Cerita Anggota Mapala Piranha ULM Cari Heli Jatuh di Mantewe, Rasakan Hutan yang Belum Terjamah
Hari Widodo September 11, 2025 10:33 AM

BANJARMASINPOST.CO.ID- Pencarian helikopter PK-RGH yang mengangkut delapan orang di hutan Desa Emil, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanahbumbu, Kalimantan Selatan, memberikan pengalaman berharga bagi banyak orang.

Terlebih pencarian dan evakuasi tidaklah mudah. Mereka harus menghadapi hujan deras, hutan lebat, tanjakan serta turunan.

Pengalaman ini juga dirasakan Muhammad Sami dan Ilhamsyah, mahasiswa semester akhir Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) serta anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Piranha.

Akrab dengan hutan atau pegunungan, keduanya langsung memutuskan untuk ikut tim gabungan mencari heli yang hilang kontak pada Senin (1/9) pukul 08.54 Wita.

Meski belum memiliki pengalaman mengikuti operasi search and rescue (SAR) atau pencarian dan pertolongan, keduanya tergerak karena memiliki modal menjelajah hutan dan naik gunung.

Bersama sejumlah anggota Mapala lainnya, mereka berangkat dari Kota Banjarbaru. Menempuh perjalanan sekitar tiga jam menggunakan mobil, rombongan tiba di posko pencarian di Mantewe.

Perjalanan menuju titik koordinat tidaklah mudah. Tim gabungan harus menyibak hutan dengan vegetasi lebat dan terjal yang belum pernah terjamah manusia.

Ilham menceritakan pada Rabu (3/9) siang timnya mencapai kordinat yang ada di tebing gunung. Namun, mereka tidak menemukan tanda-tanda adanya heli. Tim kemudian memutuskan kembali ke punggung gunung.

“Di situ kami diskusi, lalu menghitung ketinggian heli yang diinformasikan 2.700 feet (sekitar 822 meter). Sedangkan punggung gunung cuma sekitar 700 feet (sekitar 213 meter). Kami menghitung kemungkinan heli tidak nabrak gunung, melainkan melewatinya. Jadi kami bersama warga lokal memutuskan langsung ke puncak, supaya bisa melihat lebih luas,” ujarnya.

Setelah berisitirahat dan makan, mereka melanjutkan perjalanan dengan membuka jalur ke puncak. Dari puncak, mereka turun dan membuka jalur baru di kemiringan 50 derajat. Mereka juga memperhatikan arah penerbangan heli. Heli  milik Eastindo Air Jakarta itu hilang kontak empat menit setelah bertolak dari Bandara Gusti Sjamsir Alam (GSA) Kotabaru. Heli tengah menuju Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dan diperhitungkan tiba  pukul  10.15 WIB.

Sekitar 20 menit turun tepatnya pada pukul 14.45 Wita, mereka yang berada di barisan belakang mendengar teriakan warga lokal yang ada di depan. “Yang awal melihat warga yang buka jalur. Mereka mengira terpal. Ketika didekati ternyata ekor heli,” ujar Ilham.

Namun badan heli tidak ada. Tim pun berpencar melanjutkan pencarian. Badan heli ditemukan di lokasi yang lebih rendah sekitar 100 meter dalam kondisi hangus dan hancur.

Korban pertama yang mereka temukan berada di antara ekor dan badan heli. Kondisinya utuh dan tidak terbakar.

“Kami juga melihat tiga mayat dalam kabin dan satu mayat di dibawah sekitar 70 meter. Jadi ada dua korban yang di luar heli,” kata Sami.

Hasil temuan disampaikan ke posko. Dari hasil koordinasi, Sami, Ilham dan sejumlah anggota tim mendapat tugas kembali ke posko serta membuat jalur evakuasi.

Delapan jenazah korban tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Banjarmasin pada Jumat (5/9) untuk diidentifikasi.

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Kalsel pertama berhasil mengidentifikasi jenazah tiga warga asing yakni Mark Werren (68 tahun, warga Australia), Claudine Pereira Quito ( (57 tahun, warga Brasil) dan Santha Kumar Prabhakaran (56 tahun, warga India).  

Selanjutnya jenazah Iboy Irfan Rosa asal Kabupaten Kuantan Singingi Riau, teknisi heli Hendra Darmawan (Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan) dan Yudi Febrian Rahman (Pekan Baru, Riau).

Proses identifikasi kemudian dilakukan terhadap jenazah pilot Haryanto asal Makassar Sulawesi Selatan dan Andys Rissa Pasulu (Kota Balikpapan, Kalimantan Timur). (Banjarmasinpost.co.id/Rizki Fadillah)



© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.