TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Proses belajar mengajar di lembaga pendidikan kiranya harus mengedepankan logika dan etika.
Dengan demikian, akan tercipta suasana belajar yang baik, profesional, serta rasa saling menghormati di antara guru dan para siswa, di mana guru memberikan penghormatan terhadap siswa, menjaga keselamatan dan kesejahteraan siswa.
Sementara murid harus memiliki sikap hormat, sopan, dan patuh kepada gurunya, seperti menyapa dengan sopan dan mengikuti petunjuknya.
Etika dan adab atau tata krama seorang pencari ilmu atau muta’allim dan orang berilmu atau alim saat mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya telah dibahas secara rinci dalam kitab Adabul Alim wal Muta’allim.
Kitab karya KH. Hasyim Asy’ari ini juga menguraikan berbagai adab yang harus diterapkan mulai dari keutamaan ilmu, adab terhadap diri sendiri, adab terhadap pelajaran, hingga adab seorang alim.
Hal tersebut disinggung Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tegal Muhammad Aqsho, saat acara Ngaji Bandongan di Pendopo Amangkurat dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2025.
Ngaji Bandongan sendiri merupakan metode pengajian tradisional di pesantren, di mana seorang guru atau kiai atau ustadz senior membacakan, menerjemahkan, dan menjelaskan isi kitab kepada banyak santri secara bersamaan.
Menurut Aqsho, kitab Adabul Alim wal Muta’allim sangat relevan dijadikan pedoman bagi para pendidik dan pelajar.
Sebab kitab ini tidak hanya membahas adab antara guru dan murid, tetapi juga akhlakul karimah yang menjadi dasar pembentukan karakter manusia.
“Ini penting sebagai panduan untuk menjadikan guru yang beretika dan murid yang berakhlak. Di kitab tersebut banyak contoh bagaimana kita bisa menjadi manusia yang berkarakter sehingga patut untuk meneladaninya,” jelas M Aqsho, dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com, Rabu (22/10/2025).
Hal senada disampaikan KH. Subhan Mubarok yang menerangkan kitab yang dipengaruhi oleh pemikiran etika Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali ini telah melalui kajian mendalam dan memiliki sumber hadis yang kuat.
Sehingga dari segi pendidikan, kitab ini layak menjadi panduan lembaga pendidikan baik pesantren maupun sekolah umum, terutama dalam membentuk karakter yang kuat dan berakhlak mulia.
“Kitab ini menekankan pentingnya akhlak mulia bagi siapa pun yang menuntut atau mengajarkan ilmu. Dalam konteks pendidikan modern, kitab ini menjadi panduan moral untuk membentuk karakter dan etika baik di lembaga pesantren maupun pendidikan umum,” terang KH. Subhan Mubarok.
Sebelumnya, Bupati Tegal Ischak Maulana Rohman menyampaikan apresiasinya kepada jajaran Kantor Kementerian Agama yang telah menginisiasi pelaksanaan Ngaji Bandongan secara serentak di seluruh Jawa Tengah.
Bupati Ischak menambahkan, santri masa kini dituntut tidak hanya mampu membaca kitab dengan benar, tetapi juga mengamalkan serta menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dengan tetap menjaga adab, etika dan tata krama.
“Terima kasih kepada Kemenag yang telah menginisiasi kegiatan ini. Saya memandang ini adalah langkah baik untuk menjaga dan merawat Jawa Tengah khususnya Kabupaten Tegal yang kita cintai,” kata Bupati Ischak. (dta)