Laporan Wartawan TribunJakarta.com
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA – Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) DKI Jakarta, Nasrudin Djoko Surjono, menegaskan komitmen pihaknya untuk terus menguatkan peran Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin sebagai pusat rujukan sastra nasional hingga kawasan Asia Pasifik.
Hal ini disampaikan Nasrudin usai pembukaan Simposium Festival Sastra HB Jassin 2025, yang dihadiri peneliti, akademisi, sastrawan Indonesia, serta perwakilan dari Malaysia
Adapun simposium ini untuk memperteguh peran HB Jassin sebagai “Paus Sastra Indonesia” dalam pelestarian dan pendokumentasian karya sastra.
“Alhamdulillah, simposium ini bukan hanya skala lokal atau nasional, tetapi juga internasional karena dihadiri perwakilan Kedutaan Malaysia dan Institut Terjemahan dan Buku Malaysia. Ini membanggakan sekaligus meneguhkan posisi PDS HB Jassin,” ujar Nasrudin di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025).
Ia menyebut, PDS HB Jassin sebelumnya telah mendapat penghargaan dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sebagai bagian dari Memori Kolektif Bangsa.
Kini, Jakarta sedang mengajukan dokumen ke UNESCO untuk diakui sebagai Memory of the World tingkat Asia Pasifik.
“PDS HB Jassin sudah menyimpan dan mendokumentasikan sekitar 150 ribu dokumen karya sastra.
Ke depan, kami berharap jumlahnya terus bertambah sehingga memberikan dampak bukan hanya di Indonesia, tapi juga kawasan Asia Pasifik,” jelasnya.
Nasrudin juga menitip pesan khusus bagi generasi muda agar ikut melanjutkan semangat HB Jassin dalam mendokumentasikan sastra.
“Beliau itu kritikus sastra sekaligus penjaga memori sastra nasional. Saya berharap generasi penerus, para sastrawan besar, ikut mengumpulkan karya-karya mereka agar bisa dirawat di sini,” tuturnya.
Lebih jauh, Nasrudin menyebut upaya pengembangan PDS HB Jassin juga sejalan dengan visi menjadikan Jakarta sebagai kota global.
Salah satunya dengan membuka akses ruang publik literasi di perpustakaan hingga pukul 22.00 WIB untuk mendukung riset, diskusi, dan interaksi masyarakat.
“Harapan kami, karya sastra, buku, dan dokumentasi bisa terus dikumpulkan, diteliti, dan dibagikan manfaatnya untuk akademisi maupun masyarakat luas. Kami memfasilitasi sepenuhnya agar sastra nasional terus hidup dan berkembang,” ujarnya.
Dua sastrawan terkemuka, Nirwan Dewanto dari Indonesia dan Datuk Lim Swee Tin dari Malaysia, tampil sebagai pembicara kunci pada sesi pembukaan.
Keduanya menyoroti pentingnya dokumentasi sastra yang dilakukan HB Jassin dan dampaknya bagi perkembangan kajian sastra di Indonesia maupun kawasan Melayu.
Adapun simposium kali ini menghadirkan 10 panel diskusi dengan 30 pemakalah, di antaranya Prof. Melani Budianta, Dr. Sunu Wasono, Dr. Munawar Holil, Dr. Pudentia MPSS, Dr. Martin Suryajaya, hingga penulis Ayu Utami.
Festival Sastra HB Jassin sendiri telah berlangsung sejak Juli 2025 dan akan mencapai puncaknya pada 18 Oktober 2025 dengan malam anugerah Piala HB Jassin di Teater Besar Taman Ismail Marzuki.