Tak Cuma Orang Dewasa, Anak Juga Bisa Kena Osteoporosis! Waspadai Gejalanya
kumparanMOM October 23, 2025 11:40 AM
Moms, ternyata bukan cuma orang dewasa atau lansia aja yang bisa kena osteoporosis, lho. Anak-anak dan remaja juga bisa mengalami pengeroposan tulang, terutama jika tabungan tulangnya sedikit sejak kecil.
Selain itu kondisi ini juga bisa muncul akibat faktor genetik maupun penggunaan obat-obatan tertentu.
Menurut dr. Frieda Susanti, SpA, Subsp Endo(K), PhD, anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, masa anak dan remaja justru menjadi waktu paling krusial untuk membentuk tabungan tulang, yaitu cadangan kekuatan tulang yang akan melindungi mereka dari osteoporosis di masa depan.
“Pentingnya tabungan tulang di masa anak dan remaja adalah untuk mencegah osteoporosis di masa tua,” ujar dr. Frieda dalam webinar Gangguan Perkembangan Tulang pada Anak, Selasa (21/10).

Dua Jenis Osteoporosis pada Anak

Osteoporosis Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Osteoporosis Foto: Shutterstock
Osteoporosis pada anak bisa dibedakan menjadi dua jenis, tergantung dari penyebabnya. Menurut dr. Frieda, kondisi ini bisa muncul karena faktor genetik maupun akibat penyakit dan pengobatan tertentu.
  • Primer (genetik)
    Disebabkan oleh kelainan bawaan seperti osteogenesis imperfecta (OI), kondisi langka yang membuat tulang anak sangat rapuh. Di RSCM tercatat 203 anak dirawat karena OI, jumlahnya meningkat dibanding 5 tahun sebelumnya.
  • Sekunder
    Terjadi akibat penyakit lain atau efek samping penggunaan obat tertentu, terutama steroid jangka panjang.

Waspadai Penggunaan Steroid

Perhatikan cara obati anak pilek. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Perhatikan cara obati anak pilek. Foto: Shutter Stock
Steroid memang sering digunakan untuk meredakan penyakit, tapi penggunaannya tidak boleh sembarangan, Moms.
“Kalau anak hanya batuk pilek, tidak perlu diberi steroid,” tegas dr. Frieda.
Karena obat seperti prednison, metilprednisolon, dan deksametason bila digunakan terus-menerus bisa menghambat pembentukan tulang dan mempercepat pengeroposan.
Bahkan, pada orang dewasa yang mengonsumsi prednison 10 mg selama 90 hari berturut-turut, risikonya bisa meningkat hingga 17,7 kali lipat untuk patah tulang punggung dan 7 kali lipat untuk patah tulang panggul.

Kapan Harus Curiga Anak Kena Osteoporosis?

Osteoposrosis pada anak sering kali tidak langsung terlihat gejalanya. Karena itu, penting untuk memperhatikan tanda-tanda yang bisa menjadi petunjuk awalnya. Anda sebaiknya segera waspada kalau anak menunjukkan hal-hal berikut:
  • Tubuh pendek yang tidak proporsional
  • Patah tulang berulang tanpa sebab yang jelas
  • Anak dengan penyakit kronis (seperti lupus, ginjal, kanker, atau gangguan hati) yang mendapat terapi steroid jangka panjang

Apakah OsteoporosisBisa Sembuh?

Ilustrasi pemeriksaan tulang anak. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemeriksaan tulang anak. Foto: Shutterstock
Menurut dr. Frieda, osteogenesis imperfecta (OI) atau yang sering disebut kelainan tulang rapuh akibat faktor genetik, belum bisa disembuhkan secara total hingga saat ini.
“Kalau OI disebabkan oleh faktor genetik atau kelainan bawaan, maka yang salah adalah gennya, tepatnya di bagian kolagen. Karena kelainan ini bawaan, sampai sekarang belum ada terapi yang bisa benar-benar menyembuhkan,” jelas dr. Frieda.
Meski begitu, pasien tetap bisa menjalani terapi pendukung untuk membantu memperkuat tulang dan meningkatkan kualitas hidup.
“Kita berusaha membantu dengan terapi agar produksi kolagennya meningkat. Untuk bayi dengan OI, terapi bisa dilakukan menggunakan bisphosphonate. Prosedurnya bisa ditanggung BPJS, diberikan secara tiga bulan sekali, atau dengan interval enam bulan sekali, tergantung kondisi pasien dan rekomendasi dokter endokrinologi,” tambahnya.

Yuk, Bantu Anak Punya Tulang Kuat Sejak Dini!

Mencegah selalu lebih baik, Moms. Beberapa langkah sederhana ini bisa bantu anak membangun tabungan tulang yang kuat:
  • Penuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D dari makanan bergizi seimbang
  • Dorong anak untuk aktif bergerak dan berolahraga
  • Hindari pemberian steroid tanpa pengawasan dokter
  • Rutin lakukan pemeriksaan kesehatan bila anak memiliki penyakit kronis
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.