Mendagri soal Bantuan Malaysia di Aceh: Nilai Tak Sampai Rp1 M, Kita Punya Anggaran Lebih dari Itu
December 16, 2025 09:38 AM

TRIBUNNEWS.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian berbicara soal respons pemerintah Indonesia mengenai bantuan asing untuk penanganan bencana banjir bandang di Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar).

Hal ini disampaikan Tito ketika mendapat pertanyaan dari Helmy Yahya saat hadir di siniar Helmy Yahya Bicara yang tayang pada Sabtu (13/12/2025).

"Bisa mengatasi (banjir Sumatra) sendiri? Kalau (menetapkan status) bencana nasional kan artinya mengizinkan bantuan-bantuan internasional masuk," singgung Helmy Yahya, dikutip Tribunnews.com, Selasa (16/12/2025).

Untuk menjawab hal tersebut, Tito mengatakan bantuan dari asing bisa saja diterima, asalkan melalui mekanisme Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

Selain itu, diterima atau tidaknya harus dilihat terlebih dulu dalam bentuk apa bantuan diberikan dan berapa nilainya.

"Bantuan internasional bisa dilakukan melalui mekanisme Kemenlu, tapi kita lihat dulu bantuannya dalam bentuk apa dan sebesar apa," jelas Tito.

Baca juga: 4 Alasan Banjir Sumatra Tak Jadi Bencana Nasional Menurut Mendagri, Singgung Pandangan Internasional

Tito mengatakan pemerintah Indonesia tak akan menolak bantuan dari asing jika memang sangat diperlukan.

Sebab, menurutnya, yang terpenting adalah bagaimana pemerintah gerak cepat dalam menangani bencana di Sumatra.

"Kalau kita sangat memerlukan itu (bantuan asing), kenapa tidak? Kepentingan kita kan bagaimana secepat mungkin menangani tanggap darurat dan mengurangi kerugian sekecil mungkin," kata Tito.

Lebih lanjut, Tito menyinggung soal bantuan obat-obatan dari Malaysia untuk korban banjir di Aceh.

Ia mengakui memang ada bantuan tersebut.

Namun, menurut Tito, nilai bantuan dari Malaysia tersebut tak lebih dari Rp1 miliar.

Tito menyebut agar jangan sampai bantuan asing yang nilainya tak melebihi anggaran pemerintah, justru merusak citra Indonesia.

Sebab, kata Tito, pemerintah Indonesia memiliki anggaran dan kekuatan lebih dari nilai bantuan tersebut.

"Misalnya yang terekspos, saya langsung mendengar teman-teman di Aceh, dari Malaysia ada usaha ingin membantu obat-obatan."

"Setelah dikaji, berapa banyak obat-obatan yang dikirim, itu nilainya nggak sampai Rp1 miliar, kurang lebih Rp1 miliar," ungkap Tito.

"Negara kan kalau untuk Rp1 miliar kita cukup, kita punya anggaran yang jauh lebih besar daripada itu."

"Jadi jangan sampai nanti imej-nya seolah dapat bantuan dari negara lain, padahal (nilainya) nggak seberapa dibanding dengan kemampuan kita, (Indonesia) lebih dari itu," kata dia.

Aceh Terima Bantuan dari Malaysia

Sebelumnya, Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem mengatakan Aceh menerima bantuan dari Malaysia berupa obat-obatan dan dokter.

Meski demikian, Mualem menyebut bantuan tersebut masih kurang.

"Yang jelas bantuan dari luar disalurkan dengan tepat. Contohnya ada bantuan dari Kuala Lumpur, Malaysia, (berupa) dokter dan obat-obatan. Tersalurkan semuanya, bahkan tidak cukup," ungkap Mualem di Lapangan Udara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Minggu (7/12/2025) malam, dilansir Serambinews.com.

Baca juga: Menilik Lahan HTI Prabowo di Aceh, Jadi Sorotan di Tengah Banjir, Pernah Disinggung Jokowi

"Mereka hari Rabu akan datang (mengirimkan lagi) obat sebanyak tiga ton dan dokter," imbuh dia.

Mualem pun menegaskan pihaknya sama sekali tidak menghalangi bantuan dari luar negeri.

Menurutnya, niat pihak luar yang ingin membantu Aceh atau wilayah lainnya yang terdampak bencana, adalah hal wajar.

"Saya rasa tidak ada larangan. Sah-sah saja, tidak masalah," katanya.

Selain bantuan dari Malaysia, tim khusus dari China juga datang ke Aceh untuk membantu proses pencarian dan evakuasi korban bencana.

Tim khusus dari China yang beranggotakan lima orang itu tiba di Aceh pada Jumat (5/12/2025) malam.

"Hari ini ada datang tim dari China, lima orang, untuk mendeteksi mayat yang ada di dalam lumpur," ungkap Mualem, Jumat, dikutip dari Serambinews.com.

Mualem menyebut tim khusus dari China memiliki alat khusus yang memudahkan proses evakuasi jasad korban yang tertimbun lumpur.

Tim itu, kata Mualem, akan diterjunakn ke beberapa titik yang sulit dijangkau, seperti Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang.

"Mereka ada alat untuk mengambil mayat-mayat (di dalam lumpur) itu," kata dia.

"Mayat-mayat di Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang, masih tertimbun (di dalam) lumpur. Jadi lumpur itu sampai sepinggang. Mereka ada alat bantu," imbuhnya.

Prabowo Tolak Tawaran Kepala Negara Lain

Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto mengaku mendapat banyak telepon dari kepala negara lain yang menawarkan bantuan untuk penanganan bencana di Sumatra.

Namun, Prabowo menolak bantuan itu dan menyatakan pemerintah Indonesia mampu mengatasi sendiri.

"Sehingga saya ditelepon banyak pimpinan kepala negara lain ingin kirim bantuan, saya bilang, 'Terima kasih concern (perhatian) Anda, kami mampu. Indonesia mampu mengatasi ini'," ungkap Prabowo saat rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Senin (15/12/2025).

Prabowo menambahkan situasi di Sumatra saat ini setelah diterjang bencana banjir dan longsor, sudah terkendali.

Pernyataan ini disampaikan Prabowo menyusul banyaknya desakan untuk menetapkan status bencana nasional untuk banjir Sumatra.

Ia mengklaim pemerintah telah maksimal dalam mengerahkan bantuan di Sumatra sehingga situasi terkendali.

"Ada yang teriak-teriak ingin ini dinyatakan bencana nasional. Kita sudah kerahkan, ini tiga provinsi dari 38 provinsi. Jadi, situasi terkendali. Saya monitor terus, ya," urai dia.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Muhamad Deni, Serambinews.com/Rianza Alfandi)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.