TRIBUN-BALI.COM - Ramai di media sosial tentang petani kembang gumitir frustrasi sampai membuang bunga kebutuhan upakara itu ke sungai.
Ironisnya, hal tersebut dilakukan menjelang hari raya Galungan, yang tinggal beberapa pekan lagi. Lalu, sejauh apa penurunan harga bunga gumitir?
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gianyar, harga bunga gumitir per Selasa (21/10), menunjukkan harga yang memperingatkan.
Harga gumitir saat ini hanya Rp 6.000 per kilogram. Hal ini dinilai jauh-jauh di bawah harga produksi, yakni sekitar Rp 7.000 sampai Rp 8.000.
Kejatuhan harga ini tergolong sangat cepat. Sebab sepekan sebelumnya, harga gumitir masih di kisaran Rp 12 ribu per kilogram, dan bulan sebelumnya bahkan mencapai Rp 20 ribu per kilogram.
Staf Pemantau Harga Komoditas Disperindag Gianyar, Ketut Sastrawati, membenarkan hal tersebut. Kata dia, jatuhnya harga gumitir akibat over produksi, yang menyebabkan stok di pasar melimpah dan harga turun.
"Produksi komoditas ini bukan di Gianyar saja, sehingga over produksi ini menyebabkan stok di pasar melimpah," jelasnya.
Seorang petani, Gede Sarjana mengatakan, selain karena banyaknya petani yang berani gumitir, saat ini cuaca relatif bagus.
Yakni panas menyengat dengan sesekali di sore atau malam hari turun hujan. Kondisi tersebut merupakan cuaca yang sangat baik untuk gumitir berbunga. "Bunganya melimpah karena cuacanya bagus, sehingga jumlahnya di pasar melimpah," ujarnya.
Petani lainnya, Pak Badeng mengatakan, karena harga yang sangat rendah. Dirinya pun memilih untuk tidak memanen bunga gumitirnya. Dirinya membiarkan bunganya tersebut membusuk di pohon di luas lahan sekitar 40 are.
Meskipun harga anjlok, Pak Badeng tidak berkecil hati karena tanaman bunga gumitir tersebut ditanam sebagai tumpang sari pada tanaman alpokat dan durian. "Mungkin saya menanam terlalu awal, sehingga berbunga sebelum galungan," ujarnya. (weg)