Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bersama Kedutaan Besar Konfederasi Swiss menyelenggarakan Ministerial Visit & Signing Ceremony: Advancing Skills For Indonesia Sustainable And Competitive Future di Politeknik Manufaktur (Polman) Bandung pada Kamis (2/10).
Acara ini menandai penguatan kemitraan strategis kedua negara dalam bidang pendidikan vokasi, penelitian, dan teknologi, khususnya dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul menuju Indonesia Emas 2045.
"Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) benar-benar menekankan pentingnya memperkuat lembaga pendidikan vokasi, seperti politeknik dan sekolah kejuruan. Hal ini sangat kritis, tidak hanya bagi kementerian, tetapi juga bagi bangsa untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045," kata Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie melalui keterangan di Jakarta, Jumat.
Stella menjelaskan strategi pemerintah dalam memperkuat politeknik dan sekolah vokasi, antara lain penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan industri agar lulusan siap kerja, peningkatan kualitas pengajar dan instruktur vokasi.
Di samping itu, lanjut dia, pemerintah juga menyediakan 1.100 beasiswa doktoral yang ditargetkan meningkat menjadi 2.000 penerima di masa depan, pendirian politeknik khusus berbasis sektor prioritas seperti maritim, manufaktur, dan pangan, serta dorongan komersialisasi hasil penelitian melalui keterlibatan industri.
Lebih lanjut, Wamen Stella menegaskan bahwa Swiss merupakan model terbaik pendidikan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri.
"Saya sering menyebutkan Swiss dalam presentasi saya di Indonesia karena Swiss benar-benar menjadi model terbaik untuk mengubah persepsi tentang apa itu politeknik dan arti sebenarnya pendidikan vokasi. Data gaji lulusan politeknik di Swiss hampir setara dengan lulusan universitas akademik, ini bukti nyata kualitas pendidikan vokasi yang relevan dengan dunia industri," ujarnya.
Sementara, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menambahkan bahwa kerja sama ini juga mendukung transisi energi Indonesia.
"Membangun infrastruktur saja tidak cukup, kita membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan fleksibel untuk mendukung tujuan energi nasional, dan disinilah pendidikan vokasi memegang peran kunci," ucap Yuliot.
Melalui kegiatan ini, Indonesia dan Swiss meneguhkan kembali komitmen untuk memperluas kerja sama strategis dalam pendidikan vokasi, penelitian, dan inovasi, sekaligus memperkuat daya saing Indonesia di kancah global.