RS PON Catat Kasus Usia Muda Kena Stroke karena Minuman Energi, Ini Wanti-wanti Dokter
GH News December 16, 2025 07:07 AM
Jakarta -

Minuman energi kerap menjadi andalan banyak orang saat tubuh terasa butuh dorongan cepat.

Sayangnya, sebuah laporan di BMJ Case Reports mengungkapkan bahaya dari kebiasaan ini. Pria di Inggris yang dikenal bugar dan sehat mengalami stroke iskemik akibat tekanan darah yang sangat tinggi.

Iya mengunjungi rumah sakit dengan keluhan mati rasa dan kelemahan di sisi kiri tubuh, sulit berjalan, hingga gangguan bicara serta menelan. Dari hasil pemeriksaan, terlihat ada pembuluh darah tersumbat di area otak yang mengatur sensorik dan motorik yang disebut sebagai stroke iskemik.

Tekanan darahnya kalau itu mencapai 245/150 mmHG, diduga kuat imbas kebiasaan minum delapan kaleng minuman energi setiap hari yang setara dengan hampir 1.300 mg kafein.

"Saya jelas tidak menyadari betapa berbahayanya minuman energi bagi tubuh saya," ujarnya melalui pernyataan yang dikutip peneliti dari .

"Saya masih mengalami mati rasa di tangan, jari, kaki, dan jari kaki kiri bahkan setelah 8 tahun," sambung pria tersebut.

Sampai saat ini, tidak diketahui berapa lama kebiasaan itu berlangsung.

Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Konsumsi Minuman Energi secara Berlebihan?

Direktur Medik dan Keperawatan RS Pusat Otak Nasional (PON) Prof dr Mahar Mardjono, dr Reza Aditya Arpandy, SpS, mengungkapkan dampak yang dapat terjadi pada tubuh hingga berujung stroke. Minuman berenergi umumnya mengandung kafein dan zat stimulan lain.

Jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan, zat-zat ini dapat memicu kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba serta mempercepat denyut jantung.

"Dalam kondisi ekstrem, konsumsi minuman berenergi bisa menyebabkan gangguan irama jantung. Selain itu, zat stimulan juga dapat memengaruhi pembuluh darah otak, salah satunya dengan menyebabkan pengecilan diameter pembuluh darah otak," jelas dr Reza saat dihubungi detikcom Senin (15/12/2025).

Penyempitan pembuluh darah otak dapat mengganggu aliran darah ke jaringan otak. Jika itu berkurang atau terhenti, sel-sel otak akan kekurangan oksigen dan nutrisi, yang dapat memicu stroke, meski pada orang yang terlihat sehat.

Tidak hanya kafein, dr Reza menyoroti kandungan gula sangat tinggi dalam minuman berenergi. Konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko diabetes melitus.

"Diabetes dapat merusak pembuluh darah secara perlahan. Jika dikombinasikan dengan lonjakan tekanan darah akibat stimulan, risikonya menjadi berlipat," lanjutnya.

Melihat itu, dr Reza mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam mengonsumsi minuman berenergi, terutama pada orang yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi, diabetes atau riwayat jantung.

"Minuman berenergi seharusnya tidak dikonsumsi rutin atau berlebihan. Efeknya mungkin tidak langsung terasa, tapi dampaknya bisa sangat serius," tegasnya.

Berapa Batas Aman Mengonsumsi Minuman Energi?

Menurut dr Reza, minuman berenergi lebih baik dihindari. Untuk menjaga energi dan stamina, bisa dibantu dengan meminum air putih yang cukup, makan makanan bergizi secara teratur, dan pola tidur yang baik.

"Kalaupun butuh 'booster' sesaat, kopi atau teh (keduanya tanpa gula) dalam jumlah wajar jauh lebih aman dan sehat untuk jangka panjang," kata dr Reza.

Kasus yang Berkaitan Konsumsi Minuman Energi dan Stroke Usia Muda di Indonesia?

Meski belum ada data khusus mengenai keterkaitan tersebut, tidak dipungkiri beberapa kali RS PON mencatat laporan demikian.

Berdasarkan pengalaman klinis dr Reza sehari-hari, stroke pada usia muda semakin sering ditemukan, dan pemicunya tidak selalu faktor klasik, seperti merokok atau penyakit kronis.

"Pada sebagian kasus, kita dapat menemukan adanya riwayat konsumsi kafein berlebihan," pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.