Dari Kampus Ke Masyarakat: Membaca Wisuda dalam Perspektif Pendidikan (1)
Asep Abdurrohman October 15, 2025 07:00 PM
Tidak banyak masyarakat Indonesia yang bisa duduk di bangku kuliah. Dari jumlah penduduk sekitar 284 juta, sekitar 10,20 persen yang bisa menamatkan jenjang perguruan tinggi.
Bisa kuliah di perguruan tinggi memang menjadi dambaan bagi setiap orang yang sudah lulus jenjang SMA. Namun, persoalannya tingkat ekonomi masyarakat belum bisa sampai. Dari sini segala usaha dan pengorbanan mahasiswa dikerahkan agar bisa lulus kuliah.
Dengan segala usaha yang diiringi kerja keras, pada akhirnya tibalah waktu untuk mengikuti proses menuju wisuda. Sebelum wisuda, semua mahasiswa pada umum diwajibkan menyusun karya tulis. Meski ada beberapa kampus yang membuka jalur non karya tulis.
Sebelum wisuda, mahasiswa semester tujuh diwajibkan penelitian. Baik itu skripsi, tesis maupun disertasi. Penelitian mendidik mahasiswa untuk dewasa mempersiapkan segala-galanya yang terkait kebutuhan penelitian.
Penelitian yang baik adalah penelitian dipersiapkan dengan matang. Tidak asal-asalan, namun dirancang semuanya termasuk pendanaannya. Selesai meneliti, lalu mengolah data; data di display, dijelaskan, diambil data yang terkait dan disimpulkan.
Jadilah hasil karya tulis yang akan diuji oleh dosen penguji. Lulus diuji oleh dosen, dinyatakan lulus. Beberapa saat kemudian tiba yudisium dan wisuda. Kampus memberikan undangan kepada mahasiswa agar orang tua ikut hadir mendampingi anaknya wisuda.
Saat mendapat undangan, mahasiswa senang dan gembira. Orang tuanya ikut senang dan haru melihat anaknya. Senang dan gembira adalah kondisi batin sedang sehat. Anak sehat dan orang tuanya pun sehat.
Undangan wisuda memberi pelajaran bahwa manusia itu sejatinya bisa memberikan angin kegembiraan bagi masyarakat. Jika tidak bisa, setidaknya jangan membuat orang lain menjadi susah dan tidak gembira.
Melalui kartu undangan wisuda, manusia diajarkan bahwa memberi rasa bahagia itu adalah memberi sehat batin. Tidak sedikit fisiknya tampak sehat, namun batinnya sakit. Kelamaan batinya sakit, fisiknya pun akan ikut terbawa sakit.
Raga gembira melibatkan batin dan fisik. Batin yang gembira adalah batin yang sejahtera. Sedangkan fisik yang gembira adalah fisik yang sehat. Keduanya mesti padu dalam jiwa dan raga yang sejahtera.
Tidak mungkin jiwa sejahtera, sementara fisik sakit. Atau sebaliknya, fisik sejahtera batin tersiksa. Keduanya mesti ada hubungan, bohong jika tidak ada hubungan. Jiwa manusia selalu diselimuti situasi dan kondisi lingkungan.
Jika lingkungannya kacau, berantakan dan tidak karuan, batin pun lambat laun akan terbawa suasana. Undangan wisuda yang didapat dari kampus itu adalah pembawa suasana yang mendorong bahagia.
Seseorang bisa saja menjadi orang lucu dari pembicaraan dan sikapnya. Pembicaraannya mengandung gelak tawa. Yang mendengar menjadi senyum dan kadang ketawa. Ketawa dan senyum ini menularkan suasana bahagia kepada lingkungan lainnya.
Ibaratnya, orang yang pertama memberikan kebahagiaan dialah yang banyak menerima pahalanya. Sementara orang kedua sebagai penyalur kebahagiaan ikut mendapat pahala, namun tidak sebesar orang pertama.
Lewat undangan wisuda itu, semua mahasiswa diajak untuk menularkan rasa gembira kepada lingkungannya, minimal keluarga dan kerabat terdekat. Keluarga akan menularkan rasa gembiranya kepada masyarakat terdekat, yaitu tetangga.
Tetangga yang gembira, hidupnya akan adem dan tenang di keluarganya. Ini pun akan terus mendulang pahala dan terus mendulang pahala, selama rasa bahagia itu terus ditransfer ke berbagai lingkungan.
Belum lagi saudara terdekat yang ikut bahagia, akan menaburkan cerita bahagianya kepada teman-temannya. Teman-temannya yang diberi kabar itu ikut hanyut dalam kebahagiaannya. Akhirnya, agen kebahagiaan bisa diciptakan oleh semua orang.
Kebahagiaan tidak mesti mahal-mahal, hal yang sederhana pun seperti undangan wisuda bisa melahirkan kebahagiaan jika tidak ada iri dengki dalam batinnya. Setelah diterima dan di dialogkan undangan wisuda dengan batin penerima, persiapan wisuda pun segera dimulai.
Persiapan wisuda wujudnya dalam bentuk mempersiapkan segala keperluan wisuda, seperti; baju wisuda, kendaraan, makanan, kamera, dan lain-lain. Persiapan ini mendidik setiap individu untuk betul-betul serius mengawal pekerjaan.
Sebab, pekerjaan yang tidak dipersiapkan dengan baik hampir tidak mungkin akan lancar dan sukses. Jangan sukses, lancar saja bisa dipertanyakan.
Tuhan mengirim rasa gembira yang disambut dengan persiapan adalah bentuk pendidikan tanggung jawab dalam menyiapkan pekerjaan. Maka, hadirnya persiapan sebelum wisuda bisa menjadi sekolah tidak berijazah bagi masyarakat yang masuk ke dalamnya.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.