TRIBUNMANADO.CO.ID - Fenomena langit spektakuler akan menyapa masyarakat pada Minggu malam (7/9/2025) hingga Senin dini hari (8/9/2025).
Peristiwa Gerhana Bulan Total (GBT) ini diperkirakan berlangsung lebih dari lima jam, sekaligus menjadi gerhana bulan terakhir yang bisa disaksikan sepanjang tahun 2025.
Berbeda dengan gerhana matahari yang membutuhkan alat pelindung khusus, gerhana bulan total aman dilihat dengan mata telanjang.
Meski begitu, penggunaan teleskop atau binokular akan memberi pengalaman lebih, karena pengamat bisa menyaksikan detail permukaan Bulan yang perlahan berubah menjadi merah darah.
Fenomena langit langka ini bisa diamati secara utuh di kawasan Asia dan Australia, termasuk Indonesia.
Sementara itu, sebagian wilayah Eropa, Afrika, dan Timur Tengah hanya akan melihat gerhana sebagian.
Momen ini diprediksi bakal menjadi tontonan langit paling dinantikan di penghujung tahun 2025.
Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui bagian Tanda Waktu memastikan, masyarakat Indonesia berkesempatan menyaksikan seluruh fase gerhana bulan total pada Minggu malam hingga Senin dini hari.
“Gerhana bulan 7 September 2025 durasinya dari fase Gerhana mulai (P1) hingga Gerhana berakhir (P4) adalah 5 jam 29 menit 48 detik,” ungkap Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG, Setyoajie Prayoedhie, S.T., Dipl.Tsu., MDM, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (5/9/2025).
Adapun jadwal lengkapnya di Indonesia dimulai pada pukul 22.26 WIB, sementara puncak gerhana saat bulan tampak merah darah—terjadi sekitar pukul 01.11 WIB (WIB), 02.11 WITA, dan 03.11 WIT.
Gerhana diperkirakan berakhir pada 03.56 WIB.
Dengan durasi sepanjang itu, masyarakat memiliki banyak kesempatan untuk keluar rumah dan mengamati fenomena langit langka ini.
Meski bisa disaksikan dengan mata telanjang, tetapi tak semua orang beruntung mendapat langit cerah.
Bagi yang wilayahnya tertutup awan atau berada di area yang tidak terjangkau fenomena ini, siaran langsung (live streaming) bisa menjadi alternatif.
Ada dua link live streaming resmi yang dapat dipilih masyarakat:
Keempatnya menyajikan sudut pandang berbeda yang bisa dipilih sesuai preferensi kualitas video dan angle pengambilan gambar.
Di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, seluruh fase gerhana total dapat diamati.
Berikut ini jadwalnya:
Untuk wilayah Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Sulawesi, gerhana mulai terjadi pukul 23.26 WITA dan seluruh rangkaian selesai pada pukul 04.56 WITA.
Berikut ini jadwalnya:
Di Maluku dan Papua, gerhana baru dimulai pukul 00.26 WIT pada 8 September 2025 dan gerhana berakhir sekitar pukul 05.56 WIT.
Namun, di Papua bagian timur, bulan kemungkinan sudah terbenam sebelum fase terakhir selesai.
Berikut ini jadwalnya:
Fenomena gerhana bulan total 7-8 September 2025 bisa dinikmati dengan berbagai cara.
Ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk melihat fenomena ini.
1. Menyaksikan Langsung di Langit Malam
Gerhana bulan total bisa dilihat dengan mata telanjang tanpa perlengkapan khusus.
Jika ingin tampilan lebih jelas, teleskop atau teropong bisa membantu memperbesar detail bulan saat memasuki bayangan bumi.
Fenomena ini akan tampak lebih menakjubkan bila kondisi langit cerah dan bebas polusi cahaya.
2. Bergabung dalam Acara Pengamatan Bersama
Beberapa lokasi mengadakan acara nonton bareng gerhana, misalnya Kantor BMKG Jakarta, Stasiun Meteorologi Komodo Labuan Bajo, Lapangan dr. Murdjani Banjarbaru di Kalimantan Selatan, dan Planetarium Jakarta.
Planetarium Jakarta bahkan menggelar acara khusus bertajuk "Piknik Malam" pada 7-8 September 2025.
Acara dimulai pukul 17.00 WIB hingga dini hari dengan berbagai kegiatan seperti pertunjukan planetarium mini, diskusi astronomi, hingga pengamatan langsung gerhana bulan total.
3. Menyaksikan Secara Daring
Bagi yang tidak sempat keluar rumah, gerhana bulan total tetap bisa dinikmati melalui siaran online.
BMKG menayangkan langsung melalui laman resminya di gerhana.bmkg.go.id.
Selain itu, ada juga siaran dari YouTube Channel Virtual Telescope Project yang dimulai pukul 17.45 UTC.
Cara ini bisa menjadi pilihan praktis agar fenomena langit ini tetap bisa disaksikan dari mana saja.
Selain mengetahui jadwalnya, penting juga untuk memahami fase-fase gerhana bulan.
Setiap fase memiliki ciri khas yang bisa diamati langsung dengan mata telanjang maupun menggunakan teleskop sederhana.
Berikut ini adalah 7 fase utama yang dikutip dari penjelasan BMKG:
Awal Penumbra
Bulan mulai masuk ke bayangan luar bumi yang disebut penumbra.
Pada fase ini perubahannya masih samar, hanya terlihat sedikit redup.
Awal Gerhana Sebagian
Sebagian permukaan bulan mulai tertutup bayangan inti bumi (umbra).
Bagian yang tertutup tampak seperti digerogoti.
Awal Gerhana Total
Seluruh permukaan bulan sudah berada dalam umbra.
Bulan tampak berubah warna menjadi merah gelap atau oranye, sering disebut "blood moon."
Puncak Gerhana
Ini adalah momen ketika gerhana berada di fase total paling lama.
Warna merah bulan terlihat paling jelas.
Akhir Gerhana Total
Perlahan-lahan bulan mulai keluar dari umbra.
Cahaya putih keperakan mulai kembali tampak di tepinya.
Akhir Gerhana Sebagian
Sebagian besar permukaan bulan sudah kembali terang, hanya sedikit bayangan bumi yang masih menutupi.
Akhir Penumbra
Bulan sepenuhnya keluar dari bayangan bumi. Terlihat kembali bulat sempurna dengan cahaya normal.
-
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini