Kemenkes Beberkan Hasil Investigasi RS yang Tolak Irene Sokoy, Janji Bakal Cegah Hal Sama Terulang
December 16, 2025 09:57 AM

TRIBUNWOW.COM - Kementerian Kesehatan buka hasil investigasi terhadap ibu hamil yang meninggal di Papua, Irene Sokoy yang meninggal pada Senin (17/11/2025).

Direktur Jenderal (Dirjen) Kesehatan Lanjutan Kemenkes, Azhar Jaya, menyebut ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab Irene Sokoy ditolak 4 rumah sakit saat akan melahirkan.

Pertama, adanya kelangkaan dokter spesialis

Rumah sakit pertama yang dituju Irene, yakni Rumah Sakit Yowari, tidak dapat memberikan pelayanan karena satu-satunya dokter spesialis obygn di sana sedang cuti.

"Jadi begitu dokter spesialisnya pergi seminar dan sebagainya, maka terjadi kekosongan."

"Demikian juga dengan dokter spesialis anestesi. Jadi memang masih terjadi kelangkaan dokter spesialis," ungkap Azhar, Kamis (27/11/2025), dilansir oleh Kompas.com.

Hal ini yang akhirnya membuat Irene harus bertolak ke rumah sakit selanjutnya.

Kedua, adanya pemeliharaan sarana prasarana yang tidak optimal.

Di Rumah Sakit Abepura, rumah sakit kedua yang Irene kunjungi, sedang dilakukan renovasi kamar operasi, sehingga membuat Irene lagi-lagi ditolak.

"Di mana di RS tersebut empat kamar operasinya semuanya sedang direnovasi. Jadi ini jelas tidak bisa melakukan operasi pada waktu yang bersamaan," jelas Azhar.

Ketiga, prosedur operasional yang buruk.

Tidak menyerah, Irene menuju ke rumah sakit ketiga, Rumah Sakit Bhayangkara yang justru menagih bayaran di muka sebesar Rp4 juta karena kamar BPJS sedang penuh.

Menurut Azhar, hal ini seharusnya tidak terjadi karena penanganan pada pasien darurat semestinya diutamakan baik ada atau tidaknya biaya.

"Di mana seharusnya seorang pasien berada dalam keadaan darurat itu tidak boleh diminta administrasi atau pertanggungjawaban (biaya), harus ditolong dulu. Distabilkan, baru kita bicara soal administrasi," ucapnya.

Sementara saat menuju ke rumah sakit keempat, yakni Rumah Sakit Dok II Jayapura, nyawa Irene sudah tidak tertolong.

Dalam hal ini Kemenkes berjanji bakal tangani kekurangan-kekurangan ini agar kasus yang dialami Irene Sokoy tidak terjadi lagi.

"Kami akan mencoba fokus untuk menangani agar kejadian ini tidak terjadi lagi, termasuk dalam memberikan dokter dan sebagainya," tukasnya.

Baca juga: 3 Fakta Pembunuhan Perempuan di Hotel Palembang, Korban Dihabisi saat Hamil Muda

Kasus Kematian Ibu di Indonesia

Kasus Irene menjadi cerminan krisis kesehatan ibu di Indonesia.

Data tahun 2020 menunjukkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 189 kematian per 100.000 kelahiran.

Jumlah ini menjadi yang tertinggi ke-3 di kawasan Asia Tenggara.

Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K), MPH, FRANZCOG (Hons), menegaskan bahwa masalah kematian ibu hamil dan melahirkan sudah dalam kondisi darurat.

"Setiap hari rata-rata 22 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas, setara dengan 1 ibu yang tidak kembali ke keluarganya setiap jam," ujarnya pada Rabu (26/11/2025), dikutip dari Tribunnews.

Menurut Budi, beban perempuan di Indonesia cenderung berat, di sisi lain fasilitas kesehatan yang ada tidak memadai.

"Perempuan memikul peran ganda sebagai pengasuh, penopang ekonomi, dan penjaga kesehatan keluarga, tetapi akses mereka terhadap informasi dan layanan ramah perempuan masih belum merata," tegasnya.

Di samping itu, kehamilan dini turut menyumbang angka kematian ibu.

Hal ini karena ketidaksiapan organ reproduksi di tambah pemahaman yang minim soal masalah reproduksi.

Maka dari itu, pemahaman mengenai hal tersebut penting untuk melindungi perempuan dari risiko yang tidak perlu.

(TribunWow.com/Peserta Magang dari Universitas Airlangga/Afifah Alfina)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.