Wagub Krisantus Ajak Lulusan Perguruan Tinggi Siap Hadapi Kecanggihan Teknologi
HiPontianak October 28, 2025 01:40 AM
Hi!Pontianak - Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, mendorong para lulusan perguruan tinggi untuk terus mengasah keterampilannya, khususnya dalam penguasaan bidang teknologi yang semakin berkembang pesat. Hal ini ditegaskannya saat menyampaikan sambutan dalam acara Yudisium Universitas Widya Dharma Pontianak (UWDP) di Qhall Hotel Qubu Resort pada Minggu, 26 Oktober 2025.
Wagub Kalbar Krisantus mengajak para mahasiswa dan mahasiswi untuk lebih giat mengasah diri demi meraih tujuan yang diinginkan di hadapan sekitar 880 calon wisudawan-wisudawati, serta total 1.000 hadirin, termasuk para dosen dan undangan.
Dalam sambutannya, Wagub Krisantus memberikan apresiasi kepada seluruh sivitas akademika UWDP. Ia secara khusus menyoroti prestasi akademik para lulusan dengan mengamati barisan wisudawan yang lulus dengan pujian.
"Rupanya wanita lebih hebat dari pria," kata Krisantus, merujuk pada dominasi wisudawati dalam barisan peraih prestasi.
Ia berpesan, "Kepada para wisudawan dan wisudawati yang telah berprestasi, terutama para juara akademik, tantangan untuk tidak hanya berpuas diri dengan kesuksesan di kampus. Jangan hanya juara di kampus. Jangan hanya juara akademik praktik, teori di kampus sangat jauh berbeda dengan realita lapangan."
Dirinya pun menekankan bahwa tantangan nasional dan global menanti di depan mata sehingga para lulusan didorong untuk memperluas pergaulan dan konektivitas. Selain itu, menurutnya, para lulusan kampus harus mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak didapatkan di kampus dan tidak hanya terpaku pada satu jurusan saja karena satu keahlian jurusan tidak cukup untuk menghadapi masyarakat secara komprehensif.
Krisantus juga mengingatkan akan peran sentral Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berkembang pesat. Ia mengutip sebuah pernyataan yang menyebut bahwa teknologi dapat "memanusiakan" sekaligus "mematikan" manusia.
"Teknologi dapat mempermudah aktivitas dan meng-upgrade sumber daya manusia, tetapi juga dapat menjerumuskan pada tindakan yang bertentangan dengan norma dan hukum apabila tidak digunakan secara bijak dan produktif," jelasnya.
Pada kesempatan itu juga, Wagub Kalbar menyinggung dualitas era digital. Ia menyebutkan aspek negatif yang perlu diwaspadai oleh para lulusan, termasuk kemudahan akses terhadap perjudian (seperti sabung ayam, Mobile Legends, dan togel dengan pasar seperti Singapura, Sydney, Hongkong, dan Macau), pinjaman online (Pinjol), serta risiko sosial seperti penculikan atau hilangnya anak muda.
Namun, ia juga menekankan sisi positif teknologi, seperti adanya peluang untuk belajar bahasa (Inggris dan Mandarin), mengakses informasi politik nasional dan internasional, serta meningkatkan pengetahuan secara global dan berbisnis secara modern.
Krisantus juga menegaskan bahwa literasi digital yang produktif adalah kunci agar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat membawa manfaat besar bagi kehidupan.
"Kepada para lulusan, Gubernur mengingatkan bahwa tantangan di depan sangat berat, terutama dengan ketatnya kompetisi di dunia kerja, tidak hanya dari lulusan Widya Dharma, tetapi juga dari universitas besar lainnya," terangnya.
Krisantus berpesan agar para lulusan tidak kaku, memperluas pergaulan, dan terus mencari koneksi. Kemudian, sebagai orang yang pernah duduk di kursi legislatif, dirinya juga menyampaikan kritik tajam terhadap praktik penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan di Kalbar. Ia menyatakan bahwa investasi harus bersifat profit-oriented dan berdampak kepada kesejahteraan masyarakat.
Pria yang pernah menjabat sebagai Anggota DPR RI ini secara eksplisit menolak menganggap pekerjaan kasar sebagai penyerapan tenaga kerja yang sesungguhnya.
"Mereka tukang panen, Pak. Mereka tukang pupuk, Pak. Mereka tukang cangkul, Pak Itu bukan penyerapan tenaga kerja," ujar Krisantus.
Menurut definisinya, penyerapan tenaga kerja yang diakui adalah 'menyerap tenaga-tenaga terampil yang sudah memiliki pendidikan seperti adik-adik sekalian'.
"Saya menginginkan lulusan bekerja sesuai keahlian mereka (the right man on the right place), bukan sebagai buruh kelapa sawit (tukang dodos sawit)," pungkasnya.