TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Upaya konservasi alam seringkali dipandang sebagai tanggung jawab dalam untuk menjaga kelestarian lingkungan atau ekosistem. Lebih dari itu, ternyata di Banyuwangi, Jawa Timur, upaya konservasi alam khususnya mangrove telah terbukti mampu membangkitkan potensi ekonomi yang bagi masyarakat pesisir.
Satu tahun telah berlalu. Sejak 2024, tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) bersinergi dengan masyarakat pesisir Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar yang dikomando oleh Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Makmur, Hendro Supeno, gencar melakukan aksi penanaman mangrove dan budidaya kepiting metode Silvofishery di area hutan bakau. Upaya ini juga mengikutsertakan para pelajar dengan harapan mewarisi nilai-nilai pelestarian.
Dari proses konservasi mangrove sendiri, kini masyarakat Desa Wringinputih khususnya wanita dengan diketuai oleh Yuli, telah berhasil menciptakan aneka olahan mangrove. Mulai dari tepung dan sirup yang diproduksi dari buah mangrove, bahkan kripik dan teh dari daun mangrove. Tentu saja hasil produk itu telah teruji dan berkhasiat tinggi.
Sedangkan hasil dari budidaya kepiting metode Silvofishery mampu meningkatkan panen kepiting-kepiting berkualitas. Beragam produk olahan dan pemanfatan mangrove, itu sendiri merupakan bagian dari investasi ekonomi biru. Yakni hubungan timbal balik masyarakat desa Wringinputih dengan ekosistem hutan mangrove di Teluk Pangpang Desa Wringinputih
Untuk itu, kali ini ada yang berbeda, di 2025 ITB berkolaborasi dengan Universitas Brawijaya (UB) mencoba untuk mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalam pemasaran hasil produk-produk itu.
Kontribusi ITB-UB di tahun 2025, ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan branding dan marketing produk olahan mangrove di komunitas masyarakat Desa Wringinputih. Selama 3 minggu, tim memberikan pelatihan dan pendampingan kepada perwakilan kelompok dalam peningkatan literasi branding dan marketing produk memanfaatkan model bisnis canvas.
“Upaya-upaya yang sedang dan akan dilakukan adalah bagian dari komitmen kita dalam peningkatan potensi ekonomi biru bagi masyarakat yang disertai manfaat ekologis berupa konservasi mangrove," kata Ketua tim dari ITB Dr. Prima Roza, Sabtu (20/9/2025).
Penyerahan cinderamata oleh ITB-UB kepada Ketua KTH Makmur Hendro Supeno. (Foto: Dokumentasi Istimewa)
Adapun, masih kata Prima, capaian yang sudah dihasilkan antara lain dari kolaborasi ini yakni, pembuatan katalog digital produk, pembuatan sosial media Instagram dan TikTok untuk tujuan pengenalan dan pemasaran produk termasuk pembuatan akun e-commerce. Tak hanya itu, tim juga membantu dalam perpanjangan ijin P-IRT, penerbitan sertifikasi Halal Indonesia, dan kerjasama dengan toko oleh-oleh di Banyuwangi.
"Meskipun kegiatan lapangan sudah selesai, namun pendampingan masih terus berjalan melalui monitoring pembuatan konten di media sosial, termasuk rencana analisis laboratorium guna pendaftaran produk ber-standard BPOM, serta kolaborasi lebih jauh dengan influencer," jelasnya.
Prima berpesan, kelestarian hutan sangat penting bagi keseimbangan alam terutama bagi bumi. Dengan melestarikan hutan termasuk hutau bakau menjadi langkah baik untuk keberlangsungan hidup semesta.
"Hutan mangrove bagaikan organ penting bagi banyak habitat menggantungkan hidupnya, dan bagi peneliti adalah laboratorium hidup. Mempertahankan eksistensi dan fungsinya adalah kewajiban manusia yang berilmu dan beradan," pesanya.
Sementara itu perwakilan dari masyarakat yang telah bergabung dalam pelatihan, Yuli menyampaikan, bahwa pihaknya telah berjuang mengenalkan produknya yakni olahan mangrove. Sayangnya tembok pengetahuan dan pengalaman mereka belum bisa menyamai kecepatan dan kecanggihan di era teknologi yang serba digitalisasi.
"Kedatangan bapak dan ibu dari kampus-kampus ini sangat membantu. Sehingga membuka pengetahun kita yang hanya masyarakat pesisir tentang bagaimana pemasaran melalui digitalisasi," tuturnya.
"Semoga dengan ini bisa mengembangkan usaha kami," harap Yuli. (*)