan aksi simbolik dengan membelakangi panggung sebagai bentuk protes pada program tersebut, bahkan terdengar suara-suara sorakan dari arah tribun.
Aksi tersebut menjadi simbol penolakan terhadap atmosfer kekuasaan yang dirasa terlalu kental dalam forum orientasi kampus yang seharusnya menjadi ruang pembelajaran awal bagi mahasiswa baru.
Seno Aji adalah seorang politikus Indonesia dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang menjabat Wagub Kaltim periode 2025–2030 mendampingi Gubernur Kalimantan Timur petahana Rudy Mas'ud, mengutip loajanan.kukarkab.go.id.
Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Timur periode 2019–2024.
Pria kelahiran Semarang, 12 November 1971 juga dikenal sebagai seorang pebisnis.
Awalnya usai lulus kuliah dirinya memutuskan merantau ke Kalimantan Timur.
Ia bekerja sebagai ahli geologi di salah satu perusahaan pertambangan emas di Kutai Barat pada tahun 1995.
Sampai akhirnya pada tahun 2006, ia memboyong keluarga dari Semarang untuk pindah ke Samarinda, memulai bisnis pertambangan dan alat berat.
Kehadiran Seno Aji, sebagai pembicara utama dalam acara tersebut yang digelar di GOR 27 September pada Selasa (5/8/2025), menuai kritik tajam dari kalangan akademisi dan aktivis.
Dosen Fakultas Hukum Unmul, Herdiansyah Hamzah, yang akrab disapa Castro, mengkritik keras pelaksanaan PKKMB tersebut. Ia menilai kegiatan tersebut telah bergeser dari semangat awalnya.
“Padahal bukannya ini kegiatan pengenalan kehidupan kampus ya? Bukan pengenalan pejabat kan? Sayang sekali saat pertama kali mahasiswa baru menginjakkan kaki di kampus, tapi mereka sudah diajarkan ‘bermesraan’ dengan kekuasaan,” ujar Castro, Rabu (6/8/2025), mengutip TribunKaltim.com.
Tak hanya kehadiran Seno Aji, pelibatan unsur militer dalam kegiatan tersebut juga mendapat sorotan.
Kehadiran Brigjen TNI Deni Sukwara, Kapoksahli Pangdam VI/Mulawarman, yang membawakan materi tentang bela negara, dituding sebagai bentuk indoktrinasi militeristik dalam dunia akademik.
“Kalau urusan cinta tanah air, saya lebih percaya rektor atau dosen-dosen pengajar kewarganegaraan dan pancasila. Kalau urusan kedisiplinan, kita bisa belajar dari orang sipil seperti Hatta, tidak harus dengan militer,” kata Castro tegas.
Ketegangan memuncak saat Brigjen Deni menyampaikan materinya. Dari tribun atas, sejumlah mahasiswa menyanyikan lagu-lagu perjuangan seperti Buruh Tani dan Mars Mahasiswa.
Aksi tersebut dibalas Deni dengan ajakan kepada mahasiswa untuk turun ke podium, memicu suasana yang semakin memanas.
Situasi ini mencerminkan kegelisahan sebagian sivitas akademika terhadap ruang kampus yang dinilai semakin jauh dari nilai-nilai kritis dan independensi.
Dalam suasana yang seharusnya menciptakan iklim akademik yang inklusif dan progresif, kehadiran simbol kekuasaan dan militer justru dianggap menciderai semangat awal dunia pendidikan tinggi.
(Garudea Prabawati) (TribunKaltim.co/Mohammad Fairoussaniy)