Rahasia Fashion Sheffa Jaga Warna Tie Dye Tetap Awet Lewat Teknik Handmade dan Pewarna Rahasia
December 16, 2025 05:18 PM

TRIBUNSHOPPING.COM - Fashion tie dye masih menjadi incaran di tengah tren fashion yang menarik perhatian berbagai kalangan, dari remaja hingga dewasa, karena motifnya yang unik, penuh warna, dan ekspresif.

Di tengah dinamika dunia fashion yang terus berubah, Fashion Sheffa hadir sebagai salah satu pelaku UMKM yang berhasil mempertahankan kerajinan tie dye sambil menghadirkan produk yang tetap relevan dan digemari masyarakat. 

Baca juga: Review 5 Produk Tie Dye dari Fashion Sheffa, UMKM Cenderaloka Berkualitas dengan Harga Terjangkau

Usaha ini digawangi oleh Yulia Kasih, perajin kreatif asal Sondakan, Laweyan, Solo, yang telah menjadikan tie dye bukan sekadar motif warna-warni, tetapi juga medium ekspresi seni dan identitas personal dalam setiap produk yang dihasilkannya.

Yulia memulai perjalanan sebagai pelaku UMKM dengan penuh tantangan, terutama saat tren fashion terus berubah dan persaingan semakin sengit. Namun, keuletan dan ketekunannya membuat Fashion Sheffa mampu bertahan dan berkembang, serta memperluas pasar hingga dikenal oleh pelanggan dari berbagai daerah.

Baca juga: Fashion Sheffa: Lestarikan Kreativitas dengan Jaga Kualitas dari Warisan Keluarga

Rahasia Produk Fashion Sheffa Tetap Awet dan Tahan Lama: Teknik Handmade, Pewarna Remasol, dan Kisah di Balik Produksinya

Fashion Sheffa dikenal sebagai salah satu brand fashion handmade dari Solo yang konsisten menghadirkan produk dengan warna tajam, awet, dan tidak mudah luntur. 

Di tengah maraknya produk printing massal, Fashion Sheffa justru memilih jalur berbeda dengan mempertahankan teknik pewarnaan manual atau handmade yang membutuhkan ketelitian, tenaga, dan pengalaman panjang.

Pemilik Fashion Sheffa mengungkapkan bahwa kecintaannya pada proses handmade menjadi fondasi utama bisnis ini. 

Fashion Sheffa, melestarikan tie-dye dengan warisan keluarga
Fashion Sheffa, melestarikan tie-dye dengan warisan keluarga (shopee.id)

“Pertama, ya karena saya suka ini sih, handmade gitu ya,“ ujar Yulia saat diwawancara Cenderaloka pada Jumat, (16/5/2025). 

Pilihan ini bukan tanpa alasan. 

Menurutnya, produk buatan tangan memiliki daya tahan warna yang jauh lebih baik dibandingkan printing. 

“Kalau buatan tangan itu yang saya produksi itu, warna itu tahan lama,” ujarnya.

Ia juga membandingkan secara langsung dengan teknik printing. 

“Biasanya kalau printing gitu kan lama-lama, mudar ya warnanya mudah-mudar.” 

Sementara pada produk handmade Fashion Sheffa, warna bisa bertahan hingga bertahun-tahun. 

Fashion Sheffa, melestarikan tie-dye dengan warisan keluarga
Fashion Sheffa, melestarikan tie-dye dengan warisan keluarga (Cenderloka)

“Kalau yang saya bikin itu warnanya tajam, jadi meskipun bertahun-tahun gitu warna. Enggak banyak perubahan, kayak mudar gitu, enggak sedikit, tapi jangan,” jelasnya.

Bahkan dalam pemakaian sehari-hari, termasuk setelah dicuci dan dijemur, warna tetap terjaga. 

Baca juga: Saghara Batik: Koleksi Batik Anak dengan Motif Unik Eksklusif yang Penuh Makna

Saat ditanya soal penjemuran, ia menjelaskan, “Itu jarang, karena sudah terbukti, sudah banyak. Karena saya pakai obat pewarna yang bagus, namanya remasol ,” ujarnya.

Selain itu, teknik pewarnaan tembus menjadi kunci ketahanan. 

“Kemudian kalau buatan tangan itu kan, atas sama bawah itu kan warnanya serupa, nembus kan. Nah itu yang bikin ketahanan gitu.”

Proses produksi Fashion Sheffa memang tidak mudah. Tantangan terbesar datang dari keterbatasan SDM. 

Daster Tie Dye dari Fashion Sheffa
Daster Tie Dye dari Fashion Sheffa (Cenderaloka)

“Oh tantangannya, iya itu SDM, lebih ke SDM,” tutur Yulia.

Proses pewarnaan handmade membutuhkan tenaga fisik ekstra. 

“Karena harus pakai waterglass kan, cairan untuk penahan, biar enggak luntur itu.”

Dalam seminggu, produksi dilakukan secara bertahap karena penjahit hanya satu orang. 

“Nah satu penjahit itu maksimal bikin mentok itu 10 (barang),” jelas Yulia.

Meski jumlah terbatas, kualitas tetap menjadi prioritas utama.

“Pertama, karena bisnis keluarga ya,” ujarnya. 

Seluruh proses dikerjakan oleh keluarga dan pengrajin yang sudah berpengalaman sejak lama.

Fashion Sheffa juga sempat menghadirkan produk printing, namun handmade tetap menjadi fokus utama. 

“Tapi yang lebih saya utamakan memang yang tie dye,” katanya. 

Alasannya sederhana namun bermakna.

Baca juga: Menjaga Warisan Keluarga Lewat Fashion Handmade: Kisah Yulia Kasih, Owner Fashion Sheffa Solo

“Ingin melestarikan aja, karena kini semakin sedikit pengrajin tie dye yang bertahan di Solo," ungkap Yulia.

Dengan konsistensi teknik, kualitas bahan, dan nilai pelestarian budaya, Fashion Sheffa membuktikan bahwa produk handmade bukan sekadar fashion, tetapi karya yang bernilai dan tahan waktu.

(Cynthia/Tribunshopping.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.