Poin Penting:
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nurika Anisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Suasana hangat dan penuh keakraban terasa di Rustic Market, Gunung Sari, Surabaya, pada Sabtu (20/9/2025).
Konsulat Jenderal Australia di Surabaya kembali menggelar festival tahunan “Gig on the Green” edisi kedua untuk alumni dan sahabat Australia.
Lebih dari 300 alumnus yang pernah menempuh pendidikan di Negeri Kanguru berkumpul dalam acara penuh musik, kuliner, dan persahabatan ini.
Mereka datang bersama keluarga dan rekan, meramaikan perayaan yang berlangsung meriah sejak sore hingga malam.
Kehadiran para alumni ini sekaligus menjadi ajang reuni, berbagi pengalaman, dan mempererat hubungan antara Indonesia dan Australia melalui jalur pendidikan serta kebudayaan.
Acara tahun ini menghadirkan penampilan spesial dari Maseta, penyanyi berbakat yang juga alumni Australia.
Suasana semakin semarak dengan musik dari band lokal Alderamin dan penyanyi asal Australia, Neptune, yang sukses menghibur penonton.
Untuk menambah energi positif, acara dipandu oleh Eva Marcella dan Diko Putranto. Keduanya sukses membawa kehangatan dan keceriaan sepanjang festival berlangsung.
Tak hanya musik, pengunjung juga dimanjakan dengan kuliner khas Australia, terutama BBQ ala Aussie yang menjadi daya tarik utama. Aroma daging panggang menggoda para tamu yang tampak antusias mencoba.
Sejumlah kios makanan dan minuman dikelola oleh alumni Australia, menghadirkan menu beragam mulai dari kopi, pastry, hingga makanan lokal dengan sentuhan modern.
Beberapa di antaranya adalah Toko Kopi Tuku, Garasi Ergo, Cocoro Café, Barby’s Bakery, dan Farine Pastry. Kehadiran mereka membuktikan kontribusi nyata alumni Australia di dunia usaha kreatif di Jawa Timur.
Konsul-Jenderal Australia di Surabaya, Glen Askew, mengungkapkan kebahagiaannya bisa kembali menggelar festival ini. Menurutnya, acara ini bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga perayaan atas kontribusi alumni dalam memperkuat hubungan dua negara.
“Alumni Australia di Jawa Timur merupakan bagian dari komunitas yang dinamis. Pengalaman mereka di Australia memberi kontribusi nyata bagi hubungan antar masyarakat Indonesia dan Australia,” kata Glen Askew.
Ia menegaskan, pendidikan menjadi salah satu fondasi penting dalam hubungan diplomatik kedua negara. Melalui acara seperti Gig on the Green, ikatan itu dapat semakin erat.
Ia juga menyebut bahwa peran anak muda sangat penting untuk hubungan diplomasi dua negara. Salah satunya hadir melalui Aussie Banget Corner (ABC), sebuah pojok informasi yang berisi tentang budaya, studi, dan beasiswa di Australia.
Tak hanya itu, Askew juga berharap para alumni bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia agar semakin banyak yang melanjutkan studi di Australia.
“Saya harap alumni bisa membujuk anak muda lainnya untuk kuliah di Australia. Selain itu, saya ingin lebih banyak anak muda Australia berkunjung ke Jawa Timur, bukan hanya Bali, karena Jawa Timur punya pengalaman yang tak kalah menarik,” ujarnya.
Gig on the Green 2025 mendapat dukungan dari berbagai mitra, baik dari Australia maupun Indonesia. Di antaranya adalah Qantas Airways Australia, RS Premier Surabaya, KX Pilates, Corica Pastries, Allegra Jane, Andzero Café, Restoran CONFIT, hingga jaringan hotel ternama seperti JW Marriott dan Novotel Samator Surabaya Timur.
Tidak ketinggalan, sejumlah brand kopi populer seperti Toby’s Estate dan Common Grounds juga turut meramaikan festival ini.
Bagi alumni, acara ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana membangun jejaring yang lebih luas, baik di bidang profesional maupun personal.
Festival tahunan ini kini telah menjadi agenda yang dinantikan oleh komunitas alumni Australia di Jawa Timur.
Kehadirannya diyakini akan terus memperkuat jembatan hubungan antara Surabaya dan Australia di masa mendatang.
Christina Tabalina, pemilik Cocoro Surabaya, mengenang masa belajarnya di Le Cordon Bleu Sydney, khususnya di patisserie. Ia menceritakan pengalaman itu sebagai salah satu periode paling menyenangkan dalam hidupnya.
“Belajar di sana itu benar-benar enjoyable. Bisa kumpul sama alumni, suasananya hangat banget. Sampai sekarang masih ngangenin,” ujarnya.
Menurut Christina, suasana belajar di Le Cordon Bleu Sydney begitu unik karena mencerminkan melting pot budaya. Ia bertemu teman-teman dari berbagai negara, seperti Korea Selatan, Hongkong, hingga Thailand. Semua hidup berdampingan dalam satu lingkungan belajar yang penuh semangat.
Dari pengalaman itu, Christina semakin memahami pentingnya riset dalam meracik menu. Saat kembali ke Surabaya, ia menyadari bahwa lidah masyarakat lokal lebih suka rasa manis yang ringan, sering dikombinasikan dengan buah-buahan segar.
“Kalau di Surabaya, dessert terlalu manis kurang diminati. Jadi saya adaptasi dengan bahan-bahan seperti buah” jelas Christina sambil tersenyum.
Pengalaman manis itulah yang kemudian ia bawa ke bisnisnya di Surabaya.
Lewat Cocoro, Christina ingin menyajikan dessert yang bukan hanya lezat, tapi juga penuh makna, seperti kenangan yang ia bawa pulang dari Le Cordon Bleu Sydney.